Gallery

Jumat, 01 November 2013

Belejar dari Inggeris

Inggeris. Mendengar Inggeris tentu ada banyak hal yang menggelayut dalam pikiran. Inggeris adalah bangsa yang banyak menjajah bangsa-bangsa lain di dunia. Inggeris berhasil menginternasionalisasi bahasanya menjadi bahasa resmi Persatuan Bangsa-bangsa (PBB), bahasa ilmu pengetahuan dan sains, dst. Siapa saja yang mau memiliki pergaulan dunia harus paham dan lancar berbahasa Inggeris. Siapa yang mau menguasai sain dan teknologi, juga harus mengerti bahasa Inggeris. Bahkan para tukang pun mengerti "kunci Inggeris". Demikian hebat dan dahsyatnya bangsa Inggeris itu. Bangsa Inggeris memiliki distingsi dan berbeda dengan bangsa-bangsa eropa lainnya. Bangsa Inggeris lebih "santun" dan lebih peduli trhadap wilayah jajahannya. Lihatlah Kanada, Hong Kong, Philipina, India, Malaysia, dan Brunei darussalam untuk menyebut beberapa negara bekas jajahan Inggeris. Setidaknya mereka mengerti bahasa Inggeris yang memudahkannya untuk bergaul dengan bangsa-bangsa dunia lainnya. Berbeda dengan nasib bangsa Indonesia yang konon dijajah Belanda selama 350 tahun--sebab ada yang berpendapat seperti Mochtar Lubis, kita hanya 21 tahun dijajah Belanda--, disamping hidup melarat juga tidak pandai berbahasa Belanda. Bangsa Inggeris lebih ramah dalam pergaulan. Berbeda dengan bangsa Jerman yang kelihatan angkuh dan individualistik. Bayangkan saja, terkadang kita bertanya alamat atau sesuatu, tapi karena tidak memakai bahasa Jerman, mereka tidak memberikan jawaban apa-apa. Bertanya harus memakai bahasa Jerman, kata seorang kawan yang sudah lama menetap di Jerman. Mungkin ini hanya kesan sepintas. Tentu tidak semua orang Jerman demikian. Tidak bijak menggeneralisir sesuatu. Kanada, bekas jajahan Inggeris juga lebih santun ketimbang orang-orang Amerika lainnya, baik dalam komunikasi harian, seperti menyapa maupun pada pertemuan formal. Konon, bangsa Indonesia juga ramah-ramah dan santun. Semoga!

Tidak ada komentar: