Gallery

Minggu, 31 Juli 2016

Semuanya Akan Berlalu....

Saya terkesima membaca sebuah artikel untuk rubrik Psikologi This Too, Shall Pass. Kalimat ini adalah kata bijak dari tradisi sufi Persia pada abad pertengahan. Alkisah, seorang tukang cincin yang diminta untuk menulis kalimat bijak dan paling bijak. Ia kebingungan, dan akhirnya ia menulis frase " This too, Shall Pass, Yang ini pun, akan berlalu". Kalimat bijak ini semakin terkenal ketika Abraham Lincoln, pada tahun 1859 memasukkannya dalam pidato kenegaraannya. Bahwa kita tidak boleh mengeluh apalagi outus asa ketika dirundung masalah. Kita pun tidak boleh kehilangan keseimbangan ketika merasakan kenikmatan jabatan, harta, dan penghirmatan. Sebab, semuanya hanyalah bersifat sementara. Demikian sekelumit pandangan psikolog Kristi Poerwandari. Kompas, 10 Juli 2016, h. 25.

Senin, 25 Juli 2016

Cerita Baharuddin Lopa

Kisah pak Lopa ini berdasarkan cerita Dr Wajidi Sayadi, kemanakan Prof Lopa yang sehari- hari bersama beliau di kediamannya. Jadi kisah ini berdasarkan pengalaman dan pengamatan langsung. 1. Bertengkar dengan isteri. Karena sebagai Menteri Kehakiman, pakaian beliau di mata isteri sangat sederhana. Tidak pantas sebagai pakaian pesta. Bertengkar hebat. Isteri beliau, Bu Andi Endara wulan tidak mau ikut kalau beliau tidak mengganti bajunya. Sementara pak Lopa melihat bajunya sudah pantas untuk ikut pesta. Lalu, pak Lopa pada akhirnya mengalah. Beliau mengganti bajunya. Mereka berdua melenggang ke pesta pernikahan kerabatnya. 2. Mengembalikan burung titipan. Satpam yang menerima burung entah darimana mendapat semprot dari pak Lopa. Satpam jatuh sakit. Dan tidak pernah sehat sampai pak Lopa wafat. Dengan nada keras, beliau berkata, siapa yang menyuruh anda menerima burung ini. Tolong kembalikan burung ini. Dan jangan pulang sebelum ada bukti bahwa burung itu sudah kembali ke pemiliknya. 3. Beli baju yang super murah. Pak Lopa kalau membeli baju seharga 15 ribu. Tolong belikan baju kaos yang berkera yang seharga 15 ribu.,jangan lebih dengan harga tersebut. Orang yang disuruh tentu kesulitan untuk mendapatkan baju seharga 15 ribu rupiah. Dia punya ide, menggunting harga baju tersebut, sehingga memudahkan urusan. Semoga pak Lopa tidak menanyakan lagi harga baju super murah tersebut. 4. Menjahit sepatu. Sepatunya cuma ada satu. Sewaktu robek, beliau menyuruh kemanakannya untuk menjahitnya. Karena tidak mendapatkan penjahit sepatu, maka dijahit di pinggir jalan. Karena beliau tidak bisa menunggu lama. Beliau hanya memiliki satu sepatu. 5. Tulisan terakhir yang ditulis di Suara Pembaharuan adalah Kebebasan Pers. Beliau memuji Habibie yang mengusung kebebasan pers tetapi tetap dalam koridor hukum. Regulasi dan hukum tetap ditegakkan. Kebebasan tidak bersrti sebebas- bebasnya. 6. Suatu hari, Prof Lopa bertemu kawan lamanya di Pasar Minggu. Beliau sangat akrab dan kangen dengan lamanya tersebut. Setelah perbincangan selesai, keduanya berpisah. Dan mengucapkan salam perpisahan. Dan pak Lopa merogoh kantongnya sembari memberi uang temannya tersebut. Berapa jumlahnya? Rp 15 ribu. Isterinya nyeletuk, mipasiri'o tongang abba Khalid. Engkau membuat malu kita. Bayangkan, seorang Menteri Kehakiman memberi uang sejumlah rp. 15 ribu. Apa kata orang? Ah, itu sudah banyak, jawab Lopa enteng. Kita tidak tahu, apakah Prof Lopa itu tidak mengerti nilai uang. Atau mengajarkan kesederhanaan kepada siapa pun. Atau memang kurang peka terhadap warna dan nilai uang, maaf. 7. Setiap pak Lopa menyuruh sesuatu, selalu mengulanginya. Seumpama beliau menyuruh seseorang untuk membeli meperluan sehari- hari, setelah yang bersangkutan hendak berangkat, beliau mengecek lagi. Apakah yang bersangkutan mengerti apa yang disuruhkan. Beliau sangat teliti. Sama halnya, ketika beliau diwawancarai seorang wartawan. Sebelum sang wartawan selesai menulis, pak Lopa pasti mengecek lagi, apa yang telah ditulis sang wartawan. Jangan sampai ia salah mengutip pendapat Prof. Kalau ada yang kurang pas, pak Lopa langsung mengoreksinya pada saat itu juga. Mohon maáf kepada keluarga Lopa kalau ada yang bersifat personal. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengambil íbrah keteladanan dan kesederhanaan seorang Barlop.

Pas Photo

Pas photo adalah dokumen penting bagi seseorang yang akan mengurus CPNS. Atau seseorang yang akan mengurus lelang jabatan. Studio photo pastilah diuntungkan. Saya lihat setiap tahun studio photo ramai dikunjungi oleh pelamar pekerjaan. Bahkan mereka biasa berjubel untuk mendapatkan giliran cuci photo sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Sekarang untuk mendapatkan pas photo cukup sederhana. Bisa membawa pas photo lama. Tidak perlu photo ulang. Studio photo sudah memiliki alat scanning yang canggih. Dalam hitungan menit pas photo yang dipesan sudah diprint-out. Teknologi sudah canggih. Teknologi telah memberikan kemudahan kepada umat manusia. Saya tidak bisa membayangkan betapa rumitnya si tukang photo kalau tidak memiliki alat yang canggih seperti yang telah saya gambarkan di atas. Sebab, pelanggan untuk cuci photo semakin hari semakim banyak. Barangkali 10 tahun mendatang, kita akan menyaksikan teknologi yang lebih canggih lagi. Saya berharap, ke depan layanan publik bisa lebih simpel dan terintegrasi. Supaya investasi waktu dan tenaga para pencari kerja lebih efektif dan lebih produktif. Time is money. Waktu adalah uang. Waktu dan tenaga adalah investasi yang tak tergantikan.

Minggu, 24 Juli 2016

Prof Sendok

Seorang kawan bercerita tentang kelakuan seorang professor dari perguruan tinggi ternama di Yogyakarta. Sang prof memiliki kebiasaan unik setiap naik pesawat. Beliau selalu mengantongi sendok dari pesawat untuk dijadikan "ole- ole". Sehingga di rumahnya ada lemari khusus untuk tempat koleksi sendok yang dikumpulkannya sejak zaman Orde baru. Banyangkan saja, sudah berapa ratus koleksi sendok yang dikumpulkannya itu. Saya tidak bisa mengerti, mengapa beliau sangat suka mengoleksi sendok. Cerita dari seorang mahasiswa beliau. Identitas professor ini adalah kawan akrab Prof M. Alvian Ibrahim. Professor yang kedua ini lain lagi. Beliau gemar mengoleksi uang koin. Bahkan disertasinya pun mengkaji masalah koin di nusantara. Barangkali Prof Annabel, Cambridge Univ, Inggeris juga terinspirasi oleh beliau. Annabel menulis disertasi tentang stempel surat raja- raja di nusantara. Annabel sampai memiliki surat berstempel raja Mandar, Majene. Konon, ketika beliau meneliti, surat tersebut sangat sulit didapatkan. Karena surat tersebut disimpan disimpan di balik kasur. Bahkan ada yang disimpan di dslam atau di balik bantal. Menyimpan surat yang sangat berharga dengan cara- cara manual.

Sabtu, 02 Juli 2016

Membaca Ayat Tuhan

Al-Qur' an selalu mendorong umatnya untuk selalu memerhatikan dan memaknai ayat- ayat Tuhan. Sebagaimana ayat- ayat berikut: a. Alam tara kaifa dharaba Allah mathalan kalimat an thayyibat-an ka syajarat-in thayyibat-in ashluha thabit-un wa far'uha fi al- sama'. Apakah engkau tidak melihat bagaimana Allah membuat sebuah tamsil, metafora. bahwa perkataan yang baik seperti pohon yang rindang, akarnya kokoh dan cabangnya menjulang tinggi ke langit. b. Sanurihim ayatina fi al- afaqi wa fi anfusihim hatta yatabayyina lahum annahu al haqq....Dan kami akan memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan kami di ufuk barat dan timur dan dalam diri mereka sendiri. Sampai tampak bagi mereka bahwa sesungguhnya Allah itu yang al-Haqq. c. Inna fi khalq al- samawati wa al ardh wa ikhtilaf al- lalili wa al.nahari la ayatin li uli al- albab.....Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam adalah tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang ulul al-bab, berpikir mendalam. Annemarie Schimmel dalam Deciphering the Signs of God menyebutkan Bahwa alam raya dan segala isinya memiliki sakralitas. Waktu, dan budaya tertentu juga memiliki sakralitas.

Sosialisasi Zona Integritad

Diktis, Ditjen Pendidikan Islam bekerjasama dengan tim Inspektorat Jenderal Kemenag RI mengadakan sosialisasi Zona Integritas(ZI), Wilayah bebas korupsi ( WBK), Wilayah Bersih dan Birokrasi Melayani ( WBbM). Sosialisasi Zona Integritas ini sangat penting karena ditengarai bahwa korupsi di negara kita ini sudah tidak terkendali. Reformasi birokrasi adalah sebuah kemestian dan sudah sangat mendesak. Bahkan ada yang mewacanakan perlunya "pertobatan nasional". Bahwa semua pejabat yang ditengarai korupsi seharusnya mengundurkan diri. Dan digantikan dengan pejabat dan penyelenggara negara yang lebih fresh dan bersih. Hal serupa sudah pernah dipraktikkan oleh Cheko. Semua pejabat negara yang bermasalah harus turun panggung, dan mempersilakan pejabat baru untuk menggantikannya. Apa yang terjadi? Ternyata, negara Cheko menjadi lebih baik. Sebab, pejabat yang bermasalah tadi meskipun mereka tidak lagi menjabat tetapi mereka tetap aktif membantu pejabat baru untuk menyelesaikan persoalan negara. Say kira, hal seperti ini perlu ditiru di Indonesia. indonesia harus menerapkan revolusi mental yang sesungguhnya.

The Traveller: Sang Musafir

Membaca novel The Traveller karya Sadik Yalsizucanlar seakan kita menelusuri aspek batin terdalam manusia. Setidaknya dengan membaca novel ini, kita mendapatkan dua hal. Pertama, melancong ke dalam batin terdalam manusia. Kedua, melancong ke wilayah- wilayah yang telah dilihat sang musafir sendiri, Ibnu 'Araby. Sufi- filosof muslim terbesar dan paling banyak dikutip dan dibicarakan. Novel ini mengasyikkan karena penuh dengan gaya pengungkapan yang dramatis, ajaib dan penuh petualangan. Dan bagi saya, yang paking menarik adalah kemampuan penulisnya, Sadik dalam merumuskan ungkapan pelik ibnu 'Araby menjadi renyah dan mudah dicerna. Terlebih lagi, novel ini ditulis pendek pada setiap babnya. Jadi, dapat memudahkan bagi pembaca, apapun latar belakang pendidikan dan profesinya. Dikisahkan. Suatu waktu ibnu ' Araby menjalankan pertapa yang ekstrim. Sampai beliau tidak makan dalam seminggu. Matanya cekung. Ia pun demam tinggi. Di tengah penderitaan yang mendera, Abdullah, muridnya bertanya, mengapa Sang kekasih membiarkan kekasihnya menderita seperti ini. Maksudnya, jika engkau dekat dengan yang Maha Kuasa, mengapa hidupmu menderita seperti ini. Dalam kegelapan malam, Ibnu Araby meluruskan telunjuknya menghadapkannya ke langit. Lalu, beliau meniup telunjuknya. Telunjuknya menyala, seperti lilin kecil yang menerangi kegelapan malam. Dengan telunjuknya yang bercahaya itu, ibnu Araby melanjutkan shalat tahajjudnya. Diceritakan lagi bahwa suatu waktu, Ibnu Araby bertemu dengan Jalaluddin Rumi. Dalam pertemua tersebut keduanya menyampaikan pujian. Ibnu Araby menyapa Rumi dengan sapaan, wahai Sultan. Kalu Rumi pun memuji Ibnu Araby dengan sapaan, sultan di atas sultan. Pertemuan yang mengharukan itu terjadi pada sebuah madrasah. Suatu hari, ibnu Araby larut dalam zikirnya. Allah, Allah! Muridnya bertanya, mengapa cuma menyebut zikir Allah, Allah! Dan tidak dengan kalimat tahlil yang sempurna, la ilah illa Allah. Tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Tuhan. Ibnu Araby, nafasku di Tangan Allah, bukan di tanganku. Aku takut mati karena penyangkalan: la. Tidak!