Gallery

Senin, 25 Juli 2016

Cerita Baharuddin Lopa

Kisah pak Lopa ini berdasarkan cerita Dr Wajidi Sayadi, kemanakan Prof Lopa yang sehari- hari bersama beliau di kediamannya. Jadi kisah ini berdasarkan pengalaman dan pengamatan langsung. 1. Bertengkar dengan isteri. Karena sebagai Menteri Kehakiman, pakaian beliau di mata isteri sangat sederhana. Tidak pantas sebagai pakaian pesta. Bertengkar hebat. Isteri beliau, Bu Andi Endara wulan tidak mau ikut kalau beliau tidak mengganti bajunya. Sementara pak Lopa melihat bajunya sudah pantas untuk ikut pesta. Lalu, pak Lopa pada akhirnya mengalah. Beliau mengganti bajunya. Mereka berdua melenggang ke pesta pernikahan kerabatnya. 2. Mengembalikan burung titipan. Satpam yang menerima burung entah darimana mendapat semprot dari pak Lopa. Satpam jatuh sakit. Dan tidak pernah sehat sampai pak Lopa wafat. Dengan nada keras, beliau berkata, siapa yang menyuruh anda menerima burung ini. Tolong kembalikan burung ini. Dan jangan pulang sebelum ada bukti bahwa burung itu sudah kembali ke pemiliknya. 3. Beli baju yang super murah. Pak Lopa kalau membeli baju seharga 15 ribu. Tolong belikan baju kaos yang berkera yang seharga 15 ribu.,jangan lebih dengan harga tersebut. Orang yang disuruh tentu kesulitan untuk mendapatkan baju seharga 15 ribu rupiah. Dia punya ide, menggunting harga baju tersebut, sehingga memudahkan urusan. Semoga pak Lopa tidak menanyakan lagi harga baju super murah tersebut. 4. Menjahit sepatu. Sepatunya cuma ada satu. Sewaktu robek, beliau menyuruh kemanakannya untuk menjahitnya. Karena tidak mendapatkan penjahit sepatu, maka dijahit di pinggir jalan. Karena beliau tidak bisa menunggu lama. Beliau hanya memiliki satu sepatu. 5. Tulisan terakhir yang ditulis di Suara Pembaharuan adalah Kebebasan Pers. Beliau memuji Habibie yang mengusung kebebasan pers tetapi tetap dalam koridor hukum. Regulasi dan hukum tetap ditegakkan. Kebebasan tidak bersrti sebebas- bebasnya. 6. Suatu hari, Prof Lopa bertemu kawan lamanya di Pasar Minggu. Beliau sangat akrab dan kangen dengan lamanya tersebut. Setelah perbincangan selesai, keduanya berpisah. Dan mengucapkan salam perpisahan. Dan pak Lopa merogoh kantongnya sembari memberi uang temannya tersebut. Berapa jumlahnya? Rp 15 ribu. Isterinya nyeletuk, mipasiri'o tongang abba Khalid. Engkau membuat malu kita. Bayangkan, seorang Menteri Kehakiman memberi uang sejumlah rp. 15 ribu. Apa kata orang? Ah, itu sudah banyak, jawab Lopa enteng. Kita tidak tahu, apakah Prof Lopa itu tidak mengerti nilai uang. Atau mengajarkan kesederhanaan kepada siapa pun. Atau memang kurang peka terhadap warna dan nilai uang, maaf. 7. Setiap pak Lopa menyuruh sesuatu, selalu mengulanginya. Seumpama beliau menyuruh seseorang untuk membeli meperluan sehari- hari, setelah yang bersangkutan hendak berangkat, beliau mengecek lagi. Apakah yang bersangkutan mengerti apa yang disuruhkan. Beliau sangat teliti. Sama halnya, ketika beliau diwawancarai seorang wartawan. Sebelum sang wartawan selesai menulis, pak Lopa pasti mengecek lagi, apa yang telah ditulis sang wartawan. Jangan sampai ia salah mengutip pendapat Prof. Kalau ada yang kurang pas, pak Lopa langsung mengoreksinya pada saat itu juga. Mohon maáf kepada keluarga Lopa kalau ada yang bersifat personal. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengambil íbrah keteladanan dan kesederhanaan seorang Barlop.

Tidak ada komentar: