Gallery

Sabtu, 31 Oktober 2015

Asyiknya Belajar di Australia

Australia adalah surga belajar dan kuliah di universitas. Masyarakatnya tertata. Teratur. Patuh pada aturan. Tidak terlalu crowded. Menghargai perbedaan. Di kampus juga disiapkan sarana ibadah seperti Mushalla. Di sana disiapkan tempat yang representatif. Di dalamnya dilengkapi dengan mukena. Ada sajadah yang bersih. Ada kitab suci al Quran. Pamflet yang memuat pengertian al Quran , Islam, Nabi Muhammad, dst. Ada juga kitab Riyadhushshalihin dan Muntakhab al Ahadis. Mahasiswa yang tertarik belajar Islam, setelah shalat zuhur, biasanya kitab kitab tersebut dibaca bagian bagian tertentu. Sekitar 5 sampai sepuluh menit.
Kampus yang hijau dengan pepohonan. Udara yang segar. Kantin sehat dengan sejumlah menu. Asyiknya mencari halal food. Cari kebab. Chicken. Dan fish. Di Bar Hill, ada juga tempat minuman air mineral. Gratis. Ada juga air semacam aqua yang bisa dibeli, seharga dua dollar. Hampir di setiap sudut kampus menjadi indah dan tempat rekreasi. Udaranya sejuk. Semilir angin sepoi menghembus. Menyegarkan. Warga kampus sangat ramah. Bertanya apa saja langsung direspon. Warga kampus juga sangat plural. Dari berbagai bangsa. Ada Australia, China, Korea, Jepang, Malaysia, India, dan Indonesia.
Itulah pemandnagan di Newcastle University. Sarana olah raga yang memadai. Terbayang oleh saya, kita membutuhkan berapa lama untuk menciptakan kampus seasri Newcastle atau sebaik kampus- kampus di negara- negara maju? Kita membutuhkan Quantum Leap. Kita membutuhkan rektor yang visioner. Kita membutuhkan pemimpin kampus yang bisa dan berani melakukan lompatan besar. Sebab, benar kata ahli manajemen, Prof Rhenald Kasali bahwa seorang pemimpin harus memakai head, heart, and guts. Bahwa untuk sukses memimpin, seorang harus memakai kepala atau kecerdasan. Harus memimpin dengan hati. Sentuhan humanitas sangat dibutuhkan. Bahwa seorang pemimpin tidak saja selalu menekan bawahannya agar bisa menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Tetapi ia juga sesekali menanyakan keadaan keluarga bawahannya. Bagaiman kesehatan isteri atau suaminya. Di mana anak- anaknya sekolah. Apakah mereka sehat dan terus berkembang. Seorang pemimpin juga harus memiliki gut, nyali. Apalagi di era sekarang ini, dibutuhkan seorang pemimpin yang bisa dan berani mengambil resiko. Pemimpin yang hanya mau tahu beres pekerjaan dan tidak berani mengambil resiko yang terukur, maka sesungghnya sebaiknya ia harus memberi kesempatan kepada yang berani. Di era yang tidak menentu ini, seorang pemberani sangat dibutuhkan kehadiran. Nyali itu penting.


Perjalanan

Saya pernah membaca riwayat perjalanan seorang guru besar di negeri ini. Beliau sangat gemar melancong bersama isterinya. Di usia yang sudah tidak muda tersebut, professor ini mengunjungi hampir seluruh pelosok dunia. Ia memiliki filosopi hidup bahwa di sepanjang perjalanan pastilah Tuhan sudah menyediakan banyak kebaikan. Lalu, beliau ditanya, apakah Bapak pernah mengalami penipuan atau copet? Jawabnya ya. Tetapi dalam penipuan dan pencopetan tersebut pasti ada kebaikan. Setidaknya, uang yang diambil sang pencopet bermanfaat baginya. Barangkali dia lebih membutuhkannya daripada saya. Demikianlah.
Ternyata, benar kata leluhur kita bahwa semakin jauh kita merantau semakin mudah kita mengatasi kesulitan  hidup kita. Kita akan menjadi lebih kuat menghadapi tantangan. Kita akan lebih banyak bertemu dengan komunitas baru. Kita akan melihat budaya orang yang barangkali lebih maju. Masyaqqah al safar, kesulitan dalam perjalanan adalah bumbu- bumbu perjalanan itu sendiri. Qul siru fi al ardh fa anzhuru kaifa kana 'aqibatul mukadzdzibin. Berjalanlah di muka bumi ini. Dan lihatlah bagaimana nasib orang- orang yang mendustakan ayat-ayat Tuhan.
Melakukan perjalanan tidaklah sekedar melihat dan menikmati keindahan alam, keanekaragaman budaya. Tetapi lebih dari itu adalah mengambil tamsil dan hikmah peristiwa-peristiwa dan sejumlah kejadian yang kita alami dan temui dalam perjalanan.
Sewaktu saya dan rombongan bertolak ke Newcatle University, kami melewati Sydney Air port. Kami sudah mendengar bahwa bandara Sydney sangat ketat mirip-mirp bandara Changi Singapura. Di pesawat, saya sudah mendapatkan cerita dari seorang Ibu yang bernama Ibu Rochmawati. Bahwa beliau sudah sepuluh tahun terakhir ini sudah bolak- balik ke Australia. Puetrinya bersuamikan seorang bule dan tinggal di Brisbane. Benar saja, kami melewati pemeriksanaan imigrasi di bandara dengan sangat ketat. Barang dan koper diperiksa satu persatu. Dan yang menarik adalah pemeriksaan dengan anjing pelacak. Barang bawaan dijejer. Dan anjing pelacak yang berwarnan hitam berkeliling menciumi satu per satu bagasi kami. Tepat di tas saya, anjing itu terus mencium bau di balik tas. Dua kali berturut- turut. Sang polisi mmutuskan untuk menggeledah barang bawaaan saya. Saya langsung berkata, dalam tas ini ada fresh banana. Buah pisang. Orang Australia itu, dengan aksen bahasa Indonesia, oooo pisang! Dan saya menambahkan, juga ada kue dari pesawat. Hal ini saya sampaikan untuk menunjukkan bahwa saya ini jujur. Menyampaikan apa adanya. Bahwa kue dan pisang tersebut dibawa untuk keperluan mendesak. Dan polisis perempuan itu, betul mendapatkan sebuah pisang dan kue. Pisangnya diambil, dan kuenya tetap dikembalikan. Selesai sudah!
N?oih hjkn.

Rabu, 28 Oktober 2015

Newcastle University

Newcastle University adalah sebuah kampus bergengsi karena masuk 3% kampus yang terbaik di dunia. Dan termasuk sepuluh besar perguruan tinggi di Australia.
Dalam forum dibahas minat kajian masing masing peserta. Ada yang tertarik pada:
Familiy studies
Balance between husband and wife
 Legal advocation
Poverty
Issue marriage. Kawin lari.
Prosperitiy
Access to education
Street children, anak jalanan
Kota layak anak.
Rata rat peserta dalam mengungkapkan pendapat dan ketertarikannya kepada studi ini terbata bata.
Ibu Dee Brooks adalah seorang aktivis di kampus ini dan sudah sangat terkenal di Australia.
Ada juga Prof Gray-Em yang ramah, antusias dan baik hati. Bisa dibayangkan ada seorang professor yang mengangkat bangku masuk ke kelas. Saya tidak pernah mendapatkan professor di Indonesia yang mau melakukan hal yang sama. Demikian pula Prof Alan Hayes. Orangnya ramah, baik, dan terus bersemangat memberikan wawasan kepada peserta Outreach.
Hal lain yang menarik di Newcastle Univ ini adalah penghormatan kepada dosen senior. Dosen senior tetap mendapatkan "tempat" di kampus. Meskipun mereka sudah berumur di atas 60'tahun, para yuniornya sangat menghargai mereka. Ada kantor tersendiri, ada ruang berkreasi sendiri. Penghormatan tersebut terlihat dari segi sikap dan aktivitas keseharian di kampus. Budaya seperti ini tentu berbeda dengan pemandangan sebagian perguruan tinggi kita yang cenderung " membuang" seniornya. Habis masa berkuasa seseorang, maka kampus "tertutup rapat" untuknya. Semua akses kampus dan fasilitas lainnya sudah tertutup. Bahkan orang -orang dekatnya dulu pun sudah berubah. Rata-rata sudah menghindar dengan alasan banyak kesibukan. Sehingga civitas akademika rugi karena tidak terjadi "transfer of value dan transfer of knowledge yang baik. Sustainable, kesinambungan tradisi terputus. Akhirnya kampus kita sulit untuk maju. Kampus kita sulit untuk masuk ranking dunia.
Situasi tersebut, diperparah lagi dengan para pejabat kampus yang tidak open minded. Para birokrat kampus cenderung "tertutup" dari orang lain. Kampus disangkanya milik orang daerah. Sehingga, anggota senat berupaya "habis- habisan" untuk menguasai kampus. Mereka mencari putera daerah. Begitu mereka berkuasa, maka right and wrong is my country. Tidak peduli kualitas, yang penting seluruh pejabatnya adalah "orang kita". Pendatang yang cerdas, silakan minggir. Kampus dikelola mirip- mirip mengelola harta warisan. Sehingga kampus di Indonesia terutama di perguruan tinggi Islam, rata- rata tidak berkembang. Kampus kita masih mengalami imbreeding. Kualitasnya semakin mengecil. Civitas akademika pesimis, dan sekedar melaksanakan tridharma perguruan tinggi. Birokrat kampus sibuk sendiri. Para dosennya sinuk mengajar ala kadarnya. Mereka mengajar juga sekenanya. Dosen tidak mengajar sesuai dengan standar dan kualitas akademik yang memadai. Mahasiswa tidak diarahkan untuk berpikir kritis seperti perguruan tinggi luar negeri. Mereka sangat mementingkan critycal thinking. Wah, sampai kapan kita bisa maju?
Saya berpikir, kita membutuhkan quamtum leap- meminjam istilah Ir Ciputra-- lompatan yang jauh ke depan. Seperti kata Nurcholish Madjid bahwa Indonesia untuk menjadi negara demokrasi, dimulai dari sekarang. Buahnya pada tahun 2030. Kita membutuhkan satu generasi ke depan. Kalau tidak dimulai dari sekarang, maka kita mundur lagi.

Jumat, 23 Oktober 2015

Memburu Bule

Buku Bule Hunter, kisah-kisah perempuan pemburu Bule, karya Elisabeth Oktofani sangat menarik untuk dibaca. Penulisnya juga seorang perempuan yang bersuamikan seorang Bule. Bukunya ini didasarkan pada laporan jurnalistik, barangkali masih perlu penelitian lebih lanjut mengenai keakuratan data yang ditampilkannya. Atau kedalaman perspektif yang disuguhkannya. Buku ini mirip catatan Muammar Emka dalam Jakarta Under Cover. Buku Emka ini sempat laris manis. Bahkan bukunya sudah dicetak dalam bahasa Inngeris pula. Kalau buku Elizabeth Pisani lebih mendalam lagi. Sebab, Pisani menulis dilatari penelitian mendalam. Ia juag dikenal sebagai seorang antropolog yang mumpuni di bidangnya.
Kembali ke buku Oktofani tadi. Ada beberapa persepsi orang mengenai perempuan yang memilih pasangan seorang Bule. Ada yang beranggapan bahwa mereka mau cepat kaya. Disangkanya Bule itu berpenghasilan tinggi, padahal ada juga yang hidup pas-pasan bahkan kere. Mereka mengira bahwa Bule itu open minded. Padahal pada kenyataannya, banyak juga Bule yang stupid, tinggi hati dan meremehkan bangsa lain. Apalagi bagi mereka yang berkulit cokelat. Mereka juga biasa meminta layanan seks yang "aneh" bagi orang timur. Pola hubungan dalam keluarga juga terkadang tidak pas. Ada kisah seorang Bule yang membawa perempuan lonte ke rumahnya. Sementara isterinya hamil tua. Sambil suaminya juga menenggak bir. Mabuk.
Ada lagi yang lebih seru, melihat orang Bule untuk mendapatkan kepuasan seks. Bahwa dengan "barang" ( maaf, anunya) besar, maka seorang perempuan dapat merasakan kenikmatan seksual. Padahal, tidak demikian halnya. Orang Afrika dan Arab terkenal memiliki " barang" besar, tetapi tidak menjamin seseorang bisa merasakan pantasi sesksualnya. Dengan "barang" yang besar, mereka tidak selamanya bisa memuaskan pasangannya. Sebab, kepuasan seksual tidak tergantung pada "anunya", tetapi juga suasana psikologis dan pola komunikasi yang dibangun kedua pasangan.
Menurut Oktofani, di sini letak kelebihan orang barat yang rata-rata bisa memainkan "barangnya" secara smart. Mereka juga bisa merayu dengan kata- kata yang menghanyutkan.
Buku ini memang seru. Hanya saja, mestinya informasi yang disuguhkan mestinya berimbang. Jangan hanya persoalan sekitar ranjang saja. Mestinya, si penukis juga memberikan contoh- contoh keluarga Bule yang berbahagia. Barang kali bisa memberi inspirasi bahwa ada pola hubungan keluarga yang lebih happy dan harmonis.
Saya menduga bahwa penulis buku ingin memberi informasi bahwa hati- hati bagi perempuan Indonesia yang ingin menikah atau mencari pasangan orang Bule. Sayang sekali, sampai akhir lembar buku ini, penulisnya tidak menyinggung bagaimana ia sendiri dalam menjalani kehiduoan keluarganya yang juga orang Bule.

Rabu, 21 Oktober 2015

Gili Trawangan

Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Menu adalah pulau wisatawan. Gili Trawangan bahkan bisa juga disebut sebagai surga bagi turis asing. Ada hari- hari tertentu mereka merayakan kebebasan. Bebas berpakaian ala barat. Pakaiannya serba minimalis. Sekedar menutupi bagian- bagian sensitif tubuh mereka. Mereka berjalan lalu lalang di sepanjang jalan. Di sepanjang pantai, mereka juga melakukan ritual "sumur" ( maaf, susu dijemur). Ada malam halmana mereka merayakan minum bir. Bebas. Bahkan transaksi narkoba di tengah laut antara Bali dan Gili juga bebas. Tidak ada patroli keamanan di sana.
Tetapi hal yang menarik, di sana juga berdiri masjid yang megah. Konon, kalau lagi jumatan, para penduduk asli yang berprofesi sebagai guide, juga ikut menunaikan shalat jumat. Meskipun dari luarnya mereka bertampan preman.
Di Gili ada banyak Cottage, Restoran, Villa, hotel, dan penginapan sederhana lainnya. Ada warung murah. Ada sepeda yang disewakan dengan harga 20 ribu sampai 30 ribu per jam. Souvenir, kuliner, baju bergambar Gili Trawangan, dsb termasuk agak mahal dibanding harga harga di Senggigi atau Lombok.
Pemandangan indah, free diving, snorkling, musik, kuda dan dokarnya adalah daya tarik tersendiri bagi pengunjung Gili Trawangan. Semilir angin menghembus di bibir pantai. Resort yang tertata asri menambah kendahan Gili. Tak terasa waktu sudah menunjuk jam 10 pagi. Kami harus bergegas pulang menuju pantai Nipah. Kami menyewa boath yang cepat agar cepat sampai mengejar waktu ke bandara Lombok Praya. Benar saja, makan di pantai Nipah enak sekali. Ikan baronang bakar, cumi bakar, plecing kangkung, dan terong pedas. Aduhai asyiknya. Minum air kelapa segar pula. Angin pantai menyambar- nyambar. Ombak kecil bersusul- susul menambah nikmatnya kuliner pantai Nipah. Air keringat bercucuran. Sesekali menyekanya. Cerita lucu- lucu meluncur bersahut- sahutan. Pulau Lombok memang surga wisatawan. Indah, asri, tertata, aman, dan nyaman. Penduduknya ramah, dan enak diajak ngobrol. Terasa di kampung sendiri.
Hanya saja, kita juga sedih karena penampilan penduduk kampung yang kelihatan kusut. Tampak tidak menikmati glamournya kehidupan para wisatawan. Mereka tidur- tiduran di pagi hari. Barangkali karena malamnya bertugas sebagai pramusaji. Lalu, siapa yang mengeruk keuntungan. Jangan sampai pemilik hotel, cottage, villa tadi adalah orang luar. Bukan penduduk asli. Penduduk asli hanya sebagai pekerja biasa. Mereka hidup dari upah harian yang tidak menentu. Inikah akibat globalisasi?
Ada hal yang menarik, konon Gubernur NTB Tuan Guru Dr Zainul Majdi sedang menggagas Islamic Tourism pada kawasan Sengigi, Kuta, dan Gili Trawangan. Lalu seorang kawan bertanya, bagaimana cara menerapkan Syariah tourism kalau para bulenya membawa budaya mereka ke sini. Apanya yang mau disyariahkan. Saya menjawab sekenanya, barangkali sistemnya yang Islami atau syar'i. Bahwa suatu kawasan wisata harus bersih, penyedia jasanya pada jujur, tidak terjadi penipuan. Atau secara pelan-pelan mereka harus menghargai budaya setempat. Mereka tidak sembarangan melakukan kissing di sembarang tempat. Tetapi pada tempat-tempat yang tertutup. Kuliner yang dijajakan bersih, padat gizi dan berstandar halal. Lalu, bagaimana dengan bir? Untuk yang ini, saya sudah kewalahan untuk memberi jawaban sekenanya. Singkat kata, memang perlu memikirkan untuk membuat sebuah sistem agar kawasan wisata tidak melulu menjajakan budaya barat. Sebab, lambat laun, generasi kita akan kehilangan identitas keindonesiaannya. Di Gili Trawangan dan Gili-Gili lainnya sudah membaur antara budaya global dan lokal. Mereka lebih tepat disebut mempraktekkan glokal. Budaya global sekaligus lokal.

Senin, 19 Oktober 2015

Hidup Sukses dan Bahagia

Buku Andrew Ho, Life is Wonderful 101 Kiat Hidup Sukses dan Bahagia, 2009 dapat membantu. Buku ini menarik karena disertai dengan contoh-contoh pengalaman hidup penulisnya. Singkat dan sarat pandangan- pandangan jernih penulisnya. Ada banyak kisah yang ditulisnya. Antara lain: 1. Kiat melepaskan sakit hati kepada orang yang paling dipercaya. Karier bisnis penulis hancur lebur karena ulah culas kawan bisnis dan atasannya. Lama sekali ia memendam rasa sakit hatinya itu. Hidupnya semakin terpuruk. Ia pun menyadari bahwa sakit hatinya itu tidak akan mengubah nasibnya. Ia mengubah api amarahnya menjadi api semangat. Ia mengambil kertas. Lalu menulis semua kebenciannya tadi. Lalu membakarnya. Enyahlah sakit hati seiring dengan hancurnya kertas ini. Kemudian, ia bangkit dan sukses lagi membangun bisnisnya seperti sekarang. Cara lain membuang sakit hati adalah contoh anak kelas tiga SD. Oleh gurunya disuruh untuk memasukkan kentang dalam kantong plastik sebanyak orang yang tidak disukainya. Semula kentang-kentang tersebut tidak ada masalah mendasar, meskipun berat juga membawanya ke mana mereka pergi. Pada hari ketiga dan keempat, mulai muncul masalah. Kentang-kentang tersebut mulai membusuk. Mereka berfikir, sudah berat busuk lagi. Maka satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari bau busuk dengan membuangnya. Anak-anak SD tersebut lengasung membuang kentang-kentang busuk tersebut. Demikianlah tamsil sakit hati dan benci kepada siapa pun. Hanya akan membebani dan merusak diri kita. Sementara orang yang dibenci enjoy dan happy-happy saja. Belum tentu juga sedang memikirkan kita. 2. Bangun budaya positif. Positive thinking membuat kita menjadi manusia merdeka. Bebas menembus sekat-sekat. Tanpa pamrih. Cepat bersosialisasi. Cepat melenggang dalam mencapai sukses. Dalam kantor, budaya positif akan menghilangkan su'u al-dhan, syak wasangka. Dalam bergaul semua dikalikan dengan angka seratus. Nanti dalam perjalanannya, kalau terbukti jelek barulah kita menilainya minus. Indahnya kehidupan dengan budaya positif. 3. Hidup sederhana. Dalam ajaran Tao, sesungguhnya manusia sangat gampang menjalani kehidupan, kalau mereka mau hidup sederhana. Manusia selalu bersyukur terhadap apa yang dialaminya. Tidak memandang dan melihat " ke atas". Rasa syukur itulah yang merupakan kunci kebahagiaan. Seorang pebisnis sukses menunggu weekend untuk melakukan traveling keluar kota. Ia mencari penginapan yang memiliki danau untuk memudahkannya memancing. Hobby memmancing sesungguhnya sudah lama diendapkannya. Ia menunggu waktu untuk sukses besar, baru ia menyalurkan hobbynya itu. Coba bandingkan dengan seseorang dengan hidup sederhana. Tidak menunggu lama untuk menikmati hidup. Ia memancing kapan saja ia mau. Memancing di tempat sederhana yang terjangkau. Tanpa memikirkan biaya yang membumbung tinggi. Ia lebih cepat merasakan bahagia ketimbang kawan suksesnya yang pertama tadi.

Nikah Siri

Nikah siri masih saja menjadi topik hangat terutama kehidupan masyarakat urban di kota metropolis Seperti Jakarta. Ada saja ustaz atau orang yang mengaku kyai yang mau menfasilitasi nikah siri ini. Logika yang dibangunnya adalah daripada berbuat zina lebih baik nikah siri. Nikah siripun dalam praktiknya memasang tarif khusus tergantung pemesannya. Ada seorang kawan yang menulis skripsi nikah siri dengan layar belakang kegelisahan akademiknya wanita karier. Ia berasumsi bahwa karena banyaknya wanita karier yang bekerja di luar rumah, maka timbullah masalah nikah siri. Bermula dari miskomunikasi antara suami dan isteri, meningkatnya pendapatan isteri, banyaknya kegiatan di luar rumah, kurangnya perhatian isteri kepada suami, dst. Seorang isteri yang memiliki pendapatan lebih besar bisa menjadi pemicu miskomunikasi. Sehingga suami dapat salah paham. Ada lagi kasus, suami selingkuh dengan perempuan lain karena merasa isterinya kebanyakan berada di luar rumah sehingga sering kesepian dan kurang mendapatkan perhatian dari sang isteri. Demikian seterusnya. Ada seribu alasan yang dapat ditemukan dalam kasus ini. Dari penjelasan kawan tadi, ada dua kasus yang spesifik. Pertama, seorang isteri yang terpaksa bercerai dengan suami. Sebab, ia tidak tahan dengan perlakuan suaminya yang penun curiga. Ada rapat dikira kurang perhatian. Kebetulan suaminya adalah pegawai rendahan. Gajinya juga pas- pasan. Kalau memberi gaji atau uang kepada isteri, sang isteri pun menolaknya karena masih memiliki duit belanja. Mereka memilih untuk bercerai. Satu tahun kemudian, sang isteri menikah lagi dengan lelaki lain, ia cocok. Dan berbahagia. Suami barunya dapat memahami keadannya. Ia menjalin keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Kasus kedua. Seorang isteri tidak rela dimadu. Suaminya selingkuh dengan wanita lain. Semula informasi selingkuh didapatkan dari sms hp suaminya. Ia menemukan wanita lain yang sering melayangkan sms. Dari situlah, sang isteri menelusurinya dan tahu banhwa suaminya punya selingkuhan. Berkat anak gadisnya, ia bisa memergoki sang suami. Dan sang iteri minta cerai. Meskipun sang suami masih mengaku cinta kepada isteri pertama. Ternyata, nikah siri juga dilatari oleh kasus- kasus selingkuh. Nikah siri masih dianggap sebagai jalan keluar yang mudah dan murah. Padahal, nikah itu harus melalui pencatatan di kantor KUA. Sebab, dengan pencatatan di KUA, seseorang akan terlindungi hak-haknya dan masa depan anaknya dari hasil perkawinannya. Agar kita dapat embangun keluarga sakinah, hendaknya setiap pasangan suami- isteri harus membangun komunikasi yang efektif dan terbuka. Saling percaya. Saling menghargai. Saling mendo'akan.

Sabtu, 17 Oktober 2015

Lao Zi

Lao Zi adalah guru bijak dari China. Semula ia adalah seorang pengelola arsip kerajaan yang dipekerjakan oleh Raja Wu dari Zhou. Lao Zi setara dengan filosof Yunani, Socrates dan Plato. Lao Zi bisa disandingkan dengan Sakyamuni, pendiri Bidhisme, India. Ada juga yang berpendapat bahwa Lao Zi itu adalah Nabi Luth. Meskipun pandangan ini perlu pembuktian data- data historis.
Pada tahun ke 23 pemerintahan Raja Zhao, Lao Zi merasa kerajaan tersebut segera akan runtuh. Ia pun bergegas pergi melewati wilayah perbatasan kerajaan. Lin Yinxi, penjaga perbatasan yang juga pengagum Taoisme meminta Lao Zi untuk menuliskan ajaran- ajarannya sebelum ia meninggalkan kerajaan. Lao Zi pun menulis buku dengan 5.000 huruf. Setelah itu, ia pergi dan memilih hidup asketis. Sejak itu, tidak ada kabar beritanya.
Buku The Sayings of Lao Zi the Silence of the Wise yang dikemas dalam bentuk karikatur oleh Tsai Chih Chung adalah buku yang menarik. Simpel, dan mudah dipahami termasuk oleh anak- anak yang baru berumur belasan tahun. Ada banyak petuah yang perlu diterapkan dalam kehidupan ini. Sebab, Lao Zi mengajarkan hidup yang sederhana. Hidup glamour dan berkelimpahan kadang justeru membuat terlena dan membuat seseorang bingun. Orang bijak ibarat air, kata Lao Zi. Sifat air adalah: a. Menghidupi segala sesuatu, b. Air juga lembut, dan tidak merintangi. Sehingga air membiarkan segala sesuatunya berjalan sebagaimana adanya, c. Air mengalir ke tempat yang lebih rendah di mana orang meremehkannya. Orang banyak meyakini bahwa manusia harus kuat, dan pintar. Seseorang tidak boleh lemah, dan bodoh. Lao Zi berpendangan lain. Manusia harus lentur. Sebab yang keras, mudah patah dan rapuh. Yang lentur akan bertahan. Lihatlah bagian tubuh kita yang paling keras adalah gigi. Dan yang paling lemah adalah lidah. Lao Zi menunjukkan giginya kepada muridnya. Giginya sudah ompong. Lidahnya masih bertahan. Lihatlah pohon yang tinggi menjulang. Ketika datang badai, pohon tersebut tumbang. Sementara rerumputan yang lentur tetap bertahan.
Agar berhasil dalam hidup, seseorang harus bertindak benar. Ini sesuai dengan hukum alam.
Manfaat kekosongan.
Di dunia ini, orang hanya tahu manfaat hal- hal yang nyata. Ketiadaan dan kekosongan, jarang yang dapat melihat manfaatnya. Gelas yang cekung, kosong, sehingga dapat diisi air. Kita bisa menghuni sebuah rumah dengan nyaman karena rumah itu ada ruang-ruang kosong.
Mengendalikan Indra.
Terlalu menikmati warna-warni, seseorang akan rusak penglihatannya.

Jumat, 16 Oktober 2015

Mekkah

Mekkah adalah kota metropolis. Aroma kapitalisme sangat kental. Mekkah sekarang sudah tanpa identitas. Tanpa ruh. Tanpa sakralitas. Tanpa sejarah. Wahabi, sejak tahun 2001 sampai 2011 setidaknya sudah melenyapkan 400-500 situs suci. Mekkah sudah menjadi kota dagang. Tawaf di Ka'bah sudah layaknya lipstik agama, ibadah tanpa makna spiritual yang mendalam. Sebab, begitu keluar dari Masjidil Haram, kehidupan glamour dan kemewahan yang gemerlap ibaratnya kota las Vegas. Apakah kelompok Wahabi dan Pemerintah Arab Saudi sudah saatnya menyerahkan pengelolaan haji dan umrah kepada pihak- pihak profesional saja. Mereka sudah terbukti berkali- kali menyelenggarakan haji yang sangat buruk. Tahun ini, tragedi Mina menewaskan sekitar 1400 orang jamaah. Untuk mendeteksi identitas jamaah yang wafat juga terkesan sangat lamban dan ditutup-tutupi. Mereka sudah tidak becus mengurus "rumah Tuhan". Mereka menghancurkan "berhala" dan selanjutnya membangun " berhala baru". Pelaksanaan ibadah haji dengan fasilitas hitel berbintang, sehingga semakin mahal. Mekkah hanyalah "tambang uang" begi raja Arab Saudi.

Sabtu, 10 Oktober 2015

Sekolah Pasca Sarjana

Sekolah Pasca Sarjana mengalami kesulitan dalam home basing dosen-dosennya. Sebab selama ini dosen menumpuk pada fakultas. Dan dalam praktiknya, sebagian dosen pada fakultas juga menjadi dosen tetap pada Sekolah Pasca Sarjana. Kalau seorang dosen diletakkan pada tiga tempat, maka akan ada masalah pada Pangkalan Data Perguruan Tingginya. Masalh krusial lainnya selain pemenuhan dosen adalah kelengkapan perpustakaan. Rata- rata perguruan tinggi Islam mengalami kesulitan dalam pemenuhan kolksi perpustakaan. Tentu kita tidak selalu mengandalkan perpustakaan digital. Apalagi kalau perguruan tinggi di daerah yang memiliki wifi yang kurang maksimal. Belum lagi perguruan tinggi yang mengalami masalah listrik. Untuk mengatasi kesulitan home basing ini, barangkali akan banyak program studi yang tutup atau gulung tikar. Sebab, baru saja Kemenristek Dikti memblacklist 243 perguruan tinggi yang ditengarai tidak taat aturan dan tidak mengikuti regulasi akademik dengan baik. Ada yang melakukan wisuda sarjana tanpa melalui proses perkuliahan yang baik. Ada juga yang gemar menyelenggarakan pendidikan kelas jauh. Bahkan ada proses pembelajaran kelas jauh sekali. Kampus induknya ada di Pulau Jawa, sedang kampus kelas jauhnya ada di Pulau Batam, Sumatera, dan bahkan ada di Papua. Saya kira model pembelajaran seperti ini tidak wajar dan melukai substansi pendidikan. Ada lagi proses perkuliahan yang dilaksanakan secara minimalis. Yakni pqra dosennya tidak memiliki habit mengajar yang cukup seperti dari guru atau pegawai pemerintah daerah. Atau dosen dari mantan pejabat yang sudah pensiun. Ada juga kampus yang melakukan sejumlah kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri yang sesungguhnya bukanlah kampus yang baik dalam proses pembelajaran. Singkatnya kampus abal- abal. Kampus yang biasa disebut sebagai perguruan tinggi kelas ruko. Kampus yang masuk dalam kategori yang terakhir ini tentu tidak memenuhi semua persyaratan akademik. Kampus seperti ini tentu tidak mencerdaskan bangsa. Untuk mendukung program pencerdasan bangsa, sayq kira keterlibatan dan dukungan masyarakat adalah sesuatu yang sangat penting. Sebab, informasi masyarakat sangat penting untuk pengawasan dan evaluasi. Masyarakat juga harus menghindarkan diri dari memilih kuliah pada perguruan tinggi yang tidak terakreditasi. Kredibiltas civitas akademika sedang diuji. Sebab, sedikit saja kesalahan dalam memasukan data PDPT dapat mengakibatkan penonaktifan sebuah perguruan tinggi. Seperti memasukkan data guru sebagai data dosen pasti dinilia sebagai cacat dalam laman PDPT. Sebab, seorang guru bukanlah dosen. Guru haruslah tetap mengajar di ruang- ruang kelas, dan pastilah mereka belum memenuhi syarat dan kompetensi sebagai pengajar di perguruan tinggi. Habit dosen adalah meneliti. Seorang dosen berdiri di kelas untuk menyampaikan gagasan dan teori-teori barunya berdasarkan riset terbarunya. Dosen tidak sekedar menjelaksan hasil bacaannya. Tetapi hasil risetnya. Tradisi riset tidak banyak ditemukan pada diri seorang guru. Gur ya tugasnya mengajar. Guru lebih banyak bertugas untuk menteanfer ilmu pengetahuan kepada murid- muridnya. Sedangkan dosen memiliki kewajiban untuk melaksanakan tridharma perguruan tinggi. Yakni meneliti, mengajar dan mengabdi dalam masyarakat. Dengan demikian, pengelola perguruan tinggi harus sangat cermat dalam melaporkan data- datanya ke laman PDPT.

Dream Cities

Dream Cities, kota impian. Buku ini ditulis oleh Antony Mason. Judul lengkapnya: Dream Cities Inspirational Urban Escapes, 2015. Ada 50 kota impian di dunia yang sulit terlupakan. Kota adalah penemuan terbesar umat manusia. Di sana ada arsitektur, transfortasi, dan perdagangan serta interaksi antar manusia. Kota besar juga di dalamnya ada sekitar 25% penduduknya yang hidup di bawah garis kemiskinan. Urbanisasi salah satu faktor pemicunya. Mereka yang tidak memiliki keterampilan akan tergerus dan terlindas di kehidupan kota. Kota hanya menerima dan membiarkan hidup bagi mereka yang terpelajar dan memiliki keterampilan yang memadai. Kota dam segala capaiannya yang spektakuler memang merupakan dambaan setiap orang. Kota yang indah dan menawan akan menjadi tempat yang penih kenangan. Dari lima puluh kota yang digagas buku ini, sayang sekali, Mekkah dan Madinah sama sekali tidak dibahas. Barangkali karena penulisnya sedang tidak membahas kota-kota religius. Sebab, kedua kota yang terakhir ini hanya bisa diziarahi bagi mereka yang telah beriman dan ber-Islam. Selain muslim diharamkan memasuki dua kota suci umat Islam ini. Dua kota yang terakhir ini cukup mewah, dan dibangun dengan arsitektur modern. Pengunjungnya juga jutaan setiap tahunnya. Umat yang selain muslim hanya bisa menginjakkan kaki di kota Jeddah. Tidak untuk Mekkah dan Medinah.

Kamis, 08 Oktober 2015

Perjalanan Haji

Di antara topik kajian keislaman yang saya senangi adalah perjalanan haji. Saya senang mengoleksi buku- buku haji. Buku haji yang tebal dan akaemik, dan buku haji yang tipis ilmiyah populer. Untuk sekedar berbagi, berikut saya kutipkan buku- buku koleksi haji yang saya miliki: 1. Hajj Journey to the heart of Islam, yang diedit oleh Venetiaorter, 2012. Di dalam buku ini diawali dengan pengantar oleh Karen Armstrong, Pilgrimage: Why do they do it? 2. Henri Chambert- Loir, Naik Haji di Masa Silam. kisah-kisah Orang Indonesia Naik Haji 1482-1964. Buku ini terdiri dari tiga jilid dan diterbitkan dalam edisi Bahasa Indonesia pada tahun 2013. 3.Christian Snouck Hurgronje, Perayaan Mekkah. Judul aslinya Het Mekkaasche Feest. Diterbitkan oleh INIS,1989. Buku ini memuat catatan mengenai persiapan untuk melaksanakan haji, perbuatan suci dan upacara- upacara di Mekkah. Ketika beliau menulis buku ini, ia berbau dengan jamaah haji dari Banda Aceh selama enam bulan. Padahal, Mekkah adalah tanah suci. Dan terlarang bagi mereka yang tidak beriman Islam. Buku ini sangat spesial. Dan konon, merupakan buku yang sangat berpengaruh bagi pemerintah Belanda dalam pengambilan keputusan-keputusan strategis mengenai jamaah Haji Indonesia. 4. Ketika Makkah menjadi seperti Las Vegas. Agama, politik dan Iedologi. Editor Mirza Tirta Kusuma, 2014. Buku ini ditulis juga untuk menyambut peringatan lahirnya sosok pendidik dan filosof Islam Indonesia, Prof.Amin Abdullah. Buku ini menarik karena menggugat glamour pelaksanaan haji yang telah meruntuhkan sakralitas upacara suci haji. Sebagian artikel berbicara tentang Rethinking Islam dan perdamaian global seperti tulisan John L. esposito. 5. Dr Ali Syariat, Hajj. Buku ini sangat menarik karena menjelaskan makna makna haji pada setiap stepnya. Barang siapa yang hendak melaksanakan ibadah haji dan umrah, hendaklah membaca buku ini, lember demi lembar. Buku ini asyik dan tiada taranya dalam mengungkap aspek spiritualitas haji. Sangat direkomendasikan bagi siapa saja yang hendak merasakan nikmatnya menjalankan ibadah haji. 6. Prof. Ali Mustafa Yaqub, Mewaspadai Provokator Haji, 2009. Ibadah haji adalah yang paling banyak godaannya. Dalam perintah haji ada kata lillah, bahwa ibadah haji hanya karena Allah. Padahal semua ibadah haruslah dengan lillah. Haji hanyalah sekali. Tetapi banyak orang yang berhaji berkali- kali. Mestinya uangnya lebih baik disedekahkan, itulah perilaku Nabi shalla Allah alaih wa sallam, pinta Kyai Ali Mustafa Yaqub. Hati-hati terhadap provokator haji. Sabda Nabi: Ya'ti ala al nas zamanun yahijju aghniayau ummaty li al nuzhat. Wa awsathuhum li al tijarah. Wa qurra'uhum li al riya' wa al sum'at. Wa fuqara'uhum li al mas'alah. Akan datang suatu masa, umatku yang kaya melaksanakan haji hanyalah untuk berwisata. Kelas menengahnya untuk berbisnis. Yang ahli agamanya untuk riya dan popularitas. Dan fakir miskinnya untuk meminta minta. Hadis rowayat Imam al Kahtib al Baghdady dan Imam al Dailamy dari Imam Anas ibn Malik r.a. 7. Seyyed Hossein Nasr, Mecca the Blessed Medina The Radiant the Holiest Cities of Islam, 2013. Buku ini menarik karena disertai dengan foto- foto artistik pada setiap babnya. 8. Ezzedine Guellouz, dan introduction dari Touhami Nagra, Pilgrimage to Mecca, 1979. Buku ini menarik karena disertai foto-foto tempo dulu. Bagi yang ingin mengetahui perjalanan haji masa lalu, buku ini dapat membantu. 9. M. Shaleh Putuhena, Tetami Allah, Kajian Sejarah Tentang Perjalanan Jemaah Haji Indonesia pada Pertengahan Pertama Abad XX, 2003. Semula kajian ini dari disertasi beliau. Sepanjang kajian haji yang ditulis oleh orang Indonesia, disertasi ini dianggap terbaik oleh Prof Taufik Abdullah. 10. Departemen Agama Ri, Perjalanan Haji Pak Harto, 1993. 11. O. hashem, Berhaji Mengikuti Jalur Para Nabi. Kisah Perjalanan Haji Rasulullah Saw ,enurut Kitab-Kitab Sahih, 2001. 11. Prof Dr M. dien Majid, Berhaji.di Masa Kolonial,2008. 12. Haji Sebuah Perjalanan Air Mata. Pengalaman Beribadah Haji 30 tokoh, 1993. Buku ini disunting oleh Mustafa W. hasyim. Buku ini memuat perjalanan unik tiga puluh tokoh dalam melaksanakan haji. 13. Michael Wolfe, One Thousand Roods to Mecca, Ten Centuries of Travelers Writing about the Muslim Pilgrimage.

Rabu, 07 Oktober 2015

Ini Medan Bung!

Dalam sqtu perjalanan dari Bandara Kualanamo ke kota Medan, saya naik Taxi. Saya berharap-harap cemas. Jangan-jangan sopir Taksi ini menipu saya. Soalnya, sopir Medan terkenal ugal-ugalan. Mereka bisa menelikung pada sembarang tempat. Tanpa klakson, tanpa weser. Sopir Medan terkenal sering melakukan pelanggaran lalu lintas. Polisi Medan juga tak kalah galaknya. Bahkan orang- orang Aceh yang melintas jalan panjang trans kota Medan- Aceh. Bagi orang Aceh, polisi Medan adalah tukang palak. Kalau ada mobil, dan mereka sedang sweeping pasti orang Aceh jadi korbannya. Ada- ada saja kekurangan perlngkapan kendaraan mereka. Bahkan tutup pentil pun bisa berakhir pada pelanggaran. Dan biasa berakhir pula dengan negosiasi di pinggir jalan. Kalau sudah seperti itu, uang yang bicara. Padahal, sekarang ini justeru yang terjadi sebaliknya. 360 derajat perbedaannya. Sopir taksi tadi mengingatkan saya, bapak tidur saja sampai ke tujuan. Sebutkan saja ke hotel mana saya antar. Saya guyon, apa betul saya bisa percsya Bapak. Jangan khawatir pak, tukasnya. Sopir dan preman preman itu, kami sudah kirim semua ke Jakarta. Sopir di sini semuanya tinggal yang baik- baik saja. Benar saja, ternyata di sepanjang jalan dopir taksi banyak bercerita perihal penumpang yang memakai jasanya. Ada dari isatawan mancanegara yang hanya mencari "darah muda" di Medan. Sopir taksi tahu semua tempat- tempat para hidung belang itu. Tergantung pesanan. Bahkan, sang sopir sudah memiliki nomor telpon "darah muda" tertentu kalau ada pesanan. Sang sopir juga bercerita betapa kejujuran membawa kemujuran. Orang jujur pasti akan mujur. Dengan kepercayaan tinggi, pelanggan akan puas dan rezeki akan mengalir. Hidup ini jangan sampai menipu sesama. Tai terasa sampailah saya pada hotel Madina, di tengah kota. Sekitar satu jam perjalanan dari bandara Kualanamo. Ini Medan Bung! Medan sudah bersinar. Medan semakin baik. Horas!

Cermin Miranda

Buku Cermin Miranda adalah testimoni yang menarik seorang Deputy Senior Bank Indonesia, Miranda Goeltoum. Bu Miranda adalah seorang ahli moneter yang mumpuni pada bidangnya. Beliau tersangkut KPK. Dan telah menjalani hukuman di rutan KPK. Sekarang beliau sudah bebas dengan vonis 3 tahun hukuman penjara. Buku Cermin Miranda adalah catatan harian beliau selama menjalani hukuman di rutan KPK. Ia menceritakan ketidakadilan hukuman yang dijalaninya. Ia banyak merenung, dan melaksanakan ibadah mingguan sebagai penganut Kristen yang taat. Sebagai puteri Batak, Miranda bisa menjalani hukuman dengan tegar. Beliau sering menyebut nyebut jasa suami keduanya, Oloan yang sabar dan tabah itu. Ada banyak catatan renungan Miranda yang menarik, antara lain: 1. Jangan pernah membenci seseorang. Sebab membenci itu akan merusak hati. Do'akan saja, semoga ia mnjadi lebih baik (h. 190). 2. Dalam hidup ternyata kita harus banyak berkompromi ( h. 205). 3. Kunci hati, agar tidak menangis. That wich doesnot kill us, make us stronger. Sesuatu yang tidak disenangi, tidak akan membunuh kita, justeru menguatkan, kata Frederich Nietzsche. 4. Untuk segala sesuatu pasti ada masanya. To everythyng, there is a season. H. 297. 5. Hidup adalah jalan yang Tuhan sudah siapkan untuk kita. Kita tinggal menjalaninya dengan baik. h 359. Selamat Bu Miranda yang sedang menikmati hidup. Menghirup udara segara. Menghirup udara kebebasan. Semoga Ibu tetap kuat dan terus berkarya. Salut.

Syekh Sagala

Saya mendapat kesempatan sebagai nara sumber pada workshop rintisan pembukaan program studi baru pasca sarjana Universitas Islam Medan. Program studi yang mau dibuka adalah pendidikan agama Islam. Sebelum ceramah,saya mendengarkan Prof Ahmad Fadhil Lubis, rektor memberi sambutan. Saya mendapatkan banyak pengetahuan tentang mengapa UIN SUmatera Utara saja nama UIN yang baru ini. Mengapa tidak mengambil nama tokoh sebagaimana UIN ar Raniriy, UIN Alauddin Makassar, UIN Syarifhidayatullah Jakarta, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Sunan Kalijaga yogyakarta, dst. Medan tidak terbiasa memakai nama tokoh. Nama perguruan tinggi cukup merujuk pada tempat. Pada kesempatan yang sama, Prof Fadhil juga menjelaskan bahwa tujuan utama pendirian program pasca sarjana adalah untuk mereon tuntutan masyarakat yang semakin membutuhkan keahlian spesialisasi dalam keilmuan. Bahkan sekarang ini dalam dunia kedokteran dan sains dikenal istilah hyperspecialization. Hiperspesialisasi. Keahlian seseorang semakin menyempit. Dalam istilah lainnya, seseorang memiliki keahlian yang semakin spesialis. Seorang dokter dan ilmuan semakin dituntut untuk penguasaan bidang. Bukan segala bidang. Bukan Syekh Sagala. Ketika ditanya apa saja, maka mereka akan menjawab semuanya. Program pasca sarjana didirikan untuk menghasilkan sarjana yang spesialis. Bukan sarjana yang serba tahu. Ada kritik dari Prof Akhmad Minhaji,mantan rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bahwa kelemahan sarjana fakultas Hukum dan Syariah UIN adalah mereka sudah tidak menguasai dasar-dasar ilmu hukum. Mereka lebih menguasai sosiologi, antropologi, hermeneutika dsb. Sehingga ketika ditanya persoalan hukum mereka akan menjawabnya "serba tanggung". Padahal, mestinya sarjana hukum, habitnya bisa menjawab persoalan secara "hitam putih". Pada kesempatan yang sama, saya menjelaskan bahwa program pasca sarjana dibuka adalah untuk meningkatkan jumlah middle class Indonesia. Kelas menengah di Indonesia. Sebab, untuk membangun negara demokrasi kita membutuhkan kelas menengah. Kelas menengah berperan untuk mendistribusi pemikiran- pemikiran demokrasi kepada masyarakat level bawah. Menurut Prof Gerry van Klinklen dalam bukunya Making Middle Indonesia bahwa pada tahun 1998, masa reformasi Indonesia sudah diramalkan akan hancur dan runtuh menjadi negara persemakmuran. Negara serikat. Lalu, Indonesia ternyata masih utuh sebagai NKRI. Negara kesatuan Republik Indonesia. Mengapa? Karena jasa kelas menengah. Indonesia bersatu bukan karena strong state. Bukan pula karena strong leader. Tetapi karena jasa kelas menengah. Mereklah yang menyebarkan gagasan persatuan, damai, dan kesatuan bangsa kepada sekitar 80.000 desa di seluruh pelosok nusantara. Hal lain yang saya jelaskan adalah kecenderungan perguruan tinggi top dunia atau lembaga pendidikan terbaik adalah untuk memperkuat riset dan temuan- temuan terbaru dalam bidang ilmu. Semakin top sebiah perguruan tinggi berarti semakin banyak temuan dan riset terbarunya. Sekolah pasca sarjana adalah jawabannya. Demikian pandangan J.G. Wissema dalam bukunya Towards the Third Generation University, Managing the Universiy in Transition, 2009. Bahkan contoh yang disebut dalam buku ini adalah ITB, Institut Teknologi Bandung. Ternyata ITB sekarang ini telah memiliki 70% mahasiswa pasca dan hanya 30% mahasiswa program strata satu. Untuk kita lebih maju hqrus dari sekarang memikirkan dan membuat rencana strategis pengembangan pendidikan tinggi top nasional, dan setidaknya bisa bersaing di kawasan Asia Tenggara.