Gallery

Minggu, 07 Juni 2020

Membincang Pak Lopa

Membincang Pak Lopa: Di Antara Sahabat dan Kerabat Pada tanggal 2 April 2020, di Perpustakaan Gedung MPR RI saya mengikuti bedah buku tentang Prof Baharuddin Lopa. Lopa yang Tak Terlupa, ditulis tahun 2001 oleh Alif We Onggang. Saat itu, peserta berjubel dan sulit mendapatkan kursi. Saya segera menyelinap masuk ruangan dan beruntung mendapat kursi pada deretan kedua. Tampak hadir sejumlah kerabat dan sahabat Prof Lopa. Saya lihat Prof Andi Hamzah, H. Rahmat Hasanuddin, Mba Masyitah ( puteri Lopa yang pelukis), dan seorang pejabat Kejaksaan. Saya bersyukur karena mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan uneg-uneg, meskipun saya tidak terlalu dekat dengan pak Lopa. Hal-hal yang saya sampaikan sebagai berikut: 1. Prof Lopa sebagai teks yang terus menarik untuk dibicarakan dan dikaji. Bedah Buku kali ini sebagai ajang untuk "menjaga kewarasan" bangsa. Sebab, bagi saya buku adalah anugerah Tuhan yag tak ternilai harganya, teman setia, dan penjaga kewarasan bangsa. 2. Buku dengan judul Lopa yang tak terlupa, ditulis tahun 2001 karya Alif We Onggang hadir timely, tepat waktu. Kita –terutama para birokrat—bisa tahan godaan karena sering membaca buku-buku tentang Prof Barlop. Beliau adalah sosok pemberani, lurus dan bicaranya lugas. Ingat penegakan hukum, ingat pak Lopa. Pak Lopa mudah dihubungi dan bicaranya lurus-lurus saja. Oke pak Lopa, hei sebentar. Wahyu, kau anak buahnya Karni Ilyas, itu tulisan saya sdh 2 minggu, kok tidak dimuat-muat. Dimuat ya....Itu sepenggal cerita kelugasan Pak Lopa yang rajin mengirim tulisan kepada pak Karni Ilyas. Testimoni Dr H. Rahmat Hasanuddin Saya beruntung karena punya hubungan kekerabatan dengan Pak Lopa. Saya sempat bermain semasa kanak-kanak. Saya dekat ketika beliau menjadi Bupati Majene pada umur 24 tahun menjelang 25 tahun. Beliau nyaris terbunuh pada saat Andi Selle berkuasa di Mandar. Saya membantu beliau untuk “melarikan diri”. Setahu saya, ada dua figur birokrat yang memengaruhi beliau, yakni Andi Pettarani (gubernur Sulawesi Selatan) dan Jenderal Muhammad Yusuf. Ada mobil Willis milik pak Lopa. Kalau mobil tersebut mogok, saya yang mendorongnya. Selanjutnya, ada dua figur intelektual yang terus menginspirasi beliau, yakni Prof Zainal Abidin Farid dan Prof Andi Hamzah. Meskipun seumur dengan saya, pak Andi Hamzah adalah karib pak Lopa dan guru saya. Pak Andi Hamzah adalah seorang ahli pidana. Kalau di kantor Kejaksaan, Pak Ali Said dan Ismail Saleh menjadi figur teladan beliau. Pak Lopa itu tidak ada abu-abu, yang ada hanya hitam dan putih. Itu masa depan kita, kata Ali Said. Ada Prof Sutjipto, mengapa pak Lopa masih dipakai pak Harto?. Sebab Pak Lopa adalah emasnya orde baru, dan di sekitarnya bukan emas. Pak Lopa itu jujur, berani dan berintegritas. Kariernya tidaklah selalu mulus. Pak Lopa pernah juga diparkir menjadi staf ahli di Kehakiman. Ada pak Ali Sadikin sangat dikaguminya. Pada saat yang sama pak Ali sadikin juga pengagum Lopa. Saya, Rahmat Hasanuddin biasanya bertindak sebagai penghubungnya. Waktu itu, A.M Fatwa sebagai Karo Hukum di DKI Jakarta. Ali Sadikin yang meminta agar A.M Fatwa berpindah-pindah penjara (ketika beliau mendekam di balik besi jeruji karena kasus Tanjung Priok?).  Bagaimana caranya pak Ali Sadikin bertemu dengan pak Lopa? Pak Ali Sadikin lewat, dan saya naik mobil beliau keliling-keliling di Jakarta. Begini saja, pak Ali Sadikin datang ke rumah, dan kami akan tutup rumah. Kami hanya bertiga di rumah pak Lopa. Mbak Masyitah ini masih kecil dan nonton di belakang.  Patut dicatat, bahwa pak Lopa itu membangun jati diri dari awal. Ia hidup konsisten dan apa adanya. Beliau tidak mau pencitraan. Dia tidak ambil pusing. Yang jelas, ada banyak keanehan pada dirinya. Dan barangkali, dia tidak normal. Beliau orang unik. Orang Pambusuang (desa tempat lahirnya di Mandar) menyebutnya “setengah wali”. Testimoni Arief Mulyawan, dari Kejaksaan. Saya beda generasi dengan pak Lopa. Saya dari orba ke reformasi. Saya masuk Kejaksaan mulai tahun 1991, dan sekarang saya baru berumur 52 tahun. Pak Lopa adalah manusia yang sangat langka. Kalau dikasih parsel, pasti ditolaknya. Ada parsel yang sudah terlanjur dibuka anak-anaknya, ditambal lagi dan dikembalikan kepada pengirimnya. Demikian pula pemikiran Andi Hamzah –sahabat Lopa—juga sangat luar biasa. Pemikiran Prof Andi Hamzah menganut filosofi pohon enau, merah ya merah. Pak Lopa adalah manusia langka. Bahkan rezim orba pun sangat menghargai pak Lopa.  Pak Lopa berpesan, jangan terima rabat, dan beliau memang tidak menerima rabat. Meskipun kita membuat 1000 undang-undang (peraturan), kalau orangnya tidak beres, ya tetap saja tidak ada gunanya. Pengakuan Masyitah Lopa Saya terlahir sebagai anak tengah, sehingga sering menjadi “sasaran tembak” saudara-saudara yang lain. Beliau (pak Lopa) orangnya sangat keras. Syita, siapa itu temanmu. Oleh teman, saya dianggap orang Batak. Siapa itu nama temanmu. Di mana kau kenal. Bapak, memang begitulah ayah saya. Mereka terlalu sayang dan anaknya dipagari satu per satu. Seperti yang tertulis dalam buku itu. Bapak juga ikut baca koran untuk mengawasi anak-anaknya. Dan kalau kita sudah bicara bisik-bisik, Bapak batuk-batuk (sebagai warning). Sewaktu saya mengikuti pameran seni lukis, di Kementerian Pariwisata. Ayah saya menghadiri acara pameran di jalan Sudirman. Saya memang memberi tahu bahwa saya ada pameran. Beliau datang. Dan datang pula beberapa pejabat. Ada Kapolri, Jenderal Bimantoro waktu itu. Keesokannya, saya lapor kepada beliau bahwa lukisan saya laris. Ajaib sekali. Apa karena ayah datang. Ternyata benar, pejabat eselon 1 ayah di Kemenkumham banyak yang datang. Abah, lukisan saya laku. oh ya.....saya mulai ragu-ragu. Abah ternyata yang beli Dirjen Kemenkumham. Ah kenapa bisa, sergah Lopa. Ini ada 20 juta uang saya. Jangan dipakai  dulu, pinta pak Lopa. Keesekon harinya, Pak Lopa memanggil Pak Adnan, sang ajudan. Tolong para dirjen dipanggil, perintah pak Lopa. Ketika para eselon satu sudah berkumpul di ruangan pak Lopa, beliau berujar:...kamu harus jujur, ini (lukisan) kamu beli, karena saya atau pencinta seni. Tentu mereka menjawab karena suka seni. Oke kata Lopa, saya mau ke rumahmu. Apakah lukisan tersebut kamu pajang atau tidak. Kamu harus membuat surat pernyataan bahwa kau adalah pencinta seni.  Hari itu, ketika beliau tiba di rumah, dan menceritakan kejadian di kantornya, saya berucap:...Abah ini bikin kacau saja. Pejabat itu memang membeli lukisan karena pencinta seni. KKN itu tidak benar, ucap Lopa tegas. Mba Masyitah berucap, Abah ini harus menghargai profesi pelukis. Saya ini sudah susah payah menghasilkan karya seni, mestinya diapresiasi juga. Waktu saya baru saja menjadi CPNS, beliau berpesan, kamu harus jadi PNS. Saya masuk Pariwisata dan gaji pertama 74 ribu. Gaji sebesar itu sangatlah kecil. Bapak berujar begini saja, kamu kan masih tinggal di rumah. Buat apa uang 74 ribu itu?. Belilah sesuatu. Apa yang kamu tidak punya. Ada satu buku diary harganya sekitar 30 ribu. Ya, berarti uangmu berharga, kata Bapak. Dan ternyata pembelajaran itu, baru saya rasakan sekarang. Bapak itu senangnya ngobrol. Om Thahir Lopa kalau datang sampai larut malam, tetapi anak-anak beliau mau cepat istirahat. Om Tahir sampai jam 2 malam mengobrol di dekat ruang dapaur, dan tidak pulang-pulang. Bikin makanan diantar sampai ke dapur. Namanya anak-anak, ya. Abah ini benar-benar orangnya sangat kekeluargaan. Beliau sangat menghargai keluarganya. Beliau sangat mencintai keluarga. Keras di chasing-nya saja. Ada sisi lembut pak Lopa pada keluarga. Bagaimana kecewanya Bapak kepada pak Soeharto. Berapa kali Bapak dicalonkan Jaksa Agung Muda, selalu lewat, tandas Masyitah. Selama Soeharto menjadi presiden, saya tidak bisa menjadi Jaksa Agung, pengakuan pak Lopa. Bapak sering pindah tugas. Bapak pernah diperbantukan di Ambon dan kota Pontianak. Pengakuan Prof Andi Hamzah Saya mengenal pak Lopa tahun 1954. Pak Barlop masuk tahun 1958. Mr Baramuli, dipanggillah dia, pasal berapa itu. Pasal berapa surat dakwaan itu. Surat tuduhan, pasalnya lupa. Bapak sudah 30 tahun jadi jaksa, kok lupa. Pasal 250, tidak pasal 251, jawab pak Lopa. Pintar ini anak, kata Pak Baramuli. Selanjutnya, oleh pak Baharuddin Lopa diajak ikut ke kamar pak baramuli. Suatu saat, Kepala Kejaksaan di Ternate harus ditindak. Sebab, dia memimpin demonstrasi mahasiswa untuk Wilayah Maluku Utara. Pak Lopa berujar, tidak apa-apa. Itulah sebabnya, sehingga kami inspeksi ke Ternate tahun 1966. Pada saat itu, ada mahasiswa yang bertanya dan keberatan... Kita ini tidak adil, kok Soebandrio diadili, sedangkan Soekarno tidak. Sementara pak Karno yang buat Gestapu. Pada sebuah pertemuan, pak Lopa dijanjikan dan diminta siap-siap untuk menjadi Jaksa Agung Muda (tindak pidana umum). Setelah beliau pulang ke Makassar dan selesai Rapim (Rapat Pimpinan) ternyata yang akan dilantik adalah orang yang berbeda. Ajudan, saya mau ketemu Jaksa Agung, kata Pak Lopa. Tidak bisa pak,jawab ajudan. Satu menit saja! Setelah beliau duduk, pak Lopa berkata, kamu ini Jaksa Agung pembohong. Dan satu minggu kemudian, keluarlah SK pak Lopa menjadi staf ahli kehakiman. Pak Lopa itu tidak bisa menyembunyikan sesuatu di hatinya. Suatu hari Dirjen Soebrata memberikan pengarahan agar semua Dirjen harus memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya. Pak Lopa, berbisik kepada saya, berantas diri sendiri dulu donk. Ada intel yang melihat Jaksa Lopa berbahaya sekali. Kalau saya kerjanya menulis buku,dan sudah menyelesaikan 30 buku. Hidup saya dari royalty. Beliau itu sangat sederhana. Beliau tidak pernah injak Mall. Berbeda dengan saya suka barang bermerek Bally. hobby saya sekarang thawaf di Mall...Mall di Singapore, Beach Villeage. Mall di Jepang, di Ginza. pak Lopa, hidup terlalu sederhana. kalau saya, setelah pensiun sudah tujuh kali ganti mobil. Kepintaran terkait kalau orang tua bodoh atau tidak jujur. Ada anak saya pintar, Insinyur dari ITB. Ada anak bungsu, bodoh. Saya bilang sama ibunya, itu yang bodoh, ikuti kamu. Ada juga anak saya yang suka seni sampai bau badan juga ikut.  Pak Lopa hidup sangat sederhana dan jujur.  Saya tidak memiliki perbedaan pendapat dalam hukum. Politik tidak boleh memengaruhi keputusan hukum. Ketika kasus Tony Gozal, saya sebagai penuntut umum.  Sewaktu diperiksa, dia minta air putih. Ini namanya Toni Gozal, perampok, sergah Lopa. Ketika Tony Gozal keluar ruang sidang dan diantar memakai mobil pribadi, dan pak Lopa tahu. Kembali, pakai mobil tahanan, cegah Lopa.  Pak Andi Hamzah, the true hakim. Pak Lopa, jaksa munafik karena menyebut saya perampok, Tony Gozal bergumam. Pak Lopa itu sangat jernih. Ketika beliau bertugas di Komnas HAM, pak Lopa diinterview oleh wartawan. Wartawan: kenapa pak Lopa yakin bahwa ini adalah makam....eh anu itu, saya lihat dari salipinya (ikat pinggangnya). Beliau tidak peduli sedang diwawancara. Beliau tidak bisa menyembunyikan isi hatinya. Beliau juga kalau berbicara terkadang membawa bahasa dan dialek Mandarnya. Semoga Indonesia bisa melahirkan Lopa-Lopa berikutnya. Bangsa ini membutuhkan sosok Lopa yang pemberani, hidup bersih dan berintegritas tinggi.

1 komentar:

michelle mengatakan...

Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
mampir di website ternama I O N Q Q.ME
paling diminati di Indonesia,
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
~bandar poker
~bandar-Q
~domino99
~poker
~bandar66
~sakong
~aduQ
~capsa susun
~perang baccarat (new game)
segera daftar dan bergabung bersama kami.Smile
Whatshapp : +85515373217