Gallery

Kamis, 22 Agustus 2013

Membaca al-Qur'an

Ada sebuah riwayat dari Abu Umamah al-Bahily bahwa Rasulullah shalla 'alih wa sallama pernah bersabda: al-qulubu la-tashda'u kamaa yashda'u al-hadidu. Qila, ya Rasulallah, wa maa jalaa'uha? qala: qiraatul qur'an wa zikr al-maut. Hati itu bisa berkarat sebagaimana besi. Lalu bagaimana membersihkannya? Dengan membaca al-Qur'an dan mengingat mati. Ramadhan telah berlalu. Ada banyak kenangan, tentunya. Sahur bersama. Berbuka puasa bersama. Shalat sunnah tarawih. Shalat tahajjud. Membaca al-Qur'an secara tartil dan bersama pula dibimbing oleh guru atau qari' yang mengerti tajwid dan kandungan al-Qur'an. I'tikaf bersama. Menghidupkan malam-malam ramadhan dengan ibadah sunnah lainnya. I'tikaf untuk menanti turunnya lailatul qadr. Dst. Semoga hati kita menjadi "terang" dengan cahaya al-Qur'an. Amin.

Selasa, 20 Agustus 2013

Tarekat Muhdi Akbar

Adalah Mardi Adi Armin menulis disrtasi yang menarik dengan judul Tarekat Muhdi Akbar dalm kehidupan keberagaan di kabupaten Selayar: perbedaan dalam tinjauan etika, UIN Alauddin, Makassar, 2013. Tarekat Muhdi Akbar didirikan oleh Haji Abdul Gani. Konon, H. Abdul Gani ketika naik haji sempat menyeberang ke Mesir. Pada waktu itu, di Mesir sedang menyeruak semangat pembaruan pemikiran Islam oleh Syekh Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al. Afghani. Penulis tidak menjelaskan data historis, apakah H. Abdul Ghani sempat mengikuti pengajian di majlis syekh Muhammad Abduh. Atau H. Abdul Gani sekedar melancong di negeri Piramida itu. Tarekat Muhdi Akbar ini unik. Ditengarai sebagai ajaran yang sinkretis dengan agama Kristen. Sehingga pemerintah Belanda mengirim pendeta ke Selayar dengan misi zending. Di Selayar mereka membangun sekolah untuk komunitas Muhdi Akbar. Tapi lama kelamaan, pihak Belanda memahami bahwa Tarekat Muhdi Akbar tidak identik dengan Kristen meskipun mereka sangat menghormati Isa al Masih. Dan cinta damai menjadi salah satu ajaran dan doktrin Muhdi Akbar. Muhdi Akbar tetap saja sebagai Muhdi Akbar. Belakangan muncullah aktifis gerakan dakwah Muhammadiyah yang bercorak puritanisme Wahabiyah. Muhdi Akbar terdesak dan terkucilkan dari arus besar Islam Muhammadiyah. Mereka dituduh syirik dan bahkan antek antek PKI. Mungkin itulah sebabnya,sehingga komunitas Muhdi Akbar terpaksa berafiliasi ke agama Hindu. Meskipun mereka tidaklah persis dengan Hindu. Mungkin beginilah cara mereka untuk "bertahan" agar tidak tergerus oleh gerakan puritanisme Islam ala Wahabi. Patut dicatat bahwa tarekat Muhdi Akbar ini memiliki ajaran yang unik. antara lain: mereka tidak menganjurkan umatnya untuk disunat. Tidak ketat dalam menentukan uang belanja dalam hal perkawinan, tidak boleh kawin cerai. Dalam artian mereka sangat ketat dalam hal perceraian. mirip mirip doktrin dalam agama Kristen. Sembahyang memakai dupa atau kemenyan. Komunitas mereka berjumlah sekitar 2. 700 an orang. Saya lalu teringat dengan Clifford Geertz dengan The Religion of Java, 1964. Geertz mengajukan tesis bahwa untuk memahami Islam Jawa, kita tidak boleh dari sejarah panjang agama agama di Jawa. Hindu, Budhdha, dan bahkan animisme harus menjadi perhatian. Islam Jawa dikategorikan menjadi Abangan, Santri, Priyayi. Geertz menginspirasi banyak antropolog dunia, sehingga hampir semua kajian Islam Jawa pasti merujuk pada buku-buku Geertz. Robert Hefner bahkan disebut-sebut sebagai "ahli waris" Clifford Geertz meskipun dalam karya-karya beliau banyak mengkritik Geertz. Hal ini dapat dilihat pada karyanya yang berjudul: Geger Tengger. Demikian juga halnya dengan Mark Woodwoork dalam bukunya: Islam Jawa. Islam Jawa bukanlah Islam Hindu dan Budhdha, tapi lebih merupakan varian Islam yang sama "posisinya" dengan Islam Arab-Saudi, Islam Syiria, Islam Mesir, Islam Maroko, dan Islam Yaman. Islam Jawa tidak "lebih rendah" dengan Islam Persia atau Islam Arab Saudi, dst. Kembali ke Tarekat Muhdi Akbar, Selayar. Ada pertanyaan yang menggelitik. Apakah Muhdi Akbar adalah varian Islam atau agama sinkretis? Sebab menurut pak Mardi, meskipun pada KTP mereka ada yang berafiliasi ke agama Hindu dan sebagiannya agama Kristen, tapi kalau mereka ditanya mereka masih bersikukuh sebagai penganut Muhdi Akbar. Dan bukan sebagai Kristen dan Hindu. Apakah kekeristenan atau kehinduan mereka sesungguhnya hanyalah sebagai strategi untuk bertahan. Agar mereka tidak "dimusuhi" oleh komunitas muslim ortodoks atau "garis keras".

Selasa, 13 Agustus 2013

Bahagia

Anis Mansyur, sastrawan Mesir menulis sebuah artikel pada koran al-Ahram, Mesir mengenai hasil penelitian Texas, USA tentang kebahagiaan. Apa makna kebahagiaan bagi mereka? Ternyata di antara jawabannya adalah bahagia bagi orang Amrik yaitu memiliki pesawat yang dapat mengantarkan mereka dari satu planet ke planet lainnya. Sudah barang tentu, mereka selama ini sudah memiliki rumah mewah, kendaraan yang cukup, anak-anak sebagai pelipur lara, dll. Ternyata orang Amrik memiliki persepsi lebih mengenai bahagia. Selanjutnya, Tim Peneliti tersebut mengarahkan penelitiannya di Asia termasuk meneliti di Indonesia. Ketika mereka mewawancarai salah seorang nelayan yang pekerjaan setiap harinya adalah membuat jala untuk menangkap ikan, dia tidak bisa menjawab dengan baik. Dia tidak mengerti apa makna bahagia. Sampai-sampai dia menduga bahwa bahagia itu adalah nama obat baru. Isterinya berkata bahwa ia sering mendengar kata itu dari para turis. Tim peneliti menyimpulkan bahwa sesungguhnya nelayan tersebut sudah merasakan kebahagiaan, namun tidak mengerti tentang bahagia. Selanjutnya, tim peneliti bertanya kepada kaum terpelajar mengenai bahagia dalam persepsi mereka. Sebagian mereka menjawab: bahagia bagi kami adalah ketika kami telah mendapatkan apa yang kami inginkan. Tim menyimpulkan bahwa kebahagiaan di Asia adalah memperolah apa yang mereka sukai dan hidup untuk menyukai apa yang mereka temukan. ( Koran al-Ahram, 24 Mei 2011, seperti yang dikutip dari Prof. Quraish Shihab, Kematian adalah Nikmat, 2013, h. 41).

Musibah

Musibah adalah peristiwa yang tidak mengenakkan. Seperti sakit, kehilangan orang yang dikasihi. Atau kehilangan benda yang sangat disukai. Dll. Padahal, kata orang bijak, seseorang tidak dapat merasakan nikmatnya sehat sebelum sakit. Sehat laksana mahkota bagi orang yang sehat. Tapi tidak terlihat kecuali bagi orang sakit. al-Shihhat taj-un 'ala al-shihhat. la yaraha illa al-mardha. Musibah atau sakit ibarat tahi lalat pada lukisan seorang gadis. Jika pandangan hanya terfokus pada tahi lalat, pasti wajah seseorang terlihat buruk. Tapi tahi lalat jika dilihat secara keseluruhan, maka akan menambah paras kecantikan seorang perempuan. Demikian, sekelumit kata hikmah dalam buku Prof. Quraish Shihab, Kematian adalah Nikmat ( 2013, h. 42).

Kematian

Kematian adalah nikmat. Itulah judul buku baru karya Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab. Sebelumnya, Prof. Quraish sudah menulis buku: Perjalanan Menuju Keabadian ( Lentera Hati, 2001). Itulah sebabnya, Prof. Quraish menyebut pada kata pengantar buku Kematian adalah nikmat sebagai "buku baru tapi lama". Baru karena ada banyak persoalan yang baru dikemukakan dalam buku ini, dan belum pernah disinggung pada buku beliau yang lainnya. Lama, karena sebagian materinya juga sudah diungkap dalam buku Perjalanan Menuju Keabadian. Kedua buku ini ditulis seiring dengan bertambanya umur beliau. Hidup dan mati, beda-beda tipis.Hanya saja selama ini, kematian dipersepsikan sebagai sesuatu yang menakutkan. Sehingga, kebanyakan orang berupaya untuk menghindarinya. Bahkan dalam al-Qur'an digambarkan bahwa meskipun kalian--wahai orang kafir--berlindung di balik benteng yang sangat kokoh, kematian pasti akan menjemputmu. Padahal, setiap yang memiliki nyawa pasti akan mengalami kematian. Kull nafs-in za'iqatul maut, demikian pandnagan al-Qur'an. Kalau demikian, mestinya kita berdamai dengan kematian. Mestinya kita menjemput kematian dengan suka hati. Memang bagi orang yang sangat cinta "duniawi", pastilah merasakan ketakutan akan kematian. Sebab, kematian akan mencabut segala kenikmatan dan kelezatan kehidupan duniawi. Kematian dapat dipahami sebagai peristiwa berhentinya denyut jantung atau tidak berfungsinya otak. Kematian dalam Islam bukanlah akhir dari segala kehidupan. Kematian justeru merupakan awal dari kehidupan yang sebenarnya. Ada riwayat yang berbunyi: al-Nas kulluhum niyam-un. wa iza matu qad intabahu...semua manusia sekarang ini dalam keadaan tertidur. Ketika mereka meninggal barulah terbangun ( Mulla Shadra, al-Asfar al-Arba'ah). Oleh karenyanya, Islam sangat menekankan untuk memperbanyak "bekal" dalam menghadapi kehidupan setelah kematian itu (life after death). Itu juga yang selalu diajarkan oleh Baginda Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama kepada kita agar senantiasa berdo'a untuk memanjangkan umur. Umur berdekatan makna dengan "ma'mur", sejahtera. Do'a panjang umur maksudnya agar sisa usia itu merupakan kesempatan untuk berbuat kebajikan dan kemashlahatan untuk orang banyak. Bukan sebaliknya, sisa umur untuk mempersulit orang lain. Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama bersabda: inna li al-mauti sakarat-un. Bahwa dalam kematian itu ada sakarat. Sakarat al-maut ini yang banyak diperbincangkan para ulama. Nabi sendiri mengalami sakit sekitar 13 hari sebelum wafatnya. Nabi terkadang mencelupkan tangannya pada wadah yang berisi air di sampingnya kalau beliau lagi mersakan sakitnya. Lalu, pertanyaannya kemudian, apakah sakit sebelum kematian itu adalah sakarat al-maut? Sesungguhnya kematian adalah pintu masuk bagi kehidupan akhirat. Kahidupan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan di dunia hanyalah sementara. Kehidupan akhirat lebih baik dan lebih abadi. wa lal-akhirat-u khair-un wa abqa, kata al-Qur'an. Orang yang shaleh senantiasa merindukan kehidupan akhirat. Sebab, kesempurnaan balasan pahala dari Allah swt hanya bisa didapatkan di akhirat kelak. Itulah sebabnya peristiwa kematian biasa disebut wafat. Wafat adalah sempurna. Kesempurnaan balasan pahala dan dosa hanya bisa didapatkan setelah seseorang mengalami kematian. Walhasil, berdamailah dengan kematian. Wa Allah a'lam.

Menjadi Kaya

Richard Bergson memberi nasehat bahwa menjadi kaya bukan hanya diukur dari banyaknya uang yang dimiliki. Kekayaan juga bisa dalam bentuk kesehatan yang prima, dan kebebasan dalam berkreasi. Beliau dalam setiap harinya menyiapkan waktu 40% untuk merenungkan ide-ide baru dan inovasi baru. Selebihnya untuk mengerjakan rutinitas dari lebih 250-an perusahaan Virgin miliknya. Virgin adalah perusahaan internasional yang sangat masyhur itu bekerja untuk musik. Ternyata ide-ide kreatif sangat penting untuk menjadi seorang kaya. Ada banyak orang yang kehilangan kesempatan untuk menjadi kaya hanya karena tidak pernah bercita-cita menjadi kaya. Ternyata untuk menjadi kaya juga terkait dengan cara berpikir seseorang. Menjadi kaya juga dari dalam diri kita.

Altruism

Altruism adalah sikap mementingkan kepentingan orang lain. Dalam Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English, 1974 disebutkan:....altruism...principle of considering the well-being and happiness of others first; unselfishness. altruist; person who follows, h. 25. Saya pertama kali tertarik dengan kata altruis ketika membaca buku: Super Cooperators. Altruism adalah empati dan peduli kepada nasib orang lain. Alkisah, seorang ayah mengajak keluarga besarnya untuk menonton sirkus di kota kelahirannya. Sesampainya ke loket pembayaran tiket sirkus, ternyata membutuhkan 60 dollar USA untuk semua rombongan keluarganya. Sementara sang ayah hanya memiliki 40 dollar. Ia sempat bingung untuk mengatasi masalah tiket ini. Beberapa detik kemudian, ada keluarga di belakangnya yang juga ikut antrean untuk membayar tiket sirkus. Ia pura-pura menjatuhkan uang 20 dollar persis di belakang sang ayah yang kurang duitnya itu. Sembari memungut uang tersebut, dan memberikan kepada sang ayah, seraya berkata: duit Bapak terjatuh sebanyak 20 dollar sambil ia mengedipkan mata untuk memberi isyarat bahwa uang ini ambil saja. Ia sendiri harus pulang dan mengurungkan niatnya untuk menonton sirkus tersebut. Sambil menggandeng tangan putranya, ia berbalik. Lain kali kita ke sini, bisiknya. Ia rela mengorbankan uang 20 dollar untuk menutup malu keluarga si bapak yang kurang duitnya tadi. Inilah salah satu contoh kecil altruism. Rasa empati dan peduli kepada nasib dan kebahagiaan orang lain. Tidak terlalu peduli terhadap kesenangan sendiri. Sikap altruism sangat penting dimiliki oleh siapapun yang mau berkolaborasi. Demikian. Wa Allah a'lam.

Pidato Pengukuhan Doktor

Pada tanggal 27 juli 2007, saya lulus ujian promosi doktor di UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta. Sebagai al-tahaddhuth bi al-nikmah berikut saya kutip pidato pengukuhan--sambutan promotor saya, Prof. Dr. Sjafri Sairin--seorang antropolog, Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta. Beliau juga pernah menjabat sebagai dekan Fakultas Ilmu Budaya, UGM. Assalamu 'alaikum warahmatullah wa barakatuh. Bapak Rektor, Ketua Senat, dan para penguji yang berbahagia. Saudara Muhammad Zain yang berbahagia! Satu menit yang lalu, Anda berdiri di podium sana, bergelar sebagai doktor, pseudo doktor, belum sah sebagai doktor sebenarnya. Tapi baru setengah menit yang lalu Saudara telah menjadi seorang doktor yang resmi di UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta. Saya sebagai promotor, kami ucapkan selamat dan bersyukur Saudara akhirnya dapat menyelesaikan disertasi dengan hasil Cum Laude. Saya telah mengikuti perjalanan saudara dalam menulis disertasi. Berkali-kali Saudara datang ke tempat saya. Dan hanya sebentar berbicara karena saya tidak mau saudara menyita waktu saya banyak-banyak. Suatu ketika, lama sekali tidak muncul. Dan saya pesankan kepada Bapak rektor--Prof. Dr. Amin Abdullah yang waktu rektor UIN Sunan Kalijaga--, ke mana raibnya mahasiswa bimbingan saya. Akhirnya muncul kembali. Berbagai pengalaman dalam mengarungi perjalanan hidup. Akhirnya dengan hati-hati saudara jalani, dan selamat. Saudara tetap tegar melangkah, walaupun akhirnya menjadi seorang birokrat di Jakarta. Saya tahu sebagai seorang birokrat, tidak ada waktu atau kurang waktu untuk menulis. Tapi, alhamdulillah, anda menunjukkan bahwa saya tetap orang daerah yang bertugas di Jakarta. Dan saya menunjukkan, bahwa saya akan berhasil. Dalam Kata Pengantar--disertasi--Saudara menyebut berbagai orang yang telah mendo'akan Anda. Saudara telah mengucapkan syukur kepada mereka dan bahwa mereka menyayangi Saudara, selain isteri dan anak-anak saudara. Adalah support ayah-bunda saudara juga demikian....Saya tahu, orang Bugis-Makassar, untuk meminta uang kepada ayah sangat susah. Untuk meminta uang harus lewat ibunya. Saudara Dr Muhammad Zain yang berbahagia.... Ada tiga hal yang patut Saudara cermati, mengapa Saudara sukses: a) Saudara dengan bagus sekali menjawab, menanggapi segala pertanyaan yang diajukan para penguji... b) Penguasaan Saudara terhadap tradisi turath. Itu luar biasa, apalagi kami dari Universitas Gadjah Mada. Alangkah inadahnya... c) Upaya Saudara mengkombinasikan pendekatan sosio-antropologis. Sebab, yang melakukan, yang merawikan hadis juga punya interest sendiri, kelompok sendiri, yang kadang-kadang mereka terjerembab ke dalam sesuatu yang tidak sepatutnya mereka lakukan. Dan toh mereka juga adalah manusia. Itu catatan yang perlu kami sampaikan. Anda adalah orang yang sangat bagus dalam dunia akademik. Dan jangan berhenti. Kalau Saudara berhenti, maka doktor Cum Laude tidak ada artinya. Orang tidak bertanya, Saudara doktor Cum Laude, tetapi bagaimana Saudara berkarya. Ketika saya mendengar Saudara tetap bekerja di UIN Syarifhidayatullah Jakarta, saya gembira karena Saudara hanya dipinjam sementara oleh Departemen Agama RI. Ambillah hikmah sebagai seorang birokrat untuk saudara jadikan ketika saudara kembali ke dunia akademis. Mudah-mudahan pertemuan ini adalah pertemuan yang selalu menjadi kenangan. Saudara tetap eksis dalam dunia akademis. Wassalamu 'alaikum warahmatullah wa barakatuh.

Senin, 12 Agustus 2013

Jack Canfield

Jack Canfield adalah nama yang sangat lengket dengan seri buku Chicken Soup for the Soul. Jackd Canfield dan Peter Chee baru saja menerbitkan buku dengan judul: Coaching for Breakthrough Success Proven Techniques for Making Impossible Dreams Possible, 2013. Untuk suskes ternyata harus bersinergi antara tiga hal. Heart, Mind, dan energy. Untuk mencapai sukses dan mengajak orang lain untuk meraih sukses, harus memiliki ketiga hal di atas. Demikian.

Selimut

Suatu hari saya naik pesawat pada pagi hari. Saya hanya memakai kaos oblong, tanpa jaket. Saya berpikir, tubuh saya cukup kuat. Ternyata saya menggigil. Saya tetap bertahan. Saya membayangkan ketika berkunjung ke Eropa atau Kanada pada musim dingin. Tidak seberapa dingin di daerah tropis seperti Indonesia. Pikiran saya menerawang jauh. Bagaimana keadaan Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama ketika pertama kali menerima wahyu. Sampai-sampai Nabi menggigil "ketakutan". Beliau kembali ke rumahnya, di Mekkah. Sambil meminta kepada Ibunda yang agung, Khadijah. Zammiluni, zammiluni, zammiluni, selimuti aku, pinta Nabi. Setelah peristiwa tersebut, Nabi dengan Siti Khadijah konsultasi kepada pendeta Nasrani yang masih kerabat Khadijah, apa gerangan yang sedang terjadi. Waraqah ibn Naufal, sang pendeta dengan tenang memberi wejangan. Bahwa sesungguhnya yang terjadi adalah Nabi Muhammad shalla Allah 'alaih wa sallama sedang menerima wahyu. Bahwa sesungguhnya kejadian itu adalah peristiwa yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang yang sudah lama mempersiapkan diri menjadi nabi dan rasul. Demikian seterusnya. Tapi hal yang sangat menarik adalah suray al-Mudaththir dan al-muzzammil. Kedua surah ini turun pada awal-awal pewahyuan. Ya ayyuha al-muddaththir. qum fa-andzir. wa thiyabaka fa-thahhir. wa al-rujza fahjur....Wahai orang yang berselimut. Bangkitlah, dan berilah peringatan. Bersihkanlah pakaianmu. Jauhilah perbuatan dosa. Ayat ini memiliki daya juang dan semangat revolusi yang luar biasa. Bahwa untuk bangkit dan mengubah tatanan masyarakat haruslah dipimpin oleh orang yang berkarakter kuat. Harus menanggalkan "selimut" dan hijab dirinya. Harus membersihkan "pakaiannya". Harus berperangai mulia dan berbudi luhur. Dst. Seorang pemimpin harus rela menanggalkan "selimutnya". Untuk suskes memimpin, seseorang harus memiliki integritas, trust, dan bersih. Bersih yang dimaksud adalah bersih lahirnya dan bersih bathinnya. Dalam sejarah ditulis bahwa sifat wajib yang harus melekat pada diri seorang rasul adalah empat. Yakni: (a) tabligh--komunikatif dan mampu mengkomunikasikan pikiran dan visinya; (b) shiddiq--jujur dan memiliki integrits tinggi; (c) amanah--terpercaya, dan tanggung jawab--; dan (d) fathanah--cerdas dan berkompeten. Dari empat sifat wajib baginda Nabi, tiga di antaranya terkait dengan kualitas pribadi. Dan hanya satu yang terkait dengan kapasitas intelektual, yakni kecerdasan dan kompetensi. Betapa penting integritas dan trust seseorang sebagai pra-syarat seorang pemimpin. Demikian.

Jumat, 02 Agustus 2013

Sedekah Jariyah

Sedekah jariyah biasanya dimaknai sebagai suatu perbuatan/ amal yang pahalanya terus menerus. Menurut hadis Nabi, ilmu yang bermanfaat, do'a anak kepada kedua orang tuanya, membangun masjid, membangun sesuatu yang sifatnya monumental seperti membuat jalan, membangun jembatan, dst. Akan tetapi ada hal yang menarik, setiap kita masuk masjid atau shalat jum'at. Kotak amal biasanya ditulis: "sedekah jariyah". Lalu saya terpikir, apakah dengan memasukkan uang seribu, lima ribu, sepuluh ribu, dua puluh ribu, lima puluh ribu itu juga termasuk amal jariyah? Apakah ini justeru mendistorsi makna amal jariyah itu? Sama juga dengan pertanyaan seorang kawan, apakah cukup dengan amal yang sangat sepele, seseorang sudah bisa masuk sorga? Saya lalu berkelakar bahwa kalau amal sedikit, dan masuk surga, maka surganya "tanpa bidadari". Kotak amal semestinya tidak diberi "embel-embel" sedekah jariyah. Kotak amal saja. Sebab, dapat berdampak secara psikologis. Seseorang yang sudah bersedekah sangat minim, sudah merasa bersedekah jariyah. Sama juga dengan adagium "ikhlas beramal". Biar sedikit yang penting ikhlas. Padahal, mestinya bersedekah banyak, dan tetap ikhlas. Ini yang lebih afdhal. Demikian. Wa Allah a'lam.

Kamis, 01 Agustus 2013

Merias Wajah

Saya berkunjung pada salah satu Mall di salah satu kota terpadat di negeri ini. Kebetulan saya naik motor, dibonceng oleh kawan. Setelah selesai hunting buku, saya ikut ke parkiran. Di siang bolong, saya menyaksikan pegawai Mall berseliweran di parkiran. Mereka duduk dan berdiri di motor masing-masing. Sambil cerita mereka juga berdandan. Tentu dengan bedak tebal, dan sejumlah alat rias lainnya yang biasa di simpan di tas kecil. Suasananya ramai. Sebagian yang lainnya menikmati makanan ringan, dan bakso. Mungkin lagi berhalangan untuk menunaikan ibadah puasa. Atau mereka itu non-muslim. Saya menerawang dan berimajinasi. Mengapa kebanyakan kaum perempuan sibuk merias wajah? Dan terkadang lupa memerhatikan "inner beautynya"? Apakah kecantikan fisik lebih utama dari kecantikan "dalam"? Bukankah dengan merias wajah bisa juga mengakibatkan "merusak wajah"? Selanjutnya, dengan merias "kecantikan dalam" justeru akan mempercantik wajah. Ada banyak kawan atau kenalan, yang merias wajahnya seadanya, tapi kelihatan "berseri-seri". Ia tampak cantik alami. Ada banyak kasus, seseorang menghabiskan berjuta-juta uangnya hanya untuk merias wajah. Padahal, sesungguhnya ia masih memiliki kebutuhan lain yang sangat mendesak. Saya juga pernah membaca tabloid kota dan diceritakan ada seorang artis yang memiliki koleksi busana dan sepatu sampai ratusan. Saya berpikir, untuk apa semua itu dilakukannya. Sementara, penghasilannya tidak seimbang dengan stylenya. Belakangan, saya tahu, keluarga artis tersebut "berantakan". Kawin-cerai. Konon, dalam sejarah Islam diceritakan bahwa A'isyah radhiya Allah 'anha juga suka "bersolek". Sampai-sampai Abu Hurairah pernah bertengkar dengan beliau, dan berkata: Perempuan tahu apa tentang ilmu (agama). Perempuan hanya pandai "bersolek". ( Ibnu Sa'ad, Thabaqat al-Kubra). Bahkan dikisahkan, wajah A'isyah sampai kemerah-merahan karena seringnya bersolek. Ada riwayat yang menyebutkan sampai-sampai Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama memanggil Sayyidah A'isyah sebagai " humaira'". Sang pemilik wajah, putih kemerah-merahan. Sampai detik ini, saya tidak tahu, apakah standar wanita cantik pada saat itu adalah mereka yang putih kemerah-merahan? Sayyidah Khadijah radyiya Allah 'anha juga terkenal sangat menjaga penampilan dan memelihara kecantikannya. Tentu hal ini tidak terlepas dari latar belakang beliau sebagai pengusaha wanita yang sangat sukses. Dapat dibayangkan, bahwa Sayyidah Khadijah menikah dengan Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama pada usia yang sudah tidak muda lagi. Usia 40 tahun. Tapi, beliau masih dapat melahirkan sampai tujuh kali. Jadi sampai umur di atas 50-an, Sayyidah Khadijah belum manupouse. Fenomena ini tentu tidak sederhana untuk dijelaskan pada ruang yang sangat terbatas ini. Termasuk keterbatasan pengetahuan saya mengenai obyek pembicaraan ini. Lalu pertanyaannya kemudian, apakah bersolek itu memang "fitrah" seorang perempuan? Wanita, ya bersolek itu. Wa Allah a'lam.

Perbedaan Riwayat Hadis

Saya mendapat kesempatan untuk menjadi penguji eksternal untuk disertasi dengan topik: Ikhtilaf al-Riwayah, perbedaan dalam periwayatan hadis. Topik ini sangat menarik karena menyentuh otentisitas hadis Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama. Maksud penulisnya adalah melakukan rekonstruksi metodologi penelitian Ikhtilaf al-Riwayah. Menurut penulisnya, ikhtilaf al-riwayah ditengarai dapat terjadi karena faktor: (a) perbedaan peristiwa; (b) terjadinya periwayatan bi al-makna; (c) karena dibolehkannya meringkas hadis sepanjang tidak mengubah maknanya; (d) mungkin juga karena ketidaktelitian periwayat sebuah hadis; dan (e) pemalsuan hadis. Memang dalam prakteknya, terutama pada hadis bi al-fi'ly, terkadang satu peristiwa dapat direspon dengan beragam kata dan kalimat. Seperti contoh seorang Arab Badui yang tba-tiba berlari ke sudut masjid sedang Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama dan para sahabatnya menggelar pengajian. Si Badui rupanya mau melepas hajat (buang air kecil). Para sahabat berteriak. Nabi bersabda: da'auhu; biarkan saja dulu! Setelah selesai, si Badui dipanggil Nabi. Nabi bersabda: Sesungguhnya masjid ini dibangun untuk shalat, zikir dan tempat untuk belajar al-Qur'an. Riwayat ini direspon para sahabat dengan 12 riwayat ( dalam shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Aby Dawud, Sunan al-Tirmizy, dll). Demikian dalam Dr Musfir Azmullah al-Daminy, Maqayis Naqd Mutun al-Sunnah, h. 19-21. Memang di kalangan sahabat juga memiliki sikap yang berbeda. Abdullah ibn Umar terkenal sebagai sahabat yang ketat dalam hal periwayatan (min al-shahabat al-mutasyaddidin fi al-riwayat bi al-lafzh). Kembali ke penulis disertasi tadi. Saya terkejut karena yang bersangkutan dalam pisau analisisnya memakai teori common link G.H.A Juynboll. Dengan melihat latar belakang pendidikan ybs alumni al-Azhar Kairo, saya berpikir akan "berhati-hati" dengan teori Juynboll. Sebab, seperti kita ketahui, teori common link Juynboll adalah elaborasi yang canggih dari teori Joseph Schacht dalam bukunya yang monumnetal: The Origins of Islamic Jurisprudence. Baik Joseph Schacht maupun Juynboll keduanya meragukan otentisitas hadis. Meskipun Juynboll masih mengunggulkan hadis daripada Bibel. Hadis bagaimanapun tetap memiliki jalur isnad (rangkaian periwayat). Sedang Bibel tidak. G.H.A Juynboll tidak percaya kepada isnad keluarga. Seperti sanad Malik----Nafi' Maula Ibnu Umar yang dikenal sebagai silsilah al-zahab/ silsilah emas, tidak diakui Juynboll. Bahkan Nafi' dianggapnya sebagai tokoh fiktif karena sangat sedikit infromasi tentang kehidupannya. Bahkan Nafi' tidak ditemukan informasi tahun wafatnya. Tesis ini ditolak oleh Nabia Abbott, Fuat Zesgin, M.M. Azami yang berpendapat bahwa sanad keluarga sangat kuat karena berhubungan langsung. Dalam ujian promosi tersebut saya sarankan kepada promovendus agar kembali mendalami buku-buku berikut: 1. Kitab al-Risalah karya Imam Syafi'i terutama "dimenangkannnya" khabr al-wahid ketimbang ijma' ulama. Meskipun Imam Syafi'i memberi syarat yang sangat ketat. yakni (a) periwayatnya harus dapat diandalkan kualitas agamanya (tidak fasiq)--an yakuna man haddatha bihi thiqat-an fi dinih; (b) dikenal jujur dalam menyampaikan hadis--makruf-an bi al-shidqi fi hadithih; (c) memahami apa yang disampaikannya--'aliman lima yuhaddithu bihi; (d) mengenal betul redaksinya yang tepat karena redaksi yang tidak pas dapat mengubah makna--'aliman lima yuhilu ma'any al-hadith min al-lafdzi;(e) memiliki kemampuan meriwayatkan hadis kata demi kata, tidak hanya sekedar riwayat bi al-ma'na supaya tidak mengubah yang halal menjadi haram--wa an yakuna mimman yu'addy al-haditha bi-hurufihi kama sami'a. la yuhaddithu bihi 'ala al-ma'na. li annahu idza haddatha bihi 'ala al-ma'na wa huwa ghairu 'alim-in lima yuhilu ma'nahu, lam yadri la'allahu yuhilu al-halala ila al-harami--Kitab al-Risalah, h. 370-371. dst. 2. Ahmad Hasan, The Early Development of Islamic Jurisprudence, 1970. Salah satu yang menarik, Ahmad Hasan mengakui karya J. Schacht The Origins... adalah yang paling komprehensif dan orisinal mengenai hukum Islam. Tesis Schacht yang ditolak Ahmad Hasan, antara lain: (a) Hukum Islam tidak berakar dari al-Qur'an dan sunnah rasul, tapi dari praktek populer dinasti Umayyah. Sunnah Rasul muncul ketika terjadinya pembunuhan Uthsman ibn 'Affan; (b) sunnah rasul hanyalah "diada-adakan". Yang ada hanya sunnah orang-orang arab pra- Islam, dan hanya disandarkan kepada rasululah shalla Allah 'alaih wa sallama; (c) Qiyas dari Yahudi, dan ijma' dari hukum Romawi. Semua tesis ini ditolak oleh Ahmad Hasan. Hukum Islam sebermula berlandaskan al-Qur'an dan sunnah, tanpa mengesampingkan fakta bahwa bahan-bahannya sebagian disuplay dari praktek-praktek populer dan pemerintahan Bani Umayyah. Hal yang mengejutkan pada bagian akhir bukunya, Ahmad Hasan menyimpulkan bahwa Imam Syafi'i paling bertanggung jawab atas tertutupnya pintu ijtihad. Karena mengunggulkan khabr al-wahid (hadis ahad) dari ijma'. Sehingg akreatifitas, dan ijtihad berhenti. Tentu saja kesimpulan ini terlalu provokatif karena tidaklah adil "membebankan" penutupan ijtihad terhadap seseorang saja. 3. Dr Musfir Azmullah al-Daminy, Maqayis Naqd Mutun al-Sunnah. Buku ini penting untuk melihat perhatian sahabat dan para ulama sesudahnya mengenai kritik matan hadis. Kritik matan hadis ternyata mendapat perhatian dari awal perkembangannya. Dan tidak seperti yang disampaikan Ahmad Amin yang menuduh para ulama hadis tak lebih sebagai "zawamil asfar", unta-unta pemikul beban kertas. Mereka meriwayatkan sesuatu yang mereka sendiri tidak mengerti maknanya. 4. Imam Syafi'i (w. 204 H), Ikhtilaf al-Hadith--kitab ini menjadi hamisy kitab al-Umm karya Imam Syafi'i--. 5. Ibnu Qutaibah (w. 276 H), Takwil Mukhtalif al-Hadith. 6. al-Thahawy (w. 321 H), Musykil al-Athar. Memang pemahaman terhadap hadis Nabi shalla Alah 'alaih wa sallama menjadi tidak sederhana. Apatah lagi dengan perkembangan keilmuan di era sekarang. Keilmuan hadis, ulumul hadis harus bersunggungan dengan keilmuan lainnya. Tidak lagi berdiri sendiri, tapi harus "terkoneksi" dengan yang lainnya. Demikian. Wa Allah a'lam.