Gallery

Jumat, 05 Februari 2016

Raker IAIN Bukittinggi

Prof Nur Syam memberi sambutan dan memberi arahan untuk peningkatan kinerja pegawai.

Mimpi itu adalah setengah cita-cita. Setengah cita-cita adalah setengah keberhasilan. Maka marilah kita bermimpi untuk mencapai cita-cita.
Saya kalu mau mengunjungi sebuah perfuruan tinggi, saya berpikir, apa permintaan mereka. Kita harus mampu mengelola komunikasi antara daerah dan pusat. Era sekarang ini sangat penting memiliki kemampuan koordinasi dan komunikasi. Komunikasi yang baik akan membuat sesuatu banyak yang bisa kita kerjakan.
Saya sangat senang bahwa semua peserta raker berseri- seri. Itu sebuah pertanda bahwa di IAIN Bukittinggi ada suatu harapan.
Ada tiga hal pokok yang ingin saya sampaikan sebagai berikut:
1. Management performa. Di era sekarang perlu pengelolaan dan manajemen kinerja. Akhir- akhir ini kita mengenal kata kunci manajemen kinerja.
Yang pertama, pada awal tahun kita membuat perjanjian kinerja. Kalau Ibu Ridha, pada awal tahun dengan Dirjen Pendis. Pak Kakanwil harus membuat perjanjian kinerja dengan Sekretaris Jenderal Kemenag RI. Pak Dekan harus memiliki perjanjian kinerja dengan rektornya. Demikian pula dengan para Kabag harus membuat perjanjian kinerja dengan Kepala Biro. Perjanjian kinerja harus kita tepati. Inilah yang disebut sebagai performa management.
Kita harus terus mengevaluasi kinerja kita. Target kinerja. Indikator kinerja. Dan capaian kinerja. Tiga indikator tersebut harus dicapai.
Seluruh eselon satu harus memaparkan kerjanya di hadapan pak Menteri. Dalam evaluasi Sekretaris Jenderal dengan target 100% setiap tahun. Ternyata, setelah dievaluasi hanya mencapai 72%. Dan bahkan ada kinerja dengan nol, karena regulasi yang tidak mendukung. Seperti tidak boleh lagi membangun kantor. Maka seluruh budget yang dipersiapkan untuk pembangunan kantor tidak ada realisasi.
Saya berharap, mestinya dalam rapat kerja kali ini dapat menampilkan target, indikator dan capaian kinerja. Tentu hal ini penting, selain merancang program tahun 2016.
Kita mungkin masih akan konsisten dengan manajemen kinerja ini. Meskipun sudah ada beberapa kritik terhadap manajemen kinerja. Sepeti Maybank, bank dari Malaysia. Mulai bergerak sangat cepat di Indonesia. Sebab, model ini, pada awal tahun target. Pada pertengahan tahun evaluasi. Dan di akhir tahun ada capaian kinerja. Ini tidak fear. Mestinya adalah manajemen performa berkelanjutan. Bahwa setiap pimpinan harus melakukan choaching untuk terus melakukan pembimbingan, dan mendampingi terus. Pemimpin terus melakukan pembinaan dan pendampingan. Kalau ada problem- problem yang dihadapi, harus dilakukan percepatan. Jangan biarkan setiap staf bekerja dengan dirinya sendiri. Tetapi teruslah memberi bimbingan kepada mereka.
Di dalam forum penerimaan DIPA, Kemenag RI memperolehnya langsung dari presiden. Karena ada beberapa hal yang merupakan capaian Kemenag. Kemenag adalah sepuluh satker terbesar dan anggaran terbesar. Kemenag memiliki 4.510. Bahkan mungkin Kemenag satker terbesar dunia dan akhirat. Persyaratan kedua, Kemenag sudah empat kali mendapatkan opini BPK dengan capaian WTp. Persyaratan ketiga, ada konsistensi program kerja.
Di dalam pidatonya, pak Jokowi menjelaskan bahwa program kerja harus realistis. Pemberdayaan, penguatan, misalnya Bu Susi membuat program pemberdayaan nelayan. Yang paling jelas adalah membeli jaring, berapa? Membeli kapal berapa? Sesuatu yang bisa diukur. Measurable. Kalau mebeli kapal, berapa banyak.
Misalnya dalam penelitian, jangan lagi memakai pemberdayaan mutu penelitian.
Dan yang paling penting adalah program yang sangat dibutuhkan masyarakat. Apalagi di dunia perguruan tinggi, semakin abstrak semakin diminati.
Bob Sadino, para professor banyak ide, tidak dilaksanakan. Saya hanya memiliki satu ide, tetapi saya laksanakan. Maka bisa kaya.
Presiden Jokowi meminta seluruh kementerian untuk mengevaluasi selurub program. Yakni dengan melihat priority dan measurable.
Kita ingin tahu target, indikator dan capaian kinerja. IAIN Bukittinggi saya rasa bisa melakukan ini. Saya rasa para rektor bisa berkumpul untuk mengevaluasi hal- hal seperti ini. Saya kira hal- hal ini yang perlu kita perhatikan.
Terusan ceramah saya nanti pak Zain. Jabatan beliau sangat luar biasa, Kasubdit Pengembangan Akademik. Beliau paling bertanggung jawab untuk pengembangan akademik.
Pak Menteri sangat menganjurkan budaya kerja. Dimulai dengan reformasi birokrasi.
Ada lima budaya kerja. Berintegritas.  Tanpa KKn. No corruption. No nepotism. Reformasi birokrasi sukses, kalau audit internal dan eksternal sudah berhasil. Semakin sedikit temuan penyimpangan keuangan negara.
Apa yang kita nyatakan, itu juga yang kita lakukan.
Profesionalitas. Profesional adalah orang yang disiplin. Orang yang mengerjakan pekerjaannya. Orang profesional pastilah orang disiplin. Kalau jam kantor jam 7.30, maka kita masuk tepat waktu. Di tempat lain ada waktu atau jam fleksibel. BPK, ada tenggang waktu. Tenggang waktu harus ditambahkan. Flexible times. Kita tidak boleh menoleh ke kanan dan ke kiri mengenal kedisiplinan ini. Kita harus berprinsip menjadi contoh bagi yang lain. Maka penerapan pinger print, salah satu cara  mendisiplinkan diri. Sekarang sedang kita pikirkan, bagaimana absensi dosen yang tugas tridharma perguruan tinggi. Jadi ada banyak hal yang ke depannya harus kita lakukan. Kita harus melakukan yang terbaik. Kita harus menjadi contoh bagi yang lain. Kalau tugasnya sebagai pegawai perpustakaan, maka dia harus melaksanakan tugas pelayanan maksimal untuk perpustakaan.
Kita belum memiliki standar pelayanan yang memuaskan pelanggan kita. Customer services faction. Pelanggan kita adalah mahasiswa dan mahasiswa.
Sekarang ini sudah muncul lagi customer loyalty. Orang tidak bangga kalau tidak menyekolahkan anak anaknya di perguruan tinggi kita. Kkta harus melakukan hal ini agar pelanggan kita puas dan sangat loyal kepada kita.
Nilai inovasi. Kita harus terus melakukan perubahan. Kita tidak boleh hanya business as usual. Di tengah kerumitan kerumitan dari berbagai pihak, kita harus melakukan inovasi. Meskipun inovasi itu sangat kecil, tetapi kita harus melakukannya.
Transparansi dan akuntabilitas. Tata kelola harus akuntabel.
Dan yang kelima, keteladanan. Kita harus menjadi teladan. Saya senang dengan motto Universitas Petra, Surabaya. Menjadi yang terdepan. Karena menjadi terdepan, kita akan menjadi contoh. Hari ini kita menyaksikan kehancuran teknologi Jepang hancur. Puluhan ribu karyawannya Sony harus diPHK. Karena mereka kalah melakukan inovasi. Samsung, Korea Selatan, lebih cepat melakukan inovasi dan melahirkan produk.
Kemudian yang terakhir, saya ingin sampaikan adalah kita harus membangun budaya akademik. Academy culture, bukan budaya politik. Itulah sebabnya, Menteri Agama mengeluarkan PMA nomor 68. Bahwa pimpinan Perguruan Tinggi yang selektif, dan bukan hanya elektik. Bukan hanya yang terpilih, tetapi pimpinan yang terseleksi. Model one men one put, ternyata masih juga menyisakan suatu persoalan. Kita sungguh bergembira dengan lahirnya PMA nomor 68 ini, supaya di perguruan tinggi tumbuh lingkungan akademik.
Apalagi kita sedang menghadapi masyarakat ekonomi Asean. Sekarang sudah terjadi arus bebas tenaga profesional. Arus bebas barang dan jasa. Arus bebas penguasaan tanah. Ada dua kata kunci untuk memenangkan pertarungan ini dengan menjadikan mahasiswa berkompeten dan mampu berkompetisi. Hampir semua perguruan tinggi di Thailand memilki prodi Bahasa Indonesia. Barangkali ke depan, kita akan melihat banyak sopir yang masuk ke sini.
Dari sekarang, kita harus merumuskan kemampuan soft skill untuk mahasiswa. Kurikulum perlu kita evaluasi. Perbaikan dan evaluasi proses pembelajaran mahasiswa. Menata ulang prodi- prodi yang ada.
Kata- kata kunci untuk sukses:
Kerja keras
Kerja cerdas
Kerja ikhlas, bukan seikhlasnya.
Kerja solid
Kerja sama

Tidak ada komentar: