Gallery

Sabtu, 30 Mei 2015

Professional Learning

Saya mengikuti seminar nasional yang bertajuk professional learning untuk Indonesia emas. Seminar ini dilaksanakan oleh Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarifhidayatullah Jakarta. Hadir sebagai nara sumber Dr Haidar Baqir, Prof Dede Rosyada, Prof Ki Supriyoko. Saya hanya sempat mengikuti paparan Haidar Baqir karena terlambat datang. Haidar Baqir seperti biasa tampil memukau dengan memaparkan teori- teori terkini pendidikan. Haidar mengupas dan mengkritik habis-habisan teori pendidikan yang sudah usang. Hal- hal yang menarik, sebagai berikut:
1. Anak- anak Indonesia banyak ilmu tetapi kurang praktek, action dan karakter. Oleh karenanya sejatinya pendidikan kita mengajarkan inovasi, kratifitas, critical thinking, action dan character. Karakter ini sebagai softskill sangat penting dan menuntun seseorang mencapai puncak kesuksesan. Dalam bahasa Agama, karakter adalah akhlak. Akhlak sangat utama bagi sebuah generasi bangaa. Innama al umamu akhlaqu ma baqiyat wa in humu zahabat akhlaquhum zahabu. Sebuah bangsa bisa survive jika akhlaknya masih tegak. Ketika akhlak sudah hancur, tamatlah bangsa itu. Demikian petuah Arab yang ditulis oleh Ibnu Ruslan.
2. Bangsa Indonesia dalam hal kehidupan islami ternyata berada pada posisi nomor urut 146 di dunia. Ini menurut riset Hassan Askary. New Zealand menduduki peringkat pertama. Menurut pengalaman Haidar Baqir yang mondar-mandir di Selamdia baru ini, kalau kita kebetulan mau menyeberang jalan, lalu toleh toleh, maka orang -orang di sekitar kita akan dengan ramah bertanya, Bapak mau ke mana? Ia menawarkan diri sebagai tempat bertanya. Tentu pemadangan Haidar seperti ini sangat kontras dengan warga Jakarta yang serba sibuk dan sudah sulit bertanya. Kalau pun kita bertanya, biasanya memberikan jawaban sekenanya.
3. Pendidikan kita harus mencreate multi kecerdasan, yakni logika, matematika, dan bahasa.
4. Siswa harus dilatih positive discipline. Yaitu siswa dapat berpartisipasi dalam menentukan pilihan. Sebab, anak anak kalau dipaksa akan cepat bosan.
5. Harus menerapkan assesment as learning. Anak anak diuji persis seperti apa yang akan dialami dalam kehidupan nyata.
6. Dalam penilaian harus menerapkan portofolio. Portofolio satu tahun prestasi anak menjadi pertimbangan utama. Tidak seperti UN-- ujian nasional-- yang seakan akan faktor kelulusan hanya satu satunya variabel tersebut. Tidak mempertimbangkan nilai rapor dan nilai harian siswa.




Tidak ada komentar: