Pada sebuah kesempatan, saya mewakili
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof Kamaruddin Amin dalam pertemuan
Asosiasi Pengembangan Ekonomi Syariah Indonesia. Kegiatan tersebut dilaksanakan
di Rektorat Universitas Brawijaya, Malang. Hadir sebagai Key note, Dr. H. Abdul
Wahid, staf ahli Kemenristek Dikti, dan nara sumber lain dari perwakilan
Direktur bank Syari'ah.
Kegiatan tersebut ramai, dan dihadiri
pimpinan PTKI terutama yang mengelola Fakultas Ekonomi dan Bisnis Syariah. Ada
juga rektor IAIN Banten, Prof Fauzul Iman, dan rektor Universitas Muslim
Indonesia, Makassar, Prof. Hj. Masrurah. Dan dekan-dekan dan pengelola asosiasi
ekonomi syariah dan perbankan syariah.
Beberapa poin penting yang saya sampaikan
pada forun tersebut, sebagai berikut:
1.
Tantangan
a. Prof Ali Allawi, dalam the Crisis of
Islamic Civilization menulis bahwa tantangan kita sekarang ini adalah pemilikan
umat Islam terhadap wealth, kekayaan. Masalah kita adalah kesajahteraan yang
rendah. Rata-rata umat Islam, atau negara yang mendeklarasikan diri sebagai
negara Islam itu miskin.
Why? Negara-negara muslim dari Maroko sampai ke Merauke memiliki beberapa
ciri utama. Terbelakang, tidak terpelajar. Rendah demokrasi. Dan minim
penghormatan kepada perempuan. Miskin, tidak sejahtera. Dan biasanya juga
diikuti sakit sakitan. Sementara negara maju seperti Eropa, Amerika dan
Australia, masyarakatnya terpelajar, civilized. Sejahtera, tidak banyak
pengangguran. Dan sehat. Panjang umur. Menghormati hak-hak perempuan.
Demokratis.
Padahal, kita kaya akan value dan
nilai-nilai luhur. Tetapi kita tidak memasukkan value tersebut kedalam sebuah
sistem kehidupan. Itulah kritik Prof Jasser Auda dalam buku terbarunya,
Maqashid al Syariah as Philosophy of Islamic Law. A system
approach.
b. Apakah kita sepakat memakai nomenklatur
Islamic Finace atau Islamic Economy. Ekonomi Islam atai ekonomi syariah.
Sebab, sekarang ini sedang menyeruak Islamic radicalisme. Islam radikal cukup
mengganggu. Ini tantangan ke depannya. Saya punya cerita. Di Sydney Air port,
terdapat toko buku. Ada banyak koleksi buku yang dijual. Begitu bertanya
tentang buku-buku agama, mereka kebingungan. Dan heran. Barangkali mereka tidak
terlalu butuh tentang topik ini. Agama formal sudah ditinggalkan karena tidak
mencerahkan. Tidak mendamaikan. Beragama malah tambah sulit, tidak toleran.
Tidak humanis. Barangkali mereka berpikir, Tuhan terllu jauh untuk digapai.
Sekarang ini, di dunia nyata, kita menghadapi kehidupan demikian dinamis.
Barangkali di barat masih berkembang para pemikir bebas. Barangkali mereka
menggugat agama-agama formal yang menjadi biang pertengkaran kemanusiaan. kalau
agama benar, dan Tuhan ada mengapa masih terjadi bencana. Mengapa masih terjadi
ketidakadilan sosial. Mengapa masih banyak masyarakat miskin. Terhadap
pertanyaan-pertanyaan ini, agama harus hadir menyapa masyarakat yang rasional
dan empiris ini.
2. Isu-isu
krusial ekonomi Syariah atau Perbankan syariah, antara lain
a. Dari sisi market share, pangsa pasar masih sangat kecil, masih 4,9 persen per
mei 2015 dibanding bank-bank konvensional. Bank-bank Syariah baru mengelola dana
sekitar 240 T dari 2.000 T. Konon, nasabah bank konvensional yang tertarik kepada
bank-bank syariah hanya menyentuh angka 14%. Sangat sedikit dibanding jumlah populasi
umat Islam yang melimpah di Indonesia.
b. Persoalan Sumber Daya Manusia. Di mana
SDM di Bank-bank syariah masih mayoritas masih dari latar belakang SDM bank-bank
konvensional.
c. Regulasi ekonomi syariah dan turunannya
masih sangat sedikit, dan belum maksimalnya sinkronisasi kebijakan antar
lembaga pemerintah. Yang sudah ada sekarang adalah Undang-Undang SBSN nomor 19
tahun 2008 dan UU nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah.
d. Masih kurangnya sosialisasi. Banyak
orang yang belum mengetahui sistem ekonomi syariah, termasuk pegawai
pegawainya. Mudharabah, takaful, musyarakah mutanaqishah MMQ, dst.
3.
Peluang
a. Indonesia adalah masyarakat muslim
terbesar dunia, dan nomor tiga negara demokrasi terbesar di dunia. Tidak
terlepas dari kontribusi PTKI dan pondok pesantren serta madrasah.
Perlu kurikulum ekonomi syariah yang
menjadi flatform bersama. Sehingga alumni kita bisa berkualitas dan diakui oleh
pasar kerja. Kemenag sudah mengeluarkan 101 prodi ek syariah, mualamat,
perbankan syariah, dst. Dan tahun 2011 sampai
b. Kita ini umat Muslim terbesar di dunia.
Tetapi market share per Mei 2015 baru menyentuh angka 4,9 persen, sekitar 240 T
dari 2.000 T pangsa pasar, yang dikelola lembaga keuangan. Masih sangat jauh
dari angka ideal. Apa yang harus kita kerjakan. Kita harus melakukan quantum
leap. Lompatan yang jauh agar bisa mendicipi market share tadi. Barangkali
dengan paket ekonomi jilid lima, ada angin segar terutama kebijakan
deregulasi parbankan syariah. Bagaiama masyarakat bisa lebih mudah ut
akses bank bank syariah.
c. Prof Greg Feely, Expressing Islam. Pada
akhir buku tsb ada tiga artikel yang membhs tentang Islamic Economy, atau
ekonomi syariah. Termasuk laporan mengenai perkembangnya B mT Baitul Mal wa
tamwil. Sebab, Bank bakn konvensional lebih tertarik mengurus kelompok jelita.
Sedang Bank Bank syariah, apalagi BMT pastilah mengurus rakyat Jelata. Mengurus
jelita dan yang jelita.
4. Sebulan lagi kita memasuki era baru,
MEA. Philip Kotler sudah menulis buku Think New Asean. Dalam buku itu
digambarkan bahwa pesaing baru dalam dunia dirgantara adalah Air Asia. Sebab,
mereka memiliki pilot yang anergik. Flihgtnya tepat waktu. Lebih ekspansif
dibanding garuda. Ternyata Air Asia cemplung. Sehingga runtuhlah trust
masyarakat. Akhirnya Air Asia terpuruk. Hal hal yang terkait management resiko
harus diantisipasi. Indonesia ini memang sering unpredictable. Indonesia sulit
diprediksi.
5. Karl Kruszelnicki, House of Karls,
2014. Ada bab yang membahas Bank Robbery, perampokan bank. Dan pembahasan Greed
is not good. Tamak itu tidak baik. Secara moral, filosof Yunani, Plato dan
Aristoteles sudah menegaskan keburukan sifat tamak itu.
6. Dunia pendidikan Islam,
PT untuk Quantum Leap, lompatan yang
jauh.
Midle
class society sdg
bertumbuh. Middle class society
inilah yang menyelamatkan Indonesia
Dengan perkembangan ekonomi syariah akan
bisa menghidupkan tradisi akademik di dunia Islam yang sudah hampir dilupakan,
Fiqih Mawaris. Furudl al muqaddarah. Ilmu Faraidh. Karena harta waris tidak ada
lagi yang mau dibagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar