Gallery

Rabu, 24 Februari 2016

IAIN Batu Sangkar

Sekolah Tinggi Agama Islam telah berubah status menjadi Institut Agama Islam Negeri Batu Sangkar. Transformasi ini tentu memberi makna strategis dan signifikan bagi perluasan  akses dan prningkatan mutu serta standar akademik. PTKI. Tantangan kita sekarang ini bukan lagi perluasan akses saja, tetapi lebih dari itu, mutu dan proses pembelajaran harus menjadi prioritas utama.
Kualitas akademik dan standarnya menjadi perhatian kita semua. Sebab, standar akademik inilah yang menjadi penentu bagi lulusan PTKI berkuprah di tengah-tengah masyarakat. Terlebih lagi bagi dunia kerja yang semakin menantang. Persaingan di dunia kerja juga semakin tinggi. Dengan Era Masyarakat EkonomiASEAN secara otomatis, tenaga- tenaga profesional secara bebas bisa melamar dan menjadi tenaga kerja di mana pun negara ASEAN termasuk Indonesia. Bahkan sepuluh negara ASEAN ditambah dengan Cina, Jepang, dan India. Sungguh mobilitas tenaga kerja profesional akan "berdesakan" di sektor- sektor riil di negara kita.
Oleh karena itu, transformasi kelembagaan PTKI seharusnyalah diikuti oleh transformasi akademik. Jangan sampai hanya ganti "chasing".  Isi dan contentnya harus berubah total. Kurikulum ontegrasi ilmu harus menjadi kekhasan kita.
Ceramah Direktur Jenderal Pendidikan Islam pada kuliah Umum di IAIN Batu Sangkar, sebagai berikut:
Intensitas percaturan global dan lokal mengalami benturan
Visi Ditjen Pendis adalah menjadikan Indonesia sebagai The center for Islamic Civilization.
Pendidikan Islam di Indonesia meliputi pendidikan tinggi yang berjumlah 689 PT. Ada juga Direktorat Madrasah yang berjumlah 76 ribu. Ada lagi direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren sebanyak 30 ribu pondok. Jadi, saya ini memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Dengan jumlah demikian, sehingga APK kita sekitar 25 persen. Meskipun World Bank mengklaim sekitar 22 persen.
Sumber daya manusia kita yang sangat fundamental. Jadi bukan hanya sumber daya alam yang menjadi andalan kita. Lihatlah Singapura yang memiliki kemajuan yang sangat dahsyat. Dubai, yang memiliki sumber daya alam yang sangat minim tetapi termasuk negara yang sedang menanjak mengejar ketertinggalannya, dan sudah mendekati negara maju.
Struktur demografi kita sangat menjanjikan kalau kita membandingkan dengan negara eropa dan Jepang yang sedang mengalami aging population. Sementara Indonesia mengalami bonus demografi, ada 42 persen anak mudanya. Master plan pemerintahan SBY- Budiono menempatkan perguruan tinggi untuk kemajuan bangsa. Tidak ada negara maju tanpa didukung oleh perguruan tinggi yang maju. Semua negara maju pastilah memiliki perguruan tinggi yang sangat bagus. Perguruan tinggi memiliki posisi strategis dan sangat menentukan kemajuan suatu bangsa. Amerika maju karena memiliki Harvard Umiversity. Inggeris maju karena Cambridge University dan Oxford University. Singapura adalah negara kecil tetapi memiliki National University of Singapore. Jangan sampai Perguruan tinggi kita justeru ikut menyumbang angka pengangguran sarjana terdidik. Indonesia sudah berhasil menyumbangkan APK. Untuk perguruan tinggi sepuluh tahun yang lalu, masih 25 persen, dan sekarang sudah mencapai angka 32 persen APK. Sekarang tantangan kita adalah mutu pendidikan. Bagaimana mutu dan kualitas pendidikan kita bisa ,encetak sarjana yang bermutu itu. Program studi yang ditawarkan harus terkoneksi dengan kebutuhan masyarakat. Tidak boleh ada prodi yang terisolasi dengan kebutuhan masyarakat. Apa yang dimaksud dengan sarjana yang bermutu? Apakah World Class University? Saya ingin menegaskan bahwa mimpi kita bukanlah WCU. Tetapi kurikulum, kajian dan referensi yang sama dengan referensi yang diajarkan oleh seluruh dunia. Kalau prodi agama, maka referensinya harus sama dengan Universitas Al Azhar, Oxford unibersity, dst. Sehingga, alumni kita tidak pernah merasa minder dengan alumni lainnya. Sehingga anak- anak kita tidak pernah berhenti melakukan akumulasi akademik yang terjadi di dunia ini. Itu sesungguhnya yang realistis yang bisa kita kerjakan. Apa yang harus kita lakukan untuk mewujudkan ini? Pertama, dosen harus mengikuti dinamika perkembangan intelektualitas day to day. Dosen harus membaca jurnal internasional untuk selanjutnya disampaikan kepada mahasiswa. Dosen juga harus terus membaca.dosen harus terus membaca jurnal. Kalau kita ke Harvard University, di situ ada Islamic Law School. Komunitasnya hanya sedikit, tetapi semua prodi ada jurnal internasional. Kalau kita semua bersinergi, maka terjadi proses belajar dan mengajar yang lebih baik. Mahasiswa kita harus mahir belajar bahasa Inggeris dan bahasa Arab. Jangan pernah adek adek mahasiwa diwisuda, tetapi isinya dan mutunya, mereka tidak tahu apa yang ke Ak yang akan dikerjakan. Mereka kebingungan setelah wisuda. Jangan sampai Anda diwisuda, tetapi anda tidak mengerti bahasa asing. Kompetensi bahasa asing adalah kompetensi bahas asing yang harus dimiliki semua mahasiswa. Saya sering mau membuat aturan. Tetapi khawatir jangan sampai memberatkan. Standar bahasa asing ini, silakan para rektorlah yang akan membuatnya. Kalau Anda tidak bisa bahasa Inggeris, maka akanda tidak percaya diri. Karena anda tidak biasa bahasa asing. Juga kompetensi dasar tentang oengetahuan IT. Ditambah lagi dengan kompetensi moralitas. Akhlakul karimah. Kalau moralnya baik, tidak arogan, bahasa Inggerisnya bagus, tawadhu, pengetahuannya pada bidangnya bagus, saya sering mengatakan, di mana pun anda berada, dan dalam kondisi apapun Anda, anda bisa survive. Tidak boleh ada diskoneksi dengan ilmu dengan refleksi pengetahuan dengan masyarakat. Pengetahuan agama kita harus betul betul merefleksikan diri kita di masyarakat. Kita sudah sangat mendalaminya di kampus kita. Intensitas dan benturan global dan lokal semakin terasa. Kemajuan media sosial menjadi sarana semakin cepat dan mengintegrasikan kita dengan dunia global. LGBT, GAFaTar, radikalisme, semuanya ada isu global. Dan pendidikan tinggi harus berada pada garda terdepan untuk memberi kontribusi. Kita harus bicara untuk merespon isu isu global. Kampus harus menjadi kontributor utama dalam merespon semua ini. Di antara tugas utama Kementerian Agama RI adalah menyebarkan Islam damai dan moderat. Sebab, Indonesia adalah negara yang memiliki karakter keagamaan yang sangat demokratis, toleran, dan moderat. Dan telah mendapatkan pengakuan dunia. Tugas kita adalah bagiaman meningkatkan kualitas toleransi dan moderasi ini. Kontribusi perguruan tinggi, madrasah, dan pondom pesantren sangatlah besar. Saya sering mengklaim bahwa Indonesia yang punya infrastruktur sosial yang demikian tidak terlepas dari kontribusi kita. Indonesia memilki pulau adalah 17 ribu lebih, suku bangsa, dan budaya yang sangat plural. Ini semua bisa terjaga karena kontribusi lembaga pendidikan Islam. Sehingga, kita memiliki tujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat kajian dan peradaban Islam dunia. Tidak negara yang memiliki madrasah, dan pondok pesanren serta PTKI sebanyak ini. Transformasi ke institut, sesungguhnya harus diikuti dengan transformasi akademik. Ini semua bisa terwujud kalu kita bersinergi secara positif.

Tidak ada komentar: