Gallery

Rabu, 22 Februari 2017

Tafsir Kebenaran

Alfred North Whitehead--pemikir dan matematikawan-- pernah berkata, Tak ada kebenaran yang utuh. Semua kebenaran adalah setengah kebenaran. Gianno Vattimo menulis novel dengan judul A Farewell to Truth, Manusia tak selamanya manis. Tak ada jaminan caritas berhasil. Kebencian dapat berkobar dengan kebenaran yang dibuatnya sendiri. Sajak W. H. Auden di kala berkecamuk perang dunia II, We must love one another or die. Kita mestinya saling mengasihi satu sama lain, atau kita mati. (Sumber Goenawan Mohammad, Caritas dalam Tempo).

Guru Inspiratif

Panitia Menyapa: Ikhtiar Mencetak Guru Inspiratif Oleh: Muhammad Zain Musyawarah Kerja Nasional PERGUNU digelar karena berangkat dari sebuah keprihatinan. Bahwa ada yang salah dalam proses pembelajaran dan pendidikan kita. Halmana, peserta didik belum sepenuhnya dapat diandalkan untuk bisa berpikir kreatif, berinovasi dan berdaya saing. Lebih-lebih lagi dengan kenyataan mudahnya tawuran antar pelajar. Fenomena apa ini? Apa yang salah dengan pendidikan kita. Apakah karena guru- gurunya sudah jarang mendoakan murid- muridnya. Para guru sudah sangat asyik dengan sertifikasi guru? Atau para peserta didik yang memang sedari keluarganya sudah banyak masalah? Atau masyarakat kita tengah "galau" dengan perubahan dan globalisasi. Kita tengah mengalami The Future Shock--meminjam istilah Alvin Toffler. Menggugat Pendidikan Menarik membaca pikiran Ken Robinson yang diulas Yuswohady dibawah judul Menggugat "Pendidikan Bonsai". Tragedi terbesar pedidikan dewasa ini adalah tidak membebaskan. Tidak melahirkan manusia merdeka. Tidak mendidik manusia mandiri dan independent. Pendidikan tak ubahnya sebagai alat dan sekrup kapitalisme. Pendidikan dikesankan sebagai alat untuk mencari makan, mengejar kekuasaan, dan untuk menggapai ketenaran. Peserta didik disodori soal-soal multiple choice. Mereka diarahkan untuk mencapai target nilai dan indeks prestasi akademik tinggi. Pendidikan gagal untuk menemukan jati diri pesera didik. Pendidikan sejatinya membebaskan seperti gagasan Paulo Freire. Pendidikan semestinya mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan alternatif sejatinya yang lebih holistis, humanis, dan kreatif. Pendidikan mestinya mengedepankan empat dimensi: ekonomis, sosial, kultural dan personal. Pendidikan harus mampu mentransformasi anak didik menjadi manusia dewasa yang berpengetahuan, berkepribadian dan berkearifan, tulis Yuswohady. Persoalan utama dan kegelisahan Robinson adalah How Schools Kill Creativity. Walhasil, pendidikan harus melahirkan sosok kreatif, dan sosok pengubah dunia. Untuk lebih detail, ada buku Tony Wagner, Creating Innovators: The Making of Young People Who Will Change the World, 2015. (Kompas, 11 Januari 2016, h.29). Sebagai ikhtiar untuk mencetak peserta didik yang kreatif dan berinovasi, barangkali tepat untuk mengimplementasikan professional learning. Profesional learning yang dimaksud, pokok- pokok pikirannya sebagai berikut: 1. Anak- anak Indonesia banyak ilmu tetapi kurang praktek, action dan karakter. Oleh karenanya sejatinya pendidikan kita mengajarkan inovasi, kratifitas, critical thinking, action dan character. Karakter ini sebagai softskill sangat penting dan menuntun seseorang mencapai puncak kesuksesan. Dalam bahasa Agama, karakter adalah akhlak. Akhlak sangat utama bagi sebuah generasi bangsa. Innama al umamu akhlaqu ma baqiyat wa in humu zahabat akhlaquhum zahabu. Sebuah bangsa bisa survive jika akhlaknya masih tegak. Ketika akhlak sudah hancur, tamatlah bangsa itu. Demikian petuah Arab yang ditulis oleh Ibnu Ruslan. 2. Bangsa Indonesia dalam hal kehidupan islami ternyata berada pada posisi nomor urut 146 di dunia. Ini menurut riset Hassan Askary. New Zealand menduduki peringkat pertama. Menurut pengalaman Haidar Baqir yang mondar-mandir di negara Selandia Baru ini, kalau kita kebetulan mau menyeberang jalan, lalu tolah-toleh, maka orang -orang di sekitar kita akan dengan ramah bertanya, "Bapak mau ke mana?" Ia menawarkan diri sebagai tempat bertanya. Tentu pemadangan Haidar seperti ini sangat kontras dengan warga Jakarta dan kota metropolis lainyya yang serba sibuk dan sudah sulit bertanya. Kalau pun kita bertanya, biasanya mereka memberikan jawaban sekenanya. 3. Pendidikan kita harus mencreate multi kecerdasan, yakni logika, matematika, dan bahasa. Siswa yang cerdas bukan hanya yang jago matematika dan sains, tetapi juga bagi mereka yang ahli bidang bahasa atau olah raga. Multiple intelligence penting untuk diperhatikan setiap guru. Sebab, faktanya ada anak didik yang terlanjur diclaim anak bodoh hanya karena pelajaran matematikanya tidak memenuhi standar. Padahal yang bersangkutan memiliki keahlian estetik atau kinstetik lainnya. Sehingga pada praktiknya, ada saja guru yang telah membunuh kreatifitas anak. Tanoa sadar guru itu telah membunuh masa depan anak tersebut. 4. Siswa harus dilatih positive discipline. Yaitu siswa dapat berpartisipasi dalam menentukan pilihan. Sebab, anak-anak kalau dipaksa akan cepat bosan. 5.Anak-anak diuji persis seperti apa yang akan dialami dalam kehidupan nyata. Jangan sampai ada soal ujian yang jauh panggang dari api. Soal ujian yang tidak menggambarkan realitas kehidupan yang sesungguhnya. Jangan mencontoh plot cerita sinetron kita yang cenderung tidak rasional dan realisitis. Tidak merepresentasikan kehidupan nyata yang sesungguhnya. Revolusi Informasi Revolusi Informasi berdampak luar biasa terhadap reformasi pembelajaran. Dari pembelajaran yang terpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berbasis IT. Sehingga seorang guru hanya berfungsi sebagai fasilitator. Dan kalau mereka kurang tanggap, peserta didiknya dapat meninggalkannya. Sebab peserta didik membutuhkan perubahan, bukan hanya seorang guru. Pembelajaran juga harus berbasis riset. Seorang guru terutama dosen harus mengajarkan sesuatu berdasarkan hasil riset yang dilakukannya. Guru tidak boleh hanya mengandalkan pengetahuan 'common sense' kepada siswa-siswinya. Dunia sekarang sudah terkonek dengan dunia lain. The World is flat, kata Thomas Friedman. Kita tidak hidup sendirian. Penguasaan dan pemanfataan teknologi dalam proses pembelajaran adalah suatu kemestian. Informasi menyebar demikian cepatnya. Sekarang sudah era paper less culture. Budaya nir kertas. Penggunaan kertas sudah berkurang atau tidak sama sekali. Face booker society. Masyarakat pengguna face book. Semua informasi biasanya sudah ramai dibicarakan di face book. Demikian pula twitter. Seseorang lebih senang "berkicau" lewat twitter, bahkan seorang presiden sekalipun. Apa yang akan disampaikan oleh seorang guru di kelas, mungkin sudah diketahui oleh para siswanya. Berkat revolusi IT, informasi sangat cepat beredar. Kejadian di suatu daerah terpencil, dalam waktu yang sangat singkat dapat diketahui di belahan dunia lainnya. Itulah dampak Globalisasi. Hampir tidak ada infromasi yang dapat ditutup-tutupi sekarang. Dulu, guru, Kyai sangat dihormati karena merekalah satu-satunya sumber informasi. Sekarang, zaman sudah berubah. Google dan media sosial lainnya sudah menyiapkan lebih dari 70% infromasi yang dibutuhkan manusia. Setiap delapan jam terbit artikel dan buku baru. Dalam hitungan detik, informasi apa pun yang kita butuhkan, dapat dijelaskan oleh Google. Dengan demikian, para pendidik, guru, Kyai, dosen harus mengerti perubahan ini. Materi, metode pembelajaran harus diubah. Kita seharusnya menekankan pada pentingnya critical analysis. Bagaimana menganalisis "tumpukan" atau bahkan "sampah" informasi itu. Hoax sudah bertebaran dan menu sehari- hari bagi pengguna internet. Berhati- hati dan waspadalah! Demikian pula dengan orang tua. Perlu perubahan pola komunikasi dalam mendidik putra-puteri kita. Hampir semua anak usia muda sudah memegang hand phone. Itu berarti, aspek finansial dalam keluarga harus diperhatikan. Seorang orang tua tidak bisa lagi mengandalkan konsep "birr al-walidain", berbakti kepada kedua orang tua untuk menakut-nakuti anaknya agar mereka dihormati. Zaman betul-betul sudah berubah. Seorang anak remaja sudah demikian "gaul". Mereka sudah sangat terkonek dengan seusianya dari selruh belahan dunia. Anak-anak juga semakin cepat dewasa. Bagaimana menanamkan nilai-nilai kebaikan di tengah revolusi teknologi informasi yang demikian ini? Jangan-jangan suatu waktu, anak-anak kita hanya menghormati orang tuanya karena kebetulan merekalah yang melahirkannya. Anak-anak hormat kepada orang tua karena "numpang" lewat lahir ke dunia fana ini. Gawat! Akhirnya, kami atas nama panitia mengucapkan terima kasih yang setulus- tulusnya kepada berbagai pihak yang telah memberi kontribusi demi terselenggaranya acara nasional ini. Kepada Pengurus Besar Nahdhatul Ulama wa bil khusus Ketua Umum Prof. Dr. K. H. Saiq Aqil Siraj, M.A yang atas arahan dan bimbingannya selama ini. Kepada Ra'is Am PBNU, K. H. Ma'ruf Amin atas motivasi dan pemikirannya yang terus menginspirasi jama'ah dan jam'iyah Nahdhatul Ulama. Kepada Dr. K.H. Asep Saifuddin Halim, Ketua Umum PERGUNU, atas bimbingan dan keterlibatan langsung beliau, sehingga kegiatan ini berlangsung dengan lancar. Melihat sosok Kyai Asep Saifuddin, kita teringat dengan mitologi Yunani, Raja Midas, tha Touch of Midas. Apa pun yang disentuhnya akan menjadi emas. Teladan, kerja keras, ketulusan beliau menjadi inspirasi dan penyemangat bagi panitia, pusat dan daerah serta warga PERGUNU. Kepada Tuan Rumah Drs Tuan Guru Taqiyuddin, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Al- Mansuryah, Lombok, NTB. Dengan semangat dan "telaga hatinya" keluarga besar pondok ini dapat menyelenggarakan perhelatan nasional ini. Tangan dingin beliau dan keluarga serta keikhlasan adalah modal utama mereka, sehingga acara ini terselenggara dengan baik. Kepada Gubernur NTB, Dr TGB Zainul Majdi, M.A --beserta segenap jajarannya, wakil Gubernur H. Muhammad Amin dan Kepala Biro NTB--sebagai umara dan ulama, kita menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya. Kita do'akan beliau agar diberi amanah yang lebih besar di negeri tercinta ini, Indonesia. Kepada Bapak KAPOLDA NTB dan beserta jajarannya, atas perhatian dan bantuan keamanan selama acara berlangsung. Kepada. Bapak Bupati Lombok dengan jajarannya, terima kasih atas support dan kerjasamanya selama ini. Kepada wartawan atas kerja samanya menyebarkan informasi kepada segenap lapisan masyarakat, sehingga acara ini terinformasi dengan baik sampai lapisan masyarakat paling bawah. Kepada seluruh alim- ulama, para guru Nahdhatul Ulama sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, terima kasih atas do'a dan ketulusannya dalam mendidik anak bangsa ini, sehingga Indonesia masih bisa tegak dan berdaulat sampai hari ini. Berkat jasa dan baktimulah, sehingga anak- anak bangsa ini bisa tegak kepalanya setara dengan bangsa- bangsa lainnya di dunia internasional. Akhirnya, kami memohon maaf, sekiranya ada hal yang kurang pas selama acara ini berlangsung. Kekurangan fasilitas, hospitality, penjemputan, menu makanan yang sangat sederhana, kami mohon maaf. Yang pasti semua menu yang kami hidangkan, sehat dan dijamin halal. Abu A'la al- Ma'arry pernah berkata: iza atatka madzammaty min naqish-in. Fa hiya al- syahadat-u ly bi anny kamil-un. Jika sampai berita kekurangan diriku kepadamu. Itu pertanda kesempurnaan akan diriku. Wa Allah al- muwaffiq ila aqwam al- tharieq Wassalamu 'alaikum warahmatullah wabarakutuh.

Sabtu, 11 Februari 2017

Yala-Pattani

Kota Yala dan Pattani adalah dua kota yang berada di Thailand Selatan. Kedua kota ini sebagai pusat kebudayaan Melayu. Melayu di Thailand berarti muslim. Kedua kota ini sampai detik ini masih dalam pengawasan pemerintah pusat. Kalau kita melakukan perjalanan pastilah kita melewati sejumlah check pointt. Dan masing-masing check point terpampan sekitar 10 orang yang dianggap buron. Pada malam pertama kami keliling kota sambil menikmati suasana malam. Kami mencari kuliner. Tiba-tiba saja kami dicegat di tengah jalan oleh sejumlah tentara yang sedang jaga malam. Untungnya Adul Yadai, local staf adalah orang Thailaand dan santri pondok Gontor Ponorogo. Saya lihat mereka bercakap serius dalam Bahasa Thailand. Seorang tentara mengawasi sambil mengarahkan senter kecilnya ke arah muka kami. Kami diam saja. Kami juga tidak mengerti bahasa Thailand. Yang terdengar hanya kata "kap" dari mas Adul. Akhirnya kami lepas dan melanjutkan perjalanan mencari makan malam. Sesampai di restoran, saya bertanya. Tadi itu kami hanya mendengar kata "kap". Kap itu artinya apa? Ya, jawab mas Adul. Oh begitu!. Thailand Selatan mulai memberontak ketika pada tahun 2002 terjadi larangan penggunaan Bahasa Melayu di sekolah-sekolah. Padahal Bahasa Melayu identik dengan Islam. Kota Pattani dan Yala adalah pusat kebudayaan Melayu. Di Yala sendiri sudah tahun ke-4 mereka menyelenggarakan the Melayu Day. Di sini ada festival budaya antar negara, Thailand,Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Ada pameran budaya. Tahun ini dari Indonesia UIN Walisongo Semarang dan IAIN Purwokerto mengikuti the Melayu Day. Madrasah 4 Jakarta juga ikut mementaskan Tari Saman. IAIN Purwokerto mementaskan shalawatan. Saya kira perhelatan seperti ini sangat penting untuk menambah wawasan dan jejaring regional ASEAN. Bahwa kita sadar memiliki saudara serumpun Melayu yang mungkin nasibnya masih di bawah kita. Mereka hidup di negaranya sendiri tetapi dalam tekanan politik pemerintah pusat. Sebab di Thailand muslim hanya sekitar 20% kata Mas Agus Sholeh yang sudah empat kali ke Thailand. Sebagai muslim minoritas dan berada di daerah selatan Thailand,Yala dan Pattani perlu mendapatkan support dari kita. Sebab,negara-negara Timur Tengah juga gencar menanamkan pengaruh di kota ini. Sesungguhnya kitalah yang seharusnya memberi pemahaman Islam Indonesia kepada muslim Melayu Thailand. Ada hal lain yang menarik menurut catatan mas Agus Sholeh tadi. Bahwa tahun 2004 Thailand heboh dengan sex education. Pendidikan seks hanya fokus kepada dua hal. Kesehatan reproduksi dan seks aman. Sex education seperti ini tentu sangat jauh berbeda dengan konsep Islam yang sangat ketat terhadap larangam berzina. Hanya Islamlah agama yang memiliki konsep zina. Konon, di Thailand mas kawin termasuk mahal. Mungkin itulah sebabnya kalangan muda-mudi yang penting suka sama suka mereka bisa saja hidup bersama tanpa ikatan pernikahan. Kembali kepada sex education tadi mestinya juga diajarkan family planning. Merencanakan keluarga sejahtera sangat penting dalam kehidupan berkeluarga. Demikian penjelasan sekilas dari mas Agus Sholeh. Di Pattani ada seorang ulama yang sangat terkenal, Syeikh Muhammad Zain al- Pattani. Saya tidak tahu makam beliau di mana. Saya juga lagi mencari tahu, di mana kitab-kitab beliau bisa didapatkan. Apakah ada pondok-pondok pesantren atau madrasah yang menyimpannya. Di Thailand ada dua tempat wisata yang terkenal. Puket dan Pattaya. Semoga ada waktu untuk mengunjungi salah satunya. Sebab keduanya berada di dua tempat yang berbeda. Puket dekat kota Yala sekitar dua jam perjalanan. Sedang Pattaya di daerah utara. Konon keduanya memiliki wisata pantai yang eksotik. Selama beberapa hari di Yala, kami sering kesulitan membaca tulisan Thailand. Koran di lobby hotel hanya kita mengerti foto-fotonya. Tak satu huruf Thailand yang kami tahu. Kami takut kesasar. Sebab, bagaimana cara bertanyanya. Mereka jugaa tidak mengerti berbahasa Inggeris. Untungnya masih banyak yang mengerti bahasa Melayu. Itupun harus dieja dulu. Sesekali kami harus menggunakan bahasa isyarat. Ternyata, bahasa Thailand sangatlah penting untuj studi Islam kawasan ASEAN. Ada banyak hal sisi-sisi perkembangan Isam serumpun Melayu yang masih tertutup awan sejarah. Tradisi Islam yang sudah lama mengakar di Thailand tenggelam dalam rawa-rawa sejarah. Sebentar lagi Islam di Thailand tinggal kenangan. Wa Allah a'lam