Gallery

Minggu, 24 April 2016

Jujur

Seorang kawan ke Mall mau membeli hand phone. Setelah berkeliling singkat, ia menimbang- nimbang merek tertentu. Ia sudah menetapkan hati untuk membeli Hp edisi terbaru. Transaksi pun dimulai. Merek dan model Hp juga sudah disepakati dengan pihak penjual. Fitur- fitur apa saja yang dibutuhkan. Beberepa detik kemudian, hp baru tadi belum bisa dibuka dari doznya sebelum pembayaran selesai.
Kawan tadi melakukan negosiasi. Lakukan saja pembukaan segel Hp tersebut, sambil yang bersangkutan mengambil uang di mobilnya dan atau mencari ATM terdekat untuk menarik sejumlah uang sesuai dengan harga Hp yang telah disepakati tadi. Sang penjual bersikukuh untuk tetap tidak mau membuka segel Hp tersebut sebelum terjadi pelunasan. Ini sesuai dengan SOP- nya pak, kata penjual HP, singkat. SOP itu adalah akronim Standard Operational Prosedur. Masa' anda tidak percaya kepada saya. Bahwa saya ke sini memang untuk membeli Hp, sergahnya. penjelasan sang pembeli, singkat pula. Keduanya sedikit ada perbincangan singkat, kalau tidak bisa disebut sebagai debat kecil. Dua- duanya bersikukuh pada pendapatnya. Akhirnya tidak terjadi pembelian Hp. Si pembeli bergeser ke sebelah, sambil meminta pamit. Ia merasa integritas dan kejujurannya tidak dihargai. Sementara sang penjual harus memegang teguh SOP dalam penjualannya.
Sang pembeli ke toko sebelahnya yang sesungguhnya juga masih cabang toko sebelahnya. Negosiasi segera dimulai. Dan transaksi dimulai sebagaimana di toko sebelah. Karena penjual Hp yang kedua ini kelihatan bisa berkomunikasi lebih baik, maka pilihan pembelian di toko ini. Singkat cerita, pembelian selesai. Sang pembeli pun ke toko sebelah tadi untuk sekedar memberi tahu bahwa ia telah membeli Hp yang sama. Ia ingin menegaskan bahwa ia memang serius untuk membeli Hp. Ia sesungguhnya hanya ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah orang jujur, bisa dipercaya. Sang penjual berucap, apa anda sering ditipu orang. Sehingga sangat sulit memercai orang lain. Perbincangan singkat terjadi, sambil senyum- senyum. Sang penjual melambaikan tangan, sebagai tanda good bye.
Demikianlah dua sisi perbincangan dua pihak yang tidak menemukan titik temu. Sang penjual merasa integritasnya terusik, karena seakan- akan dia tidak dipercaya sepenuhnya. Semenatar si penjual tetap berpegang pada SOP dalam penjualan Hp. Mestinya ada jalan- tengah. Barangkali si penjual menyarankan kepada si pembeli agar memberi DP atau uang muka agar transaksi bisa dilanjutkan sambil menunggu proses selanjutnya. Barangkali demikian! Dari kisah singkat tersebut, betapa jujur dan trust sudah sangat tergerus dalam kehidupan kita. Kita sudah sangat sulit memberi kepercsyaan kepada orang yang tidak dikenal. Betapa jujur itu sudah merupapakan barang langka. Orang jujur sudah menjadi orang langka.

Tidak ada komentar: