Gallery

Rabu, 07 Maret 2018

Cerita Dua Umar

Umar ibn Khattab pada suatu malam berkeliling kota Madinah untuk mengetahui tingkat kejujuran warganya. Sekitar tengah malam, Umar mendengar suara sayup -sayup perdebatan antara seorang ibu dengan anak gadisnya. Inti pembicaraan mereka adalah ibu memengaruhi gadisnya untuk mencampur susunya dengan air agar besoknya ia bisa menjual susu dengan banyak liter. Tetapi anak gadisnya tidak terpengaruh dan tetap bersikukuh untuk tidak mencampur susu jualannya dengan air. Si anak gadis menolak sambil menjelaskan bahwa tidak ada satu pun perbuatan yang luput dari pengawasan Allah Swt. Umar mendengar percakapan tersebut. Segera saja Umar ibn Khattab memerintahkan Aslam, ajudannya untuk memanggil ibu sang gadis. Saya mau menjadikan anak gadismu sebagai menantu. kata Umar. Bagaimana mungkin ya amiral mukminin. Kami tidak sekufu. Kami hanyalah rakyat jelata. Tidak, saya ingin puteraku Ashim menikah dengan seorang gadis yang bertakwa kepada Allah Swt, tegas Umar. mereka kelak akan melahirkan generasi yang shaleh. Demikianlah, Ashim memiliki putera yang sangat tersohor akan keadilan dan kejujurannya, yakni Umar ibn Abdul Aziz. Demikian pentingnya keturunan yang bertakwa. Gayung bersambut. Fathimah binti Abdul Malik ibn Marwan, isteri Khalifah Umar ibn Abdul Aziz, semenjak suaminya dilantik sebagai khalifah, ia mewakafkan hampir semua hartanya ke Batul Mal. Ia hanya menyisakan beberapa dirham untuk kebutuhan keseharian mereka. Hal ini dilakukannya karena mendengar nasehat suaminya, pilih mana? Harta atau cinta kita? Fathimah memilih untuk mendukung dan mensupport sang khalifah. Ternyata, ketika Ia menjadi permaisuri tidak menjadi lebih kaya, tetapi yang terjadi justeru sebaliknya. Inilah teladan kita. Kisah khalifah Umar ibn Abdul Aziz dan Fathimah isterinya tertulis dengan tinta emas dalam sejarah Islam. Patut dicatat bahwa pada masa Umar ibn Abdul Aziz, karena kemakmuran rakyatnya, sehingga tidak ada orang yang mau menerima zakat, dan sedekah. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar: