Gallery

Rabu, 27 Februari 2013

Pak Kyai

Sewaktu saya kecil, kalau bulan suci ramadhan selalu mendengarkan dialog pak Kyai dan Naeng Naba. Disamping untuk menambah ilmu pengetahuan agama, juga sebagai pertanda sahur. Sebab, di kampung pada saaqt itu, tidak banyak orang yang memiliki jam tangan dan dinding. Dialog pak Kyai dan Daeng Naba sangat asyik. pak Kyai sering sekali mengutip kitab shahih al-Bukhary dan shahih Muslim, Bulughul Maram, dan kitab Nail al-Authar. Kitab-kitab ini sebagai anak kampung pastilah asing bagi kami. nanti ketika sempat kuliah di IAIN Alauddin Makassar, baru kami melihat wujud kitab-kitab hadis muktabarah itu. pak Kyai demikian sangat terhormatnya di kampung. Kalau satu kampung didatangi oleh seorang Kyai pastilah masyarakat berkerumun. Heboh. Sambil ada juga yang menyempatkan diri untuk minta do'a dengan menyodorkan segelas air putih atau anak balitanya ingin diusap sambil didio'akan pak Kyai. Kharisma Kyai sangat tinggi. Sekarang, ketika pak Kyai sudah "berpolitik", sepertinya Kyai sudah "berjarak" dengan umatnya. Bahkan ada daerah tertentu sudah enggan memakai gelar Kyai. mereka lebih nyaman memakai gelar lokal seperti Anregurutta, bagi orang Bugis; anangguru bagi orang Mandar, Tuan Guru bagi masyarakat Bima. Kharisma Kyai "melorot"? Kolega saya, Dr Zainuddin Syarif, dari Madura bercerita tentang hasil penelitiannya. Bahwa masyarakat terbagi dalam hal bersikap kepada Kyainya. Prismatik. Pragmatik. Terbelah. Ada yang tunduk, sami'na wa atha'na kepada Kyai. Meskipun yang bersangkutan tidak setuju dengan pilihan politik Kyai. Ada yang netral. Kyai tetaplah sebagai guru yang harus dihormati, tetapi pilihan politik tetap bebas sesuai dengan masing-masing. Mereka bebas menentukan garis politiknya. Teori Zainuddin Syarif ini telah memperkaya teori hubungan Kyai dan santri. Seperti Dr Endang Turmudzi, Dr Ali Maschan Moesa, dan Dr Hiroko.

Berinteraksi dengan al-Qur'an

Selama ini secara ritual, interaksi al-Qur’an dengan komunitas muslim sudah sangat intens. Kaligrafi ayat-ayat al-Qur’an kita temukan hampir di semua masjid di seluruh dunia. Bahkan pada dinding ruang tamu di rumah umat Islam sangat banyak ditemukan kaligrafi ayat- ayat tertentu. Semua ini dimaksudkan untuk mendekatkan ajaran al-Qur’an dan umat yang meyakini kebenarannya. Bahkan setiap bayi yang baru lahir akan dicarikan nama yang diinspirasi dari ayat-ayat al-Qur’an. Dan selama berabad-abad, anak-anak muslim sudah diajarkan baca-tulis al-Qur’an sejak usia dini. Cara membaca dan menulis huruf hija’iyah diperkenalkan pada semua level pendidikan formal. Jadi, secara umum interaksi umat Islam sangat intensif dengan al-Qur’an dapat dilihat pada praktek ibadah mahdhah mereka, ranah publik dan perhatian pengembangan studi al-Qur’an.( Jane Dammen McAuliffe (ed.), Encyclopaedia of the Qur’an, Brill, 2001). Perhatian khusus kepada al-Qur’an harus menjadi konsern kita semua. Saya teringat pada Prof. Fazlur Rahman, guru Prof. Nurcholis Madjid, Prof. Ahmad Syafi'i Ma'arif, dan Prof. Qodri Azizy. Setiap kali Prof. Fazlur Rahman memberi kuliah tafsir al-Qur'an, beliau memeluk al-Qur'an dengan penuh khidmat sambil berucap: "untung kita memiliki al-Qur'an ini. Kitab yang sangat otentik". Padahal, kita kenal Fazlur Rahman sebagai seorang filosof dan pemikir muslim yang sangat liberal. Demikian pula halnya dengan Farid Esack. Pemikir muslim yang satu ini juga adalah murid Fazlur Rahman. Farid lahir pada tahun 1959 di Wynberg, Cape Town, Afrika Selatan. Dia seorang sarjana muslim, penulis, dan aktifis politik sebagai oposisi apartheid. Dia bergabung dengan Nelson Mandela untuk mengusung inter-religious dialogue--dialog lintas agama. Karya-karya Farid antara lain: (a)The Struggle. (1988); (b) But Musa went to Fir'aun! A Compilation of Questions and Answers about the Role of Muslims in the South African Struggle for Liberation. (Afrika Selatan, 1989); (c)Qur'an, Liberation and Pluralism: An Islamic Perspective of Interreligious Solidarity Against Oppression. (Oxford, 1997); (d)Islam and Politics (London, 1998); (e) On Being a Muslim: Finding a Religious Path in the World Today. (Oxford, 1999); (f) The Qur'an: A Short Introduction. (Oxford, 2002); dan (g)The Qur'an: A User's Guide. (Oxford, 2005). Farid memosisikan al-Qur'an sebagai kekuatan pendobrak. al-Qur'an sebagai amunisi revolusi. Sama dengan Prof. Hassan Hanafi lewat karyanya, Min al-'Aqidah ila al-Thawrah. Bahwa keimanan harus menjadi pendobrak untuk mengubah tatanan sosial yang tidak berkeadilan. Keimanan harus menjadi penggerak revolusi sosial. Ada hadis nabi shalla Allah 'alaih wa sallama yang berbunyi: man ra'a minkum munkaran fal-yughayyirhu bi-yadih. fa-in lam yastathi' fa-bilisanih. Wa in lam-yastathi' fa-bi qalbih. Fa zalika adh'af al-iman. Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya--kekuatan. Apabila ia tidak sanggup mencegahnya, maka cukuplah dengan lisannya--dengan nasehat. Apabila ia juga tidak sanggup, maka dia mendo'akannya--agar yang bersangkutan tidak lagi mengulangi perbuatannya. yang terakhir ini adalah selemah-lemahnya iman. meskipun hadis ini diperdebatkan kesahihannya oleh ulama hadis. Demikianlah daya dobrak al-Qur'an pada kehidupan sosial. Secara spiritual, ada ulama tertentu yang selalu "bersama al-Qur'an". ke mana-mana saja yang bersangkutan pergi, pasti ada al-Qur'an di sampingnya. Bahkan kalau mau tidur pun, ia mendawamkan membaca satu, atau dua ayat al-Qur'an. Hadhratus Syeikh K. H. Hasyim Asy'ari, setiap pulang dari berdakwah. sebelum tidur beliau tetap membaca al-Qur'an. meskipun beliau sangat lelah. Prof. Buya Hamka, juga demikian halna. Bahkan ada ulama yang meninggal, sedang al-Qur'an dalam pelukannya. Subhanallah! Wa Allah a'lam.

Tafsir al-'Ilmi

Selama ini, kita sangat asyik mengkaji ayat-ayat ahkam (ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum) atau ayat-ayat mengenai aqidah, sejarah, dan tauhid. Ayat-ayat yang seperti ini—yang lebih popular disebut sebagai ayat-ayat Qauliyah-- mendapatkan porsi dan banyak sekali kita kupas. Sedang ayat-ayat kauniyah—yang berbicara tentang fenomena alam-- masih jauh tertinggal. Sepertinya ayat-ayat kauniyah masih kurang mendapatkan perhatian secara proporsional. Padahal menurut sebagian ahli, ayat-ayat kauniyah lebih banyak dalam al-Qur’an dibanding ayat-ayat hukum. Syeikh Tanthawi Jauhari menghitung ayat-ayat kauniyah sekitar 750-an ayat (Thantawi Jauhari, Tafsir al-Jawahir). Ada ahli yang menghitung lebih dari 1.000-an ayat-ayat kauniyah.( Agus Purwanto, Ayat-ayat Semesta Sisi-Sisi al-Qur’an yang Terlupakan, 2008). Mungkin inilah salah satu faktor mengapa akhir-akhir ini sains dan teknologi kurang berkembang di dunia Islam. Ketika saya berkunjung ke Yaman, saya mendapatkan kitab yang "mengutuk" Tafsir al-Jawahir karya Syekh Thantawi ini. Sebab, Tafsir al-Jawahir dianggap telah melanggar ketentuan hadis Nabi yang melarang lukisan dan foto. Sementara tafsir al-Jawahir selalu mencantumkan foto atau gambar setiap ayat yang berbicara mengenai tumbuhan, binatang, atau sistem tata surya kita alam raya ini. kalau pemikiran seperti ini juga berkembang di kalangan generasi muda Islam, saya tidak membayangkan bagaimana terbelakangnya umat ini. Meskipun disadari bahwa pada sisi lain, ada ulama tafsir yang sangat berhati-hati dalam menafsirkan ayat-ayat kauniyah dengan metode tafsir al-‘ilmy. Sebab, bagi mereka al-Qur’an bukanlah kitab suci ilmiyah, tapi lebih sebagai kitab suci yang memuat panduan akhlak, etika, dan moral bagi seluruh umat manusia. Sejatinya, al-Qur'an adalah sumber inspirasi umat manusia.( M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an; Fazlur Rahman, Major Themes of the Qur’an, 2009; Tosihiko Izutsu, Ethico-Religious Concepts in the Quran, 1966). Tetapi tak dapat dipungkiri bahwa ada banyak ayat al-Qur’an yang mengandung isyarat-isyarat ilmiyah untuk pengembangan ilmu dan sains. Wa Allah a'lam.

Integrasi Ilmu

Berikut saya paparkan beberapa pemikiran pak SDA (Suryadharma Ali, Menteri Agama RI) tentang integrasi ilmu. Bagaimana dengan pengembangan kajian keilmuan Islam di Perguruan Tinggi Agama kita? Apa bedanya prodi-prodi umum yang dikembangkan di Universitas Islam Negeri dengan Universitas Umum lainnya? Apa bedanya Fakultas Sosiologi dan Kedokteran yang ada di kita? Mestinya ayat-ayat sosiologi dan ayat-ayat yang berkaitan dengan kedokteran harus menjadi fokus kajian. Sebagai contoh QS. al-Mukminun: ayat 12-14; 12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah. 13. Kemudian Kami jadikan ia mani, yang disimpan dalam wadah yang kokoh aman (rahim). 14. Kemudian mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dari segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, Kemudian Kami bungkus tulang itu dengan daging. Kemudian Kami bentuk ia jadi makhluk lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Wa laqad- khalaqna al-insan min sulalat-in min thin……Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah. Prof. Achmad Baiquni menjelaskan ayat ini bahwa dari unsur-unsur kimiawi hydrogen, karbon, nitrogen, oksigen yang terkandung di dalam gas-gas yang keluar dari tanah itulah yang bermula segala kehidupan di bumi (kemudian unsure-unsur kimiawi lain yang berada di tanah seperti fosfor, kalsium, besi dan lain-lainnya ikut memainkan peranannya); …itulah penyusun biomolekul atau molekul-molekul kehidupan. Nyata bahwa semua makhluk hidup termasuk manusia, diciptakan dari unsur-unsur kimiawi yang ada di bumi (Achmad Baiquni, al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, h. 192-193). Pada ayat lain, QS. al-Rum(30) ayat 24 dijelaskan:….Dan di antara tanda-tanda ( Kebesaran)-Nya, ialah bahwa Ia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Ia menurunkan hujan dari langit, dan dengan itu Ia menghidupkan bumi setelah ia mati. Sungguh, dalam yang demikian itu, Ada bukti-bukti bagi orang yang menggunakan akalnya. QS. al-Anbiya’: ayat 30,….Dan dari airlah Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Apakah mereka tidak juga mau beriman? Mungkin itu pula sebabnya sehingga dokter menasehati kita agar banyak minum air putih. Mungkin karena asal-muasal kita dari air. Dan sekitar 80% tubuh kita terdiri dari air. Di sini letak pembeda prodi kedokteran Universitas Islam Negeri kita dengan kedokteran yang lainnya. Peserta didik dan lulusan kita, dengan ilmu yang mereka dapatkan akan mengantarkan mereka untuk berucap: Subhana Allah: Maha Suci Allah. Rabbana ma khalaqta haza bathilan; Ya Tuhan kami, Tiadalah makhluk ciptaan-Mu yang menjadi sia-sia. Semua pasti ada manfaat dan keguanaannya. Pohon jati umpamanya mulai akar, batang, sampai daun semua berfungsi. Daun jati dapat memnjadi pembungkus makanan tertentu yang juga menjadi pencipta cita rasa bagi makanan tersebut. Daun jati juga bisa menjadi zat pewarna. Batang pohon jati lebih bermanfaat lagi untuk mebelier, dan seni ukir. Akar jati juga memiliki manfaat yang tidak sedikit. Pohon kelapa, tidak ada yang terbuang. Kalau ada floran dan fauna yang tidak dimakan oleh manusia atau binatang atau makhluk lainnya, pasti menjadi pupuk dan penyeimbang baagi ekosistem. Ini sangat luar biasa. Karena kitab suci itu memberikan tanda-tanda yang sangat perlu dikaji yang menantang kita berpikir. Kita sering menemukan dan membaca potongan ayat…la ayatin li qawmin yatafakkarun…al-Qur’an itu memberikan tanda-tanda, fenomena yang terlihat yang belum terlihat oleh manusia. Wa Allah a'lam.

al-Qur'an: Sumber Inspirasi Riset

Dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang memberi petunjuk agar meneliti tetumbuhan, flora dan fauna yang ada di sekeliling kita. al-Qur’an biasa menyebut tumbuhan dan hewan tertentu seperti pohon Tin dan buah Zaitun dalam QS. al-Tin, ayat 1: wa al-Tin wa al-Zaitun, Demi pohon Tin dan Zaitun. Ternyata pohon Zaitun, buah dan minyaknya sangat bermanfaat bagi kesehatan kita. Dahan-dahan pohon Zaitun juga sangat baik untuk bahan siwak ( Cal Orey, Khasiat Minyak Zaitun resep Umur Panjang ala Mediterania, 2007). Al-Qur’an menganjurkan manusia agar mengkonsumsi ikan-ikan segar (QS. al-Nahl (16): 14. Al-Qur’an menganjurkan kita agar mentradisikan mengkonsumsi madu karena di dalamnya mengandung obat yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia--tentu selain yang mengidap penyakit diabetes/kencing manis (QS. al-Nahl (16): ayat 69. Demikian seterusnya (Prof. Dr. Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Induk Mukjizat Ilmiah Hadis Nabi ( al-I’jaz al-‘Ilmi fi al-Sunnah al-Nabawiyyah), 2007. Al-Qur’an juga menyebutkan sapi/lembu betina/ al-baqarah dalam QS. al-Baqarah, unta (QS. al-An’am, ayat: 144; QS. al-Ghasyiah (88): 17; semut (QS. al-Naml/ surah semut); kuda perang (QS. al-‘Adiyat); cacing (QS. al-Naml (27): 82; anjing (QS. al-Kahfi (18): 18 dan 22); laba-laba (QS. al-‘Ankabut); domba (QS. al-An’am (6): 143; burung Hud-Hud Nabi Sulaiman (QS. al-Naml (27): 20; gajah (Qs. al-Fil); roti (QS. Yusuf (12): 36; kacang adas, bawang putih dan merah (QS. al-Baqarah (2): 61; jahe sebagai campuran minuman penghuni surga (QS. al-Insan (76): 17; buah delima dan anggur (Qs. al-An’am (6): 99, 141; dll. Tetumbuhan dan binatang yang disebutkan itu tentulah memberi manfaat bagi kehidupan manusia. Wa Allah a'lam.

Maulid Nabi

Maulid Nabi Muhammad Shalla Allah 'alaih wa sallama merupakan ritual tahunan yang selalu diperingati oleh umat Islam se-dunia. Peringatan maulid dilaksanakan di istana, di masjid, surau, di langgar, atau pun kantor-kantor pemerintah. Dr Nico Kaptein salah seorang peneliti Belanda yang memiliki konsern penelitian tenang sejarah perayaan maulid Nabi Muhammad shalla Allah 'alaih wa sallama. Konon, Maulid Nabi diperingati untuk membangkitkan semangat juang para pemuda Islam yang kala itu memiliki semangat juang yang lemah. Ketika masa kejayaan Islam, anak-anak muda Islam tidak lagi memiliki ghirah keagamaan sebagaimana yang dipraktekkan para sahabat dan salaf al-shalih. Memang orang yang kekenyangan sulit untuk diajak berjuang. Sebab, yang meiliki daya juang biasanya bagi orang-orang yang hidup menderita dan lapar. Orang yang hidup dalam kecukupan dan kemapanan pastilah sulit diajak untuk berjuang. Ajaran yang terpenting dalam maulid adalah menghayati sirah al-nabawiyah--sejarah hidup Nabi Muhammad shalla Allah 'alaih wa sallama. Para orientalis sangat "ketakutan" kalau anak muda Islam mempelajari pola hidup dan sejarah Nabi Muhammad shalla Allah 'alaih wa sallama. Mulai dari cara hidup Nabi dalam kehidupan keseharian, dalam mempergauli keluarganya, sahabat-sahabatnya, musuh-musuhnya, teman dan relasi bisnisnya, bagaimana Nabi memimpin masyarakat, dan umatnya. Bagaimana Nabi mendidik sahabatnya termasuk masyarakat badui yang lugu, dan sedikit kasar. Sebagai contoh, pada suatu ketika ada orang badui yang kencing di sudut masjid--Madinah. kala itu Nabi sedang memimpin majlis taklim. Para sahabat tentu sangat marah melihat kelakuan si badui. Bahkan diceritakan ada sahabat sampai memegang kerah baju si Badui, dan mencegahnya untuk melanjutkan buang air kecil di sudut masjid. Tapi Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama mencegahnya. Lanjutkan, seru Nabi. Setelah si badui menyelesaikan hajatnya, Nabi memanggilnya dengan lembut, seraya berkata: Masjid ini, tidak dibangun untuk tempat kencing. Tapi masjid ini dibangun untuk tempat shalat dan berzikir kepada Allah. Betapa lembutnya Nabi dalam menegur seseorang. Semoga kita dapat meneladani kelembutan Nabi Shalla Allah 'alaih wa sallama. Wa Allah a'lam.

Ijazah

Akhir-akhir ini saya sering mendapatkan tamu atau telpon atau sms tentang perifikasi keaslian ijazah. Hal ini terkait dengan beberapa caleg (calon legislatif) yang memiliki ijazah yang ditengari "aspal" (asli tapi palsu). Bahkan ada petugas khusus dari KPU atau dari partai tertentu yang datang langsung ke kantor untuk meminta perifikasi keotentikan ijazah calon legislatif tertentu. Sebab, salah satu tugas di kantor saya adalah tandasah ijazah. Tandasah ijazah dimaksud adalah terkait dengan ijazah alumni luar negeri yang termasuk Islamic studies. Memang, sejak dulu para ulama terutama dalam ilmu hadis dan tasawuf, tradisi pemberian ijazah sangat penting bagi seorang murid. Dalam tradisi pelimpahan wewenang dan kompetensi sangat dibutuhkan ijazah. Dari delapan jenjang penerimaan dan periwayatan hadis, metode al-ijazah salah satu bagian ada' wa tahummul al-hadis. hal yang menarik ada seorang Kyai yang juga calon Wakil Bupati, ijazahnya juga diperifikasi di kantor kami. Saya bilang kepada salah seorang pengurus KPU itu, bahwa sesugguhnya seorang Kyai tidak perlu ijazah untuk maju sebagai seorang calon wakil Bupati. Modal sebagai seorang Kyai sudah melampaui untuk calon seorang wakil Bupati. Bukankah untuk menjadi seorang Kyai jauh lebih sulit ketimbang menjadi calon eksekutif? Tamu saya itu mengangguk-ngangguk, tanda membenarkan pandangan saya. Atau ia berpikir sebaliknya, belum tentu manajemen Kyai dapat "menaklukkan" manajemen dalam birokrasi. Demikian seterusnya. Jangan-jangan kalau para Kyai itu terjun ke politik, lalu siapa yang mengurus santri dan umat ini? Kalau kita lihat dan buka lembaran sejarah, para ulama justeru menghindari jabatan strategis dalam pemerintahan. Mereka takut akan timbulnya fitnah. Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, semua menolak menerima jabatan. Imam al-Ghazali pernah masuk dalam birokrasi kampus, tapi kemudian ditinggalkanya dan lebih memilih hidup asketis. Sekarang, justeru orang berlomba-lomba untuk mencari kedudukan. Dan bahkan rela menghabiskan uang dan pengorbanan milyaran rupiah untuk biaya kampanye. Sementara gaji dan tunjangan ketika jabatan tersebut diraihnya belum tentu mampu mengembalikan pengorbanan finansialnya itu. lalu pertanyaannya kemudian, untuk apa jabatan itu dikejar? Apakah betul-betul ada keinginan untuk membangun bangsa atau sekedar untuk mencari prestise sosial saja? Atau ada maksud-maksud tersembunyi lainnya. Wa Allah a'lam.

Selasa, 26 Februari 2013

Sang Nakhoda

Sang Nakhoda: Biografi Suryadharma Ali. Itulah judul biografi pak SDA yang diluncurkan bertepatan dengan penganugerahan Doktor Honoris Causa beliau di UIN Maliki Malang, tanggal 23 Pebruari 2013. Buku ini menggambarkan sosok SDA yang sudah memiliki karier panjang di organisasi kemahasiswaan, organisasi sosial keagamaan dan kemasyarakatan, dunia politik, dan sebagai Menteri UKM dan Menteri Agama RI. SDA selagi mahasiswa pernah menjabat sebagai Ketua PB PMII. SDA ketika di DPR RI pernah dipercaya sebagai Ketua Komisi V DPR RI. SDA sekarang ini sebagai Ketua Umum PPP. SDA juga sedang menjabat sebagai Menteri Agama RI dengan sejumlah gebrakannya dalam peningkatan kualitas pelayanan haji dan umrah, peningkatan akses dan kualitas pendidikan agama, dan kehidupan yang harmonis bagi pemeluk agama di Indonesia. Buku ini menampilkan SDA sebagai sang Nakhoda. SDA dengan kesuksesan yang diraihnya itu memiliki kunci rahasia. Yakni ketulusan dan kerja keras. Dapat dibayangkan, ketika pertama kali terjun total di dunia politik dengan daerah pilihan Pemalang, Jawa tengah sedangkan beliau kelahiran Jakarta yang latar belakang Betawi. Dan ternyata beliau sukses. Ketika duduk di DPR RI, ruang kerja beliau pernah dibrondong dengan senjata dengan tembakan misterius. Ruang kerja beliau porak-poranda. Untung saja beliau tidak sedang di kantor waktu itu. Sampai sekarang, tidak ada informasi mengenai kejadian misterius ini. Semua jabatan yang telah dan sedang diembannya sebagai amanah. Beliau bukanlah pejabat yang ambisius. Hidupnya sederhana. Buku Sang Nakhoda memotret liku-liku kehidupan pribadi pak SDA. Sebagai contoh ketika untuk pertama kalinya beliau jatuh hati kepada teman kuliahnya, Wardatul Asriah. Semula pertemuan spontan di perpustakaan. Pak SDA suka dengan buku-buku yang bertemakan filsafat. Mbak Wardatul Asriah juga memiliki minat yang sama. Setelah berkonsultasi dengan senior dan sekamarnya--pak Ace Saifuddin, pak SDA memantapkan hati untuk meminang Mbak Wardatul Asriah, yang sekarang adalah Ketua Darma wanita Kementerian Agam RI. Pak SDA juga dikenal sebagai tokoh yang tenang, mimiknya teduh, dan mudah tersenyum serta terkadang melempar humor segar. Seperti ketika koleganya, K.H. Nur Iskandar dalam suatu kesempatan menyatakan bahwa pak SDA ini adalah ulama yang belum sempurna karena belum berani beristeri lebih dari satu--atau empat seperti saya--. Setelah pak SDA menyampaikan sambutan, beliau berucap: ya betul, saya ini hanya punya isteri satu, tapi terasa empat. Kontan saja kelakar beliau disambut tawa oleh para hadirin. Saya memiliki pengalaman pribadi dengan pak SDA. Suatu ketika saya mengikuti wawancara beliau dengan Tim UIN Maliki Malang dalam rangka penulisan biografi beliau. Ada hal yang menghentak ketika beliau memaparkan pikiran dan pemahamannya kepada ayat-ayat suci al-Qur'an. yang saya ingat adalah pemahaman mengenai ayat al-Kursi.Ayat tersebut sesungguhnya mengandung hikmah dan kandungan yang sangat dalam, tapi belum dipahami secara maksimal. Ayat al-kursi, umpamanya (QS. al-Baqarah (2): 255. 255. Allah! Tiada Tuhan selain ia, Yang Hidup, Yang Berdiri Sendiri. Tiada pernah mengantuk, dan tiada ia pernah tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan apa yang di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa'at di hadapan-Nya, kecuali dengan izin-Nya? Ia mengetahui apa yang di depan mereka, dan apa di belakang mereka, sedang mereka tiada tahu apa-apa tentang ilmu-Nya, kecuali apa yang Ia kehendaki. Singgasana-Nya meliputi langit dan bumi. Dan tiada Ia merasa letih memelihara keduanya, karena Ialah Yang Maha Tinggi, Yang Maha Besar. Selama ini, ayat Kursi dibaca untuk mengusir setan. Atau dibaca sebagai amalan dengan maksud untuk mendapatkan kedigjayaan, kesaktian. Atau berfungsi sebagai wirid harian agar yang membacanya mendapatkan jabatan tertentu. Padahal, ayat kursi memuat kandungan nilai tauhid yang sangat luar biasa dan sangat rasional. Bahwa Tuhan tidak ngantuk dan tidak tidur: ….La sinat-un wa la naum….Itu menjadi pembeda yang sangat jelas dengan makhluk-Nya yang mengantuk dan tidur. Lalu, apa akibatnya: …Dia (Tuhan) tidak mengantuk dan tidak tidur? Dia selalu sadar. Dia selalu waspada. Maka pantaslah kalau Dia Yang Maha Kuasa. Maka pantaslah kalau Dia pemilik segala apa yang ada di petala langit dan bumi…..Lahu ma fi al-samawat wa al-ardh… Jadi, Dia yang tidak mengantuk dan tidak tidur sangat pantas dan sangat benar kalau dikatakan:…Dialah pemilik langit dan bumi. Sebaliknya, apa konsekwensinya kalau seseorang itu mengantuk dan tidur? Jangankan melindungi yang lain, orang yang mengantuk dan tidur untuk melindungi dirinya sendiri dari gigitan seekor nyamuk pun ia tidak kuasa. Maka tidak laik baginya disebut sebagai “berkuasa”. Pemahaman seperti ini dapat menggerakkan pemikiran dalam bidang tauhid. Hal ini juga dapat menambah dan mempertebal keimanan kita. Pada kesempatan itu pula, pak SDA menegaskan bahwa ayat-ayat Kauniyah harus dieksplorasi lebih jauh dan menjadi kajian utama dalam pengembangan studi Islam. Dalam Al-Qur’an ada ayat yang menjelaskan tentang atom, dan bahkan sampai pada pembahasan nuklir. Ternyata Al-Qur’an sebetulnya sudah menyebutkan itu semua. Dan kita belum melakukan eksplorasi. Ayat tentang peristiwa Isra’ dan Mikraj, misalnya. Q.S. al-Isra’ (17): 1 yang artinya: Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha ,yang telah Kami berkati sekitarnya. Untuk memperlihatkan kepadanya beberapa tanda (Kebesaran) Kami. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Yang Maha Melihat. Potongan ayat ….al-lazi baraknana haulahu…yang bermakna: keberkahan dan keselamatan. Tapi selama ini, ayat al-Isra’ yang memuat kisah perjalanan Nabi shalla Allah ‘alaih wa sallama menerima shalat lima waktu, belum dikaji secara komprehensif. Biasanya peristiwa Isra’ dan mikraj selalu saja dibumbui dengan kisah-kisah isra’iliyat yang supra-rasional, bahkan ada banyak kisah yang irrasional. Peristiwa Isra’ dan Mikraj selama ini belum menjadi sumber inspirasi untuk mengembangkan sains. Ada pandangan lain yang melihat bahwa keberangkatan Nabi shalla Allah ‘alaih wa sallama dari Masjidil Haram, Mekkah ke Masjidil Aqsha, Palestina pada sepertiga malam itu, jarak bumi tidak dihitung mil tapi tahun sinar. Sekian tahun cahaya. Bagaimana Nabi shalla Allah ‘alaih wa sallama bisa selamat dalam sebuah perjalanan dengan kecepatan seperti apa? Tidak logis? Suatu perjalanan yang melebihi ratusan tahun cahaya. Bisa dibayangkan bagaimana Nabi bisa melesat. Tentu akan terjadi gesekan udara yang benda sekeras apapun, pasti hancur. Apakah frase …al-lazi barakna haulahu…bisa dianalogikan dengan pesawat ulang-aling. Pesawat ini pun dilindungi oleh komponen yang dapat menahan panas karena terbuat dari bahan silicon. Seperti challenger, supaya tidak meledak. Prof. Achmad Baiquni menganalisis bahwa pada peristiwa Isra’ dan Mikraj, kendaraan Nabi shalla Allah ‘alaih wa sallama adalah buraq. Buraq itu sering divisualisasikan sebagai seekor kuda berkepala manusia. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemahaman bagi kalangan awam. Sesungguhnya buraq itu adalah kilatan cahaya. Kendaraan Nabi, seperti kilatan cahaya. Jadi, bukan sinar biasa. Lebih jauh frase…al-lazi barakna haulahu……bahwasanya badan Nabi shalla Allah ‘alaih wa sallama telah “disenyawakan” dengan cahaya, sehingga Nabi bisa melesat seperti kecepatan cahaya. Pemahaman seperti ini tentu sangat dalam sekali. Tetapi kalau peristiwa Isra’dan Mikraj hanya dipahami sangat normatif, maka tentu tidak banyak memberikan makna bagi kehidupan dan pengembangan sains (Prof. Achmad Baiquni: al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, 1996). Selamat dan sukses pak SDA. Semoga hidup Bapak dan keluarga selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin.

Senin, 25 Februari 2013

Islam Agama Cinta

Dr Haidar Baqir baru saja melaunching buku dengan judul: Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan (2012). Buku ini oleh Prof. Dr. KOmaruddin Hidayat dikomentari sebagai "Sebuah buku yang menyajikan kedalaman ajaran tasawuf, seklaigus sangat praktis dan relevan bagi upaya keseharian kita untuk menggapai kebahagiaan hidup". Munif Chatib--penulis bestseller: Sekolahnya Manusia dan Orangtuanya Manusia--memberi catatan buku Haidar Baqir: "Amat penting disimak orangtua, pendidik, dan siapa saja, agar memprioritaskan pendidikan akhlak yang berbasis cinta demi kebahagiaan hidup sejati sebagai bentuk kesuksesan manusia tingkat tinggi". Pada pengantar buku, penulisnya sendiri memberi catatan penting bahwa dalam perjalanan hidupnya juga ia mengalami keterasingan, dan bahkan depresi. Hidup terasa hampa dan kehilangan makna. Makanya disamping kerja keras harus selalu dibarengi dengan rasa syukur yang mendalam atas nikmat dan karunia Allah swt yang telah kita rasakan. Kesan saya, Haidar Baqir mengajak kita untuk menyelami "hidup menjadi lebih bermakna". Hidup bermakna dapat dicapai dengan perubahan paradigma. Selama ini kita biasa hanya berhenti pada "jalaliyah", mengagungkan asma' (nama, dan sifat) Allah. Allah Akbar, Allah Maha Agung. Karya-karya Allah yang kita saksikan lewat alam raya ini sungguh agung. Menurut Haidar, kita harus melanjutkannya menjadi "jamaliyah", Allah Maha Indah. Seluruh alam raya ini tercipta tanpa cacat. Lekuk-lekuk bumi, dan segala isinya semuanya memancarkan keindahan yang luar biasa. Mungkin pemikiran semacam ini yang dikembangkan oleh seniman naturalis, yang bukian hanya piawai melukis alam raya seperi apa adanya, tetapi para seniman itu juga dapat merangkai ranting-ranting kayu yang sekilar tidak berharga menjadi sebuah karya seni yang bernilai tinggi. Di mata seniman, karya dari yang Maha Pencipta semuanya terlihat "indah". Pergeseran paradigma dari jalaliyah menjadi jamaliyah sangat penting artinya untuk menggapai kebermaknaan hidup. Orang yang sedang marah, apabila dinikmati juga terasa indah. Coba kemarahan seseroang direkam baru ditonton bareng-bareng, mungkin menjadi tontonan yang indah. Ternyata dibalik kemarahan seseorang, dari matanya yang melotot, mulutnya yang ngerocos sambil menyemburkan kata-kata yang tak terkontrol, mukanya yang merah, telunjuknya yang menunjuk-nunjuk, mungkin seluruh urat dan otot-ototnya tegang. sebuah tontonan yang menarik kan? Kalau kebetulan berhadapan dengan orang yang sedang kalap, maka anggap saja itu adalah tontonan yang menarik. Sungguh indah paradigma jamaliyah ini. Pada halaman pertama Haidar Baqir secara mengejutkan mengutip pandangan Syekh Yusuf al-Makassary: Agama adalah mengenal Allah (ma'rifatullah). Mengenal Allah adalah berlaku dengan akhlak (yang baik). Akhlak (yang baik) adalah menghubungkan tali kasih sayang (silaturahim). Dan silaturahim adalah memasukkan rasa bahagia di hati sesama kita. Memang dalam satu kesempatan saya mendengarkan ceramah ilmiyah Dr. Haidar Baqir yang sedang mengusulkan bahwa dalam pengajaran mata kuliah filsafat Islam hendaklah dimasukkan khazanah intelektual muslim Indonesia. Seperti Abddurauf Singkel, Nuruddin Ar-Raniry, Ronggo Warsito, Syekh Yusuf al-Makassary,. dll. Memang selama ini kelihatannya kita sangat bangga kalau mengutip para filosof Yunani, seperti Plato, Sokrates, dan Aristoteles. Padahal pemikiran mereka ini sudah sangat kuno, dan mungkin juga sudah tidak relevan dengan zaman. Padahal, kita memiliki tokoh dan filosof yang memiliki pemikiran yang otentik dan sangat bermanfaat dengan kehidupan intelektual kita. Sebaiknya, mengubah paradigma ini. kita harus berbangga dengan milik kita. Kita harus bangga menjadi "guru", dan bukan lagi sekedar menjadi "murid", kata Prof. Imam Suprayogo, rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Ada banyak hal yang dibahas Haidar Baqir. Antara lain: (a) memberi kebahagiaan, berarti mendapat kebahagiaan. Apa itu kebahagiaan. Bagaimana meraih kebahagiaan? Kebahagiaan adalah persoalan makna; (b) Hidup adalah perjalanan cinta. Kehidupan manusia adalah perjalanan cinta. Allah Mahacinta. Segala hal sebagai tanda cinta. Muhammad Nabi Cinta. Cinta lelaki-perempuan. Menjadikan kerja sebagai Passion (cinta). Melawan obsesi kepada harta. Hidup berorientasi sedkah. Dst. Bagi sufi, tidak ada bedanya antara nikmat, kebahagiaan dan penderitaan. Semuanya wujud cinta ilahy. Antara sa'adah dan syaqawah sama saja. Tidak ada syaqawah, penderitaan, atau "sengsara" bagi sufi. Bagi orang awam, kalau lagi sehat dan hidup berkecukupan biasanya bersyukur. Sebaliknya, kalau lagi sakit dan hidup miskin dianjurkan bersabar. al-Ghaniy al-syakur, wa alfaqir al-shabur, kata sabda Nabi Muhammad shalla Allah 'alaih wa sallama. Sesungguhnya, kalau lagi sakit, sangat boleh jadi Allah Swt menarik sebagian nikmatnya kepada hamba-Nya agar mereka kembali mengingat Allah Swt. Justeru dengan musibah itu, Allah Swt menolong hamba-hamba-Nya itu. Sebab, dengan kenikmatan yang diberikan-Nya itu, seorang hamba terkadang lupa akan Allah Swt. Buku Haidar Baqir ini memang asyik untuk disimak dan ditelaah. Sebelum memulai bab, Haidar mencantumkan kisah-kisah pendek inspiratif. Seperti pada bab Hidup berorientasi dan terobsesi kepada harta dengan mengutip kisah sufi Ibrahim ibn al-A'dzam. Suatu waktu, Ibrahim--yang dulunya seorang khalifah dan memilih hidup asketis-- bertemu dengan seseorang yang ingin memberinya sedikit uang. Ibrahim al-A'dzam berkata: Jika engkau kaya, maka akau akan menerima pemberianmu, tetapi aku tidak akan menerimanya jika ternyata engkau miskin. Lelaki itu mencoba meyakinkan Ibrahim bahwa ia berasal dari kalangan orang kaya. Berapa banyak uang yang engkau punya, sergah Ibrahim. Aku punya 5.000 keping emas, jawab si kaya. Apakah kau ingin memiliki 10.000 keping emas? Tentu, jawab si kaya. Apakah kau akan lebih senang kalau punya uang 20.000 keping emas? Ya, tentu lebih baik, jawab si kaya. Kalau begitu, kau bukanlah orang kaya. Sebab, kau lebih mmebutuhkan uang itu daripada aku. Aku sudah merasa puas dengan apa pun pemberian-Nya. Tidak mungkin aku menerima pemberian apa pun dari orang yang selalu mengharapkan lebih banyak (h. 183-4). Memang, manusia terkadang sangat serakah. Bahkan terkadang mengorbankan kebahagiaan demi mengejar uang. Uang memang penting, tetapi bukanlah yang utama. Jangan sampai kita mengorbankan keluarga, merusak silaturahim dengan teman, sahabat dan tetangga hanya karena mengejar uang. Pada bagian lain, Haidar menuis bab Hidup berorientasi sedekah. Oprah Winfrey mengumpulkan 100 orang kaya untuk melakukan percobaan sosial. Keseratus orang tersebut diminta untuk menabung uang yang selama ini dipakai untuk rekreasi. Tabungan tersebut dikumpulkan kemudian diberikan kepada orang yang membutuhkan. Beberapa bulan kemudian, 100 orang tersebut dikumpulkan lagi dan ditanya, apakah sesuatu yang berubah dalam hidupnya? hasilnya mengejutkan, mereka lebih bahagia setelah berbagi dengan orang lain. Wa Allah a'lam.

Makrifat Cinta

Saya baru saja membaca buku karya Candra Malik--sufi dan budayawan-- dengan judul: Makrifat Cinta (2012). Buku ini diberi kata pengantar oleh dua orang pakar, Prof. Dr. Damardjati Supadjar dan Dr. Haidar Baqir. Oleh Goenawan Mohamad diberi catatan: "Menngembirkan bahwa karya Candra Malik ini terbit. Ini merupakan buku pertama bahasa Indonesia dalam percakapan Sufi untuk pembaca yang lebih luas". Ulil Abshar Abdala menulis: "Inilah otobiografi "spiritual" yang menghidupkan corak keberagamaaan berdasarkan dua kata kunci: makrifat dan cinta. Ia memulainya dengan Syahadat cinta, sebuah interpretasi misitis". Prof. Ahmad Syafi'i Ma'arif menulis pujian untuk buku ini:" Doktrin sufisme bukan saja untuk mengungkap kebenaran, tetapi sekaligus untuk meraih kebahagiaan. Karya Bung Candra Malik ini semoga memperkaya wawasan spiritual dalam mendekati "Yang Ada" sebagai sebuah keharusan metafisika". Romo Moedji Soetrisno menulis pujiannya juga: " Candra Malik menulis oase religiusitas untuk mencintai, merawat, dan memuliakan kehidupan. Sangat bermanfaat untuk zaman yang kering makna hidup seperti sekarang". Sujiwo Tejo, budayawan juga menulis: " Buku Gus Candra Malik ini sebaiknya dibaca oleh orang yang sedang dilanda Cinta. sedang mengalami. Bukan sekedar sedang membayangkan apalagi cuma sedang berpikir-pikir tentang cinta". Buku ini ditulis oleh orang yang mengaku dirinya sebagai seorang sufi. Bukankah ada pameo yang mengatakan bahwa la ya'rifu al-shufi illa al-shufi. Seseorang tidak mengetahui kadar kesufian seseorang kecuali yang bersangkutan itu adalah seorang sufi juga. Penulis buku yang kata pengantarnya oleh Dr Haidar Baqir ini adalah mantan wartawan beberapa koran. Yang bersangkutan juga sudah hampir dua puluh tahun menjalani tirakat dan berguru kepada beberapa orang yang ditengarai sudah mencapai derajat waliyullah. Penulis buku itu mengakui bahwa apa yang ditulisnya adalah ilmu ladunni. Ilmu hikmah yang bersumber dari Allah Swt. Kalaupun dalam bukunya itu dikutip ayat-ayat al-Qur'an dan hadis itu hanyalah semacam konfirmasi saja dari kemakrifatan yang ditemukannya. Penulisnya mengakui juga bahwa inilah karya pertamanya di bidang tasawuf. Penulisnya juga biasa tampil di acara TV-sahur dengan budayawan Prie GS dari Semarang. Saya lalu bertanya-tanya, apa ia seseorang itu layak diberi gelar sufi. Atau apa sih sufi yang dia maksudkan itu? Apakah sufi dapat dilabeli kepada seseorang yang sudah menjalani puluhan tahun hidup "membersihkan diri", tazkiyat al-nafs. Apa toh sesungguhnya ukuran sufi itu.

Kamis, 21 Februari 2013

Nomad

Nomad adalah cara hidup yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lebih baru. Biasanya kalau kita belajar suku-suku primitif, pola hidup nomad dibahas. Kalau pada zaman Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama, nomad ini biasanya sangat dekat dengan kehidupan orang-orang Badui. Mereka biasanya hidup berpindah-pindah untuk menyelamatkan ternak gembalanya. Hidup berpindah-pindah ada nikmatnya. yang jelas pasti banyak pengalaman, banyak kenalan, dan mungkin bagi anak muda banyak pacar. Hidup bervariasi dan kaya. Bahwa setiap pengalaman harus dimasukkan dalam kehidupan untuk memperkaya kehidupan itu. Demikian kata Prof. Annemarie Schimmel, pakar tasawuf kelahiran Jerman. Marcopolo yang menulis buku The Travel of Marcopolo karena konsekwensi dari petualangan yang dilakukannya sejak dia berumur 17 tahun. Ibnu Bathuthah juga demikian sampai menulis Kitab al-Rihlah. Saya teringat pesan guru saya Prof. Qodri Azizy (almarhum) bahwa salah satu ciri sukses seseorang adalah ketika yang bersangkutan sering berpindah kerja. Comfort zona itu sesungguhnya tidak menantang dan membuat seseorang tidak bergerak, dan kurang dinamis. Kalau ada orang yang sudah lebih lima tahun berada pada jabatan tertentu, sebaiknya ia segera berpikir untuk pindah tempat. Agar ia dapat mencari pengalaman baru dan suasana baru. Benarlah petuah ulama kita bahwa al-harakah barakah, gerak itu pasti mendatangkan keberkahan hidup. Semakin sering kita bergerak semakin mendatangkan keberkahan dalam hidup kita. Wa Allah a'lam.

Rabu, 20 Februari 2013

Terjemah Al.Qur'an lagi

Menerjemah sesungguhnya juga menafsir. Terjemah tidak hanya sekedar kegiatan pengalihan bahasa. Tapi dalam proses menerjemah juga sudah ada interpretasi. Mulai pada pilihan kata yang tepat sampai penetapan katanya. Semua sudah berkaitkelindan dengan upaya menafsir. Terjemah memiliki genre keilmuan tersendiri. Ada ilmu tarjamah. Ada juga ahli terjemah di bawah sumpah. Demikian seterusnya.

Senin, 18 Februari 2013

Terjemah al-Qur'an

Terjemah al-Qur'an versi Departemen Agama RI sudah lama menjadi terjemahan al-Qur'an yang baku dan laku di masyarakat. Belakangan, al-Qur'an terjemahan versi Depag sudah terasa ada yang janggal. Muncullah H.B Jassin, sang sastrawan dengan karyanya: al-Qur'an al-Karim: Bacaan Mulia (1978, 1991). Meskipun terjemahan Jassin ini menyulut kontroversi di kalangan ulama al-Qur'an. Jassin dianggap tidak memiliki latar belakang pengetahuan bahasa Arab yang memadai. Jassin bukanlah seorang ulama. Lagi pula terjemahan Jassin dikerjakan di berbagai tempat, termasuk ketika beliau melakukan perjalanan ke Erofah, Belanda. Jassin terkadang menulis terjemahan ketika beliau berada di hotel, di tempat keramaian lainnya. Dan sangat boleh jadi, ketika beliau sedang masuk di bioskop. Demikian seterusnya. Terjemahan H.B Jassin, meskipun banyak kritik, tapi terasa cita-rasa bahasa Indonesia yang pas. H.B. Jassin dalam kata pengantarnya menjelaskan bahwa karya terjemahannya itu sebagai manifestasi cintanya kepada al-Qur'an. Dan dalam proses penerjemahannya itu, beliau memakai literatur yang diakui dan terpercaya seperti terjemahan Marmaduke Pickthall: The Glorious Kor'an. Belakangan Pickthall memeluk Islam. Karya Pickthall ini termasuk karya monumental untuk terjemahan al-Qur'an ke dalam Bahasa Inggeris. Maksud saya, tentu lebih baik lagi jika disempurnakan dengan karya Abdullah Yusuf Ali: The Holy al-Qur'an. Prof. Buya Hamka, penafsir al-Qur'an: Tafsir al-Azhar memuji karya H.B Jassin ini. Oleh Buya, Jassin menulis terjemahnya ini sebagai manifestasi kecintaan beliau terhadap al-Qur'an. Setiap hari saya tidak pernah melewatkannya kecuali membaca satu atau dua ayat al-Qur'an. Saya renungkan ayat demi ayat! Demikian pengakuan Jassin kepada Buya Hamka ketika berada satu mobil dengan beliau sewaktu Buya bertindak sebagai saksi ahli dalam pengadilan Negeri Jakarta membela Jassin. Jassin kala itu digempur oleh kalangan tertentu karena Jassin telah menulis novel dengan judul: Langit Makin Mendung dengan nama samaran Ki Pandjikusmin. Buya hamka membela beliau dengan pandangan bahwa Jassin bersalah dengan novelnya itu, tapi dia melakukannya karena kurang memahami ajaran agamanya. Dalam perjalanan pulang itulah Jassin menceritakan kepada Buya bahwa akhir-akhir ini dia lagi fokus untuk menyelesaikan terjemahan al-Qur'an dengan gaya bahasa sastra. Tentu ini tidak lazim di Indonesia. Ada banyak kritik dan keberatan yang diajukan kepada Jassin dengan karyanya ini. Jassin bukanlah seorang ulama. al-Qur'an bukanlah karya sastra. Nabi Muhammad pun bukanlah seorang penyair. Buya Hamka membela Jassin sebagaimana dituangkannya dalam Kata Pengantar kaya Jassin ini. Memang Jassin bukanlah sorang ulama. tapi sayang, tidak banyak ulama kita yang juga seorang sastrawan seperti yang tersimpul pada diri Imam Syafi'i r.a. al-Qur'an memang bukanlah karya sastra. Tetapi al-Qur'an diturunkan pada masyarakat Arab yang sedang "terpesona" dengan karya sastra. Sastra itu bersumber dari perasaan halus manusia. al-Qur'an itu bersumber dari wahyu Allah Swt yang diantar oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Shalla Allah 'alaih wa sallama. Orang Arab lebih terpesona lagi dengan bahasa al-Qur'an yang "melampaui" sastra Arab. Demikian pembelaan Buya terhadap karya Jassin. Sebagai contoh: Ihdina al-shirath al-mustaqim, yang oleh Terjemah Depag RI diartikan: "jalan yang lurus". H.B. Jassin menerjemahkannya sebagai "jalan yang lurus lempang". terjemahan Jassin saya kira lebih tepat. Berikut ini saya mengutip QS. al-Baqarah (2):255, terjemah ayat al-Kursi versi H.B. Jassin: 255. Allah! Tiada Tuhan selain ia, Yang Hidup, Yang Berdiri Sendiri. Tiada pernah mengantuk, dan tiada ia pernah tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan apa yang di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa'at di hadapan-Nya, kecuali dengan izin-Nya? Ia mengetahui apa yang di depan mereka, dan apa di belakang mereka, sedang mereka tiada tahu apa-apa tentang ilmu-Nya, kecuali apa yang Ia kehendaki. Singgasana-Nya meliputi langit dan bumi. Dan tiada Ia merasa letih memelihara keduanya, karena Ialah Yang Maha Tinggi, Yang Maha Besar. Tentang karakter Ulu al-Albab dalam al-Qur’an Surah Ali ‘Imran (2): ayat 190-191; 190. Sungguh, dalam penciptaan langit dan bumi, dan dalam pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (Kekuasaan Tuhan) bagi orang yang menggunakan pikiran. 191. (yaitu) orang yang berzikir memuji Allah sambil berdiri, duduk dan (berbaring) di sisinya, dan berpikir tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Tuhan kami, tiada sia-sia Kau menciptakan ini semua! Maha Suci Engkau, Lindungilah kami dari azab api (neraka). Tentang keutamaan orang-orang yang berilmu, sesuai firman Allah Swt QS. al-Mujadilah: ayat 11: 11. Hai orang-orang beriman! “Bila dikatakan kepadamu, Berilah ruang dalam majelis”, Maka berilah ruang, Dan Allah akan memberimu ruang. Dan bila dikatakan kepadamu, “Pergilah!” Maka keluarlah kamu. Niscaya Allah akan menaikkan derajat orang yang beriman dan yang diberi pengetahuan di antara kamu. Dan Allah tahu benar apa yang kamu lakukan. Tentang proses penciptaan manusia, sebagai contoh QS. al-Mukminun: ayat 12-14; 12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah. 13. Kemudian Kami jadikan ia mani, yang disimpan dalam wadah yang kokoh aman (rahim). 14. Kemudian mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dari segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, Kemudian Kami bungkus tulang itu dengan daging. Kemudian Kami bentuk ia jadi makhluk lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Ayat tentang peristiwa Isra’ dan Mikraj, misalnya dalam Q.S. al-Isra’ (17): 1 yang artinya: Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha ,yang telah Kami berkati sekitarnya. Untuk memperlihatkan kepadanya beberapa tanda (Kebesaran) Kami. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Yang Maha Melihat. Terjemah ayat tentang al-hikmah, Q.S. al-Baqarah (2): 269 yang terjemahnya sebagai berikut: Ia memberi hikmah kepada siapa yang Ia berkenan. Dan barang siapa diberi-Nya hikmah, Kepadanya telah diberikan kebaikan melimpah. Namun tiada yang mengambil peringatan, kecuali orang yang punya pikiran (Ulu al-Albab) . Kalau kita bandingkan Al-Qur'an dan terjemahnya versi Departemen Agama RI meskipun sudah banyak membantu, tentu terasa bedanya. Terjemahan H.B Jassin masih sangat kental cita-rasa bahasa Indonesianya. Sedang terjemah Depag biasa terasa kaku. Menurut kawan saya, Dr. Muta'ali--seorang dosen Universitas Indonesia, Jakarta bahwa dalam hal terjemahan ayat-ayat al-Qur'an dan hadis Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama perlu ada revisi. Penelitian awal kawan saya ini terdapat kesalahan terjemahan ayat-ayat qaatala-yuqaatilu yang diterjemahkan dengan: "membunuh". Dari 166 kali kata ini berulang dalam al-Qur'an, penerjemahan secara keliru sebanyak 52 kali. Kata qaatala diterjemahkan membunuh atau bunuhlah dapat menyesatkan pembacanya. Padahal Qaatala itu bisa bermakna "berperang atau perangilah". Perbedaan membunuh dan berperang sangatlah jelas. Berperang itu harus ada syarat-syaratnya, dan dikomandoi oleh pemerintah yang sah. Sedang membunuh biasanya peristiwa kriminal dan sifatnya personal. Ada lagi hadis Nabi yang berbunyi: Buniya al-Islam 'ala saif-in" diterjemahkan secara serampangan menjadi: Islam ini ditegakkan dengan pedang. Padahal menurut budaya Arab: 'ala saif-in" mengangkat pedang dalam peperangan berarti: tanda untuk berdamai. kalau penelitian Dr Muta'ali ini dilanjutkan tentu akan menjadi kontribusi besar bagi pengembangan keilmuan dan pemahaman teks-teks suci menjadi lebih baik. Wa Allah a'lam.

Minggu, 17 Februari 2013

Budi Dharma

Prof Budi Dharma adalah seorang sastrawan yang juga mantan rektor IKIP Surabaya, sekarang Universitas Negeri Surabaya. Budi Dharma dikenal dengan sejumlah karyanya, baik dalam bentuk buku, novel, maupun karya terjemahan.Karya-karyanya antara lain: (1)Pengantar Teori Sastra (Buku;2005); (2) dalam bentuk novel: Olenka (1983); Rafilus (1988); Ny.Talis (1995); (3) dalam bentuk cerpen; Derabat (1977); Kecap Nomor Satu di Sekeliling Bayi (1969); Ranjang (1970); Nancy Krie (1970); Tanah Minta Digarap (1970); Mangut-Mangut Semacam Ini Biasakah (1970); Mbah Jambe (1970); Pistol (1970); Bulan (1973); Kitri (1970); Pengantin (1971); Sebelum Esok Tiba (1971); Gadis (1971); Anak (1972); Alang Kepalang (1976); Gauhati (1984); Madelun (1993); Mata yang Indah (2001); Kisah Pilot Bejo (2007); Bluke Kecil (2009); Pohon Jejawi (2010); Laki-laki Pemanggul Goni (2012); (4) Cerpen Anthology, seperti: Orang-orang Bloomington (1980); Kritikus Adinan (2002); Fofo & Senggring (2005); Orez; Laki-laki Lain dalam Sepucuk Surat: pilihan cerita (2008). Dalam bentuk essai, sebagai berikut: • Sebuah Solilokui mengenai Goenawan Mohamad (1977) • Pengaruh Zionisme atas Sastra Dunia (1978) • Sastra Amerika Masa Kini (1979) • Beberapa Gejala dalam Penulisan Prosa (1983) • Keindahan: Pandangan Romantik (1983) • Novel Indonesia adalah Dunia Melodrama (1983) • Persoalan Proses Kreatif (1983) • Kemampuan Mengebor Sukma (1984) • Perihal Kritik Sastra (1984) • Kritikus Nirdawat: Seorang Kritikus Sastra (1985) • Pengalaman Pribadi dengan Nugraho Notosusastro (1985) • Perkembangan Puisi Indonesia (1985) • Manusia Indonesia Berbicara (1987) • Kritik Sastra dan Karya Sastra (1987) • Romantika Sastra, Kita (1988) • Tanggung Jawab Pengarang (1988) • Konstalasi Sastra : Homo Comparatikus (1989) • Melihat Citra Bangsa melalui Novel (1990) • Sastra Indonesia Mutakhir (1990) • Stagnasi Kritik Sastra (1990) • Kisah Sebuah Odise (1991) • Sastra dan Kebudayaan (1992) • Novel dan Jati Diri (1993) • Manusia Konotasi dan Manusia Denotasi (1997) • Mempersoalkan Cerita Pendek (1999) • Dalang Wayang Kulit (2000) • Pendidikan Seni Pertunjukan (2000) • Suratman Markasan : Sastra Melayu Singapura (2000) • Fiksi dan Biografi (2001) • Ironi si Kembar Siam : Tentang Posmo dan Kajian Budaya (2001) • Manusia sebagai Makhluk Budaya (2001) • Sastra dan Kebangsaan (2001) • Sastra dan Pluralisme (2001) • Visi Pengembangan Kebudayaan (2001) • Memperhitungkan Masa Lampau (2004) Dalam bentuk essai Anthology, yakni: Solilokui (1983); Sejumlah Esai Sastra (1984); Harmonium (1995); Moral dalam Sastra (1981). Dan dalam bentuk karya terjemahan , yaitu: The Legacy (1996). Kalimat_kalimat Prof Budi sangat menghentak. Dan ciri novel Prof Budi adalah dalam perspektif korban. Seperti kalau beliau menceritakan sebuah pesta. Di balik kemeriahan psta tersebut ada saja pihak yang korban. Yaknitukang cuci piring, cleanig service, dan orang-orang yang mengurus tetek-bengek pesta tersebut. Mereka inilah yang paling berjasa dalam pesta itu. tapi mereka ini juga yang sering terabaikan. Mereka adalah "korban" pesta yang meriah tadi. Prof Budi pertama kali saya kenal ketika penganugerahan tokoh-tokoh berpengaruh di Indonesia. Acara tersebut diselenggarakan di hotel Sahid, Jakarta. Penganugerahan tersebut dikomandoi oleh Pak Jaya Suprana. Ada banyak tokoh yang mendapatkan penghargaan, diantaranya yang saya ingat ialah Bu Musda Mulia, Pak Ali Sadikin, mantan Gubernur DKI, ada juga bupati dari Bali, suami isteri karena kepeduliannya kepada pendidikan gratis. Prof Budi identik dengan sastra dan kritik sastra di Indonesia. Meskipun beliau telah menulis karanya yang tidak sedikit, tapi tetap saja berkomentar bahw amasih sedikit yang beliau perbuat untuk kemajuan tulis-menulis itu. Menulis itu sulit kata beliau, suatu ketika. Sebab dengan menulis, seseorang harus memiliki kecakapan dalam menggunakan bahasa yang bagus, logika yang sistematis dan runtut. Dan yang bersangkutan harus bisa meyakinkan pembacanya bahwa apa yang digagasnya masuk akal. kalau tidak, maka tulisannya akan masuk dalam kategori "sampah". Tentu saja pikiran Prof Budi, berbeda dengan orang seperti Hernowo yang memotivasi kalangan muda bahwa menulis itu "gampang", dan tidak perlu terlalu terikat oleh teori-teori yang sulit dan "mengekang". Tulis saja apa yang sedang menggelayut dalam pikiran anda. Pasti anda bisa menulis. Wa Allah a'lam.

Sabtu, 16 Februari 2013

Tua

Tua adalah sunnatullah. Tua adalah sesuatu yang alami. Tua itu normal. sekarang ini ada kegalauan manusia modern untuk mencegah penuaan dini. Tua terlalu cepat adalah sesuatu yang dihindari. Sekarang sudah banyak klinik yang menawarkan paket anti aging, anti tua. ada juga klinik akupuntur. Suntik hormon, dll. Dr Deby Vinski salah satu dokter yang mumpuni ahli anti aging. Alumni prancis ini sedwng gencar-gencarnya mempromosikan anti aging lewat media cetak dan internet. Ada juga testimoni orang-orang yang telah merasakan manfaat anti aging ini. Cici Paramida salah satunya. Terlepas dari semua itu, tua atau menua adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh siapa pun. Suatu waktu Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama berkelakar dengan janda tua. Bahwa di akhirat kelak tidak ada penghuni surga di kalangan tua. Sijanda tua pun sedih mendengarkan kelakar Nabi shalla Allah alaih wa salama. Ketika Nabi mengetahui kegalauan hati sang janda, beliau menjelaskan bahwa semua penghuni surga akan dimudakan di akhirat. Pahamlah si janda tua bahwa Nabi sedang berkelakar.

Respek

Ketika saya berkunjung ke Shana'a, Yaman, saya sempat bercakap-cakap dengan sejumlah mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Yaman. Ada yang dari Shana'a sendiri, ibu kota Yaman. Ada juga yang sedang studi di Hudaidah, Zabid. Ada yang sedang belajar di Darul Hadith, Ma'bar, pimpinan Syekh al-Imam Aby al-Nashr. Saya mengajukan pertanyaan mendasar kepada mereka: ...selain bahasa Arab dan budaya Arab, apa daya tarik yang membuat anda betah studi di sini? Mereka bercerita bahwa para masyayikh, dan ustaz mereka memiliki kepedulian kepada para santrinya. Setiap santri selesai dan menamatkan satu kitab tertentu, maka diadakan slametan, kenduri untuk memperingatinya. Kenduri itu dilaksanakan dengan sangat sederhana. Ada yang hanya menyiapkan kue-kue tradisional ala kadarnya. Syeknya mendo'akan para santrinya agar mereka mendapatkan keberkahan atas ilmu yang telah dipelajarinya. Demikian seterusnya. Saya membaca biografi singkat dan sepak-terjang Syekh Yahya al-Hajoury, pimpinan Darul Hadith, Dammaj, Sha'dah. Beliau terkadang mengajar sampai 30 kelas dalam sehari. Kalau sedang sakit, terkadang minum obat, dan setelah itu beliau mengajar lagi. Bahkan begitu respeknya kepada para santrinya, kalau beliau haus, lalu di tangannya ada sebotol aqua, maka air tersebut tidak langsung diminumnya, tapi diserahkannya kepada santri yang kelihatan "ngiler" dengan aqua tersebut. Dapat dibayangkan, betapa gembira dan hormatnya seorang santri yang mendapatkan perlakuan khusus dari seorang syekh yang sangat dihormatinya di depan khalaak ramai. Respek! Respek inilah yang merupakan rahasia bertahannya ribuan anak Indonesia untuk studi di Yaman. Hal yang sama itu juga yang terjadi dengan seorang kawan dari Al-Azhar University, Kairo. Bahwa seorang guru besar, dalam hal pemberian nilai sangat "killer", tapi persoalan kemanusiaan tetap saja terpelihara antara guru dan murid. Kawan tadi bercerita, terkadang ditraktir oleh sang professor. Atau kawan tadi diberi makan di rumah sang professor, dan terkadang diberi uang saku secukupnya. Respek seperti ini sesungguhnya juga mestinya juga terjadi di kantor pemerintah atau perusahaan. Saya membaca tulisan Eileen Rachman & Sylvina Savitri dengan judul: "Respek", Kompas, 16 Pebruari 2013, h. 33. Bahwa ternyata respek memiliki dampak yang sangat luar biasa bagi peningkatan kinerja karyawan. Seorang pucuk pimpinan satu perusahaan akan sangat elok kalau menyuruh bawahannya dengan kalimat: "Can you help me?"; Bisakah Anda membantu saya? Atau sebelum mengintruksikan sesuatu, terlebih dahulu si bos menanyakan kondisi stafnya. Apakah sehat, ataukah yang bersangkutan lagi longgar dan waktunya senggang. Tentu sang staf akan dengan senang hati mengerjakan tugas tadi. Ditambah lagi dengan faslitas yang dipakai oleh sang bos tidak terlalu jauh dengan para stafnya. Seperti makan siang yang sederhana, fasilitas mobil yang tidak mencolok, mungkin juga ruangan yang biasa. Tentu hal-hal seperti ini akan semakin meningkatkan respek para karyawan yang berdampak pada peningkatan kinerja kantor atau perusahaan tertentu. Menurut pengakuan Bill Mixon, president of Universal Hospital Services menegaskan bahwa self-respect yang paling penting dilakukan terlebih dahulu. Dia mencontohkan Starbucks yang semua fasilitas sama, yakni kelas ekonomi. Siapapun yang masuk mencicipi kopi Starbucks, pasti perlakuannya sama. Tidak ada kelas eksekutif. Starbucks adalah model pelayanan yang sangat respek kepada semua pelanggan. Semua terbang dengan kelas ekonomi, tandasnya. All employees are called "partners" and the management team.

Jumat, 15 Februari 2013

Para Ratib

Arswendo Atmowiloto, menulis Kisah Para Ratib, Jakarta: Grafiti, 1996. Semula saya mengira. Arswendo akan bercerita tentang kisah para pezikir, rohaniawan atau apap pun namanya yang berbau zikir, kontemplasi. Ternyata Kisah Para Ratib itu bercerita tentang kisah nyata para nara pidana. Tentu ini terkait dengan kehidupan yang dialami, dirasakan, dan disaksikan sendiri oleh sastrawan yang nyleneh ini. Kisah tentang perampok, pencuri, pemalsu data, pemerkosa, penipu, preman, pembunuh, dll. Semua dikisahkan dengan sangat apik dan sepertinya sangt terang bago siapa saja yang membaca buku tersebut. Kisahnya hidup, gaya berceritanya asyik, plotnya jiga runtut. Asyik deh. Arswendo membuat pembaca akan membaca terus sampai kalimat terakhir buku karyanya itu. Saya betul betul terpikat, terpesona. Para ratib maksudnya adalah para nara pidana yang sedang menjalani hukuman di penjara. Ternyata para nara pidana itu juga tidak pernah lepas dari melantunkan do'a dan zikir . Mereka sesungguhnya selalu mengingat kepada Allah swt. Pendapat seperti ini tentu sangat berbeda dengan pemahaman kebanyakan kita selama ini. Selama ini penjara dipersepsikan sebagai tempat penjera. Tempat orang yang telah berbuat kriminal dididik agar dapat merasakan efek jera atas perbuatan yang telah diperbuatnya. Penjara adalah ibarat neraka dunia. Para penghuninya selalu merindukan suasana bebas. Ada yang setiap hari menempelkan badan, muka padajeruji penjara. Ada yang menempelkan badannya pada tembok penjara seakan-akan dengan perbuatannya itu dinding tembok tebal penjara bisa menipis, sehingga dia terbebas. Ada yang merindukan kehidupan keseharian yang penuh kehangatan dengan keluarga, sahabat, dan kerabat lainnya.

Kamis, 14 Februari 2013

Marah

Dalam kitab al-Muwaththa' karya Imam Malik r.a disebutkan bahwa seorang sahabat datang kepada Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama. Sahabat tersebut meminta nasehat singkat kepada Nabi. Ya Rasul Allah, beritahukanlah saya sesuatu yang sangat bermakna dalam hidup saya, tapi jangan terlalu banyak. Sedikit saja. Jawab Nabi: la taghdlab! Jangan marah. Suatu waktu, seorang kawan bertamu ke rumah saya dan beserta dengan mertuanya. Mertua sahabat saya itu termasuk sudah berumur, tapi tidak ada tanda-tanda pada dirinya mengidap penyakit "orang tua". Beliau makan tak berpantang. Lalu, saya penasaran. Dan saya tidak sabaran untuk segera mengajukan pertanyaan kepada beliau. Rupanya beliau jarang marah. Sabar itulah, dan menahan marah itu adalah rahasia sehat beliau. Beliau berprinsip, menjalani hidup apa adanya. Mengalir seperti air. Sesungguhnya, ada banyak penyakit kronis bukan karena faktor makanan atau kurang olah raga saja. Justeru sabar adalah kunci sehat. Jarang marah itulah kunci sehat beliau. Orang kalau lagi marah pasti tekanan darah tidak beraturan. Suasana emosi juga tidak terkendali. Di situlah sumber penyakit. Sangat boleh jadi, seseorang yang pengidap penyakit kronis, mungkin saja karena pengaruh suasana atau tekanan bathin yang terus menerus menderanya. Ada penyakit jantung kronis, liver, diabetes, atau gagal ginjal, mungkin penyebabnya bukan hanya secara fisik tapi juga secara non-fisik. Di situlah perlunya zikir dan do'a. Do'a, zikir dan wirid dapat mengubah "takdir". Wa Allah a'lam.

Rabu, 13 Februari 2013

Kisruh CPNS

Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi mensinyalir ada pungli pada penerimaan CPNS. Di samping itu, juga ditengarai ada sekitar 50% PNS kita yang undercompetence, di bawah kompetensi dasarnya karena tidak memiliki kecakapan yang memaddai untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. Untuk yang kedua ini, Kementerian PAN dan RB mengusulkan pentingnya pelatihan atau workshop untuk meningkatkan kompetensi pegawai. Untuk rekrutmen CPNS Prof Sofyan Jalil--mantan Rektor UGM--mensinyalir adanya praktik gratifikasi atau suap-menyuap pada rekrutmen CPNS kita. Ada sekitar 30 sampai 35 triliyun praktek sogok-menyogok dalam penerimaan CPNS dengan berbagai modusnya, seperti memasukkan tenaga honorer sampai praktik suap secra terang-terangan. Tapi hal ini sulit dibuktikan karena penyuapannya langsung dan tidak ada bukti penerimaan semacam kwitansi. Menurut Bibit Samad Riyanto, mantan pimpinan KPK ada beberapa hal yang harus segera dibenahi. Yakni: (a) Perbaikan system rekrutmen CPNS, (b) pembenahan moral masyarakat agar mereka tidak melakukan suap, (c) gaji pegawai yang cukup sesuai dengan standar upah minimum, dan (d) perlunya mekanisme control dan pengawasan dari aparatur negara. Masyarakat sangat dirugikan dengan praktik suap ini. Tetapi di sisi lain, masyarakat juga harus diluruskan agar tidak percaya atau tidak gampang tertipu dengan janji dan ulah oknum yang mengiming-imingi kelulusan CPNS. Ada lagi yang berpendapat bahwa praktik gratifikasi bukan hanya pada penerimaan CPNS tetapi juga pada mutasi dan promosi jabatan. Seseorang dimutasi pada tempat tertentu atau dipromosi pada jabatan strategis tertentu tak terlepas dari gratifikasi. Ada lagi yang agak pesimis bahwa praktik suap-menyuap ini mulai hulu sampai hilir terjadi. Dari pusat sampai ke daerah juga terjadi. Hanya saja pembuktiannya sulit untuk ditemukan dokumen pendukung. Siapkanlah penjara sebanyak-banyaknya untuk memberantas praktik gratifikasi ini. Sebab, akan banyak pihak yang terlibat. Ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya yang perlu dibenahi lebih awal adalah mindset masyarakat yang bangga menjadi PNS. Padahal, republik ini justeru membutuhkan entrepreneur yang banyak. Semakin banyak pengusaha, maka suatu bangsa semakin bisa berdiri tegak dan mandiri. Ciri bangsa maju adalah yang memiliki pengusaha yang banyak. Negara sangat terbebani dengan jumlah pegawai negeri kita. Pintar, bodoh, malas, gajinya sama saja. Demikian pameo di kalangan pegawai negeri. Hal ini sangat kontras dengan suasana di swasta atau BUMN yang sudah mapan. Gaji dan reward diterima sesuai dengan "amal perbuatannya". Semuanya ddiukur berdasarakan dengan kinerja seorang pegawai negeri. Saya menduga bahwa beban negara yang demikian berat itu salah satu faktornya karena pegawai tertentu "terlanjur" masuk di birokrasi dengan "cara-cara yang tidak biasa". Inilah buah KKN yang sudah sangat lama dipraktikkan di republik tercinta ini. Kita harus membenahi secara menyeluruh perbaikan kinerja pegawai kita. Saya tidak bisa habis pikir kalau masih ada pegawai yang sempat main game di kantor pada jam kerja. Pasti ada sesuatu yang salah pada pegawai tersebut, apakah karena kurang kerjaan, atau pimpinan yang kurang peduli sehingga urusan kecilpun dikerjakan olehnya. Anak buah tinggal "memble" di meja kerjanya. Wa Allah a'lam.

Selasa, 12 Februari 2013

Rumor

Rumor, gosip, bergunjing, ghibah dan fitnah adalah satu rumpun. Akhir-akhir ini, kalau kita membaca media massa, sudah sulit dibedakan antara rumor, gosip, gunjingan dan fitnah.Dalam al-Qur'an ada sebuah ayat yang sangat populer yang berbunyi: ...al-fitnah asyaddu min al-qatl....Fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan. Sebagian ahli tafsir menafsirkan bahwa al-fitnah di situ bukan fitnah sebagaimana dipahami orang Indonesia. Tapi fitnah dalam ayat ini adalah al-syirku (kemusyrikan). Terlepas dari perdebatan semantik di atas, memang fitnah itu bisa membunuh karier dan masa depan seseorang. Orasng tidaqk "ngapa-ngapain" dicarikan dan bahkan dibuatkan "cerita" agar yang bersangkutan tampak sebagai orang berperangai buruk. Benarlah Hujjatl Islam, Imam al-Ghazali yang sangat menekankan agar kita menjaga bahaya lisan. Lidah tak bertulang, kata anak muda. Salamat al-Insan fi hifz al-lisan, keselamatan seseorang tergantung pada kemampuan yang berangkutan memelihara lisannya. Media sekarnag ini adalah alat yang sangat efektif untuk "menghancurkan" seseorang. Bahkan ada media "pesanan". Media yang seperti ini akan memberitakan atau gencar mewartakan sesuai dengan pesanan. Membela siapa yang bayar. Sejatinya, media itu adalah alat pendewasaan bangsa. Wa Allah a'lam.

Senin, 11 Februari 2013

Eselon Bajaj

Suatu waktu, Prof. Imam Suprayogo, Rektor UIN Maliki Malang melontarkan humor kepada saya. Saya yang kebetulan Kepala Sub direktorat "diledekin" Prof Imam sebagai "eselon Bajaj". Mungkin karena Kepala Subdit itu masih eselon tiga sehingga digelarinya sebagai eselon Bajaj. Atau mungkin itu, karena eselon tiga masih terbatas kewenangannya pada subdit yang dipimpinnya. Atau karena eselon tiga belum bisa mengambil kebijakan strategis. Atau karena kewenangan eselon tiga terbatas, sehingga kendaraan bajaj itu hanya untuk transportasi dalam kota, itupun pada jarak tempuh yang sangat terbatas. Hanya pada lorong-lorong kota. Bajaj juga jalannya pelan, sehebat apapun sopirnya tetap saja lambat. Atau juga karena Bajaj adalah kendaraan kota penyumbang polusi udara nomor wahid. tentu tidak termasuk Bajaj di India yang sudah tidak memakai solar. Tapi, Prof Imam lupa bahwa eselon Bajaj itu adalah eselon tertinggi sebagai pejabat karier dalam suatu kementerian atau lembaga. Sebab, eselon di atasnya, yakni eselon dua dan eselon satu sudah masuk dalam ranah pejabat politis. Artinya, seseorang pejabat yang menduduki posisi eselon dua dan satu sewaktu-waktu dapat diganti sesuai dengan kebijakan menteri yang memimpin suatu kementerian. Sementara eselon tiga, tidak mudah diganti kecuali yang bersangkutan melanggar aturan atau melakukan tindakan amoral atau korupsi. jadi, meskipun eselon Bajaj tapi awet dan bisa tahan lama.

Abdullah Yusuf Ali

Nama Abdullah Yusuf Ali sering diperkenalkan oleh Prof. Nurcholish Madjid. Jauh sebelumnya H.O.S Cokroaminoto sudah memperkenalkan tafsirnya: The Holy Qur"an. Oleh Cak Nur, The Holy Quran terjemahan Abdullah Yusuf Ali adalah karya terjemahan kedalam bahasa Inggris yang terbaik. Abdullah Yusuf Ali lahir pada tanggal 14 April 1872 – 10 Desember 1953. Beliau adalah sarjana Muslim kelahiran India yang termahannya tke dalam bahasa Inggeris dianggap paling terkenal.His translation of the Qur'an is one of the most widely-known and used in the English-speaking world. Ali lahir di Bombay. Ali kecil hidup dalam bimbingan dan pendidikan agama yang baik. Ali juga belajar menghafal al-Qur'an sejak usia belia. Dia lancar berbahasa Arab dan Inggeris. Dia belajar sastra Inggeris di beberapa universitas di Inggeris. Terjemahan al-Qur'an karyanya berjudul: The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, ditulisnya sejak tahun 1934 dan dipublikasikan pada tahun 1938 oleh Sh. Muhammad Ashraf Publishers di Lahore,India (belakangan Lahore masuk wilayah Pakistan). Ali mempromosikan karyanya itu lewat Masjid al-Rasyid--masjid ketiga-- di Amerika Utara,di Edmonton, Alberta, Canada, pada bulan desember 1938. Akhir hidupnya beliau wafat di Inggeris dan dimakamkan di pekuburan Muslam di sana, dekat makam Marmaduke Pickthall ( salah seorang penulis terjemahan al-Qur'an dalam bahasa Inggeris yang juga karyanya banyak dikutip para pengkaji al-Qur'an--The Meaning of the Qur'an--). Kehidupan pribadi Abdullah Yusuf Ali cukup berliku. Pada awalnya beliau sangat tersohor dengan kemampuan bahasa Ingeris di India. Beliau sering mendapatkan penghargaan karena kemampuan bahasa Inggerisnya itu. Belakangan beliau mendapatkan pujaan hatinya dari keluarga kerajaan Inggeris. Pada awalnya, isteri dan puetra-puterinya itu ikut memeluk Islam sebagaimana Abdullah Yusuf Ali. Tapi pada masa tuanya, Ali memutuskan bercerai dengan isterinya karena isterinya kembali memeluk agama Kristen. Tragisnya, putera-puterinya juga ikut ibunya. Ali hidup dalam kegalauan dan pergulatan batin yang laur biasa. Untung, beliau "lari" kepada Al-Qur'an. Konon, beliau wafat sendirian karena kedinginan di Inggeris. Padahal, ketokohan dan ketenaran beliau yang demikian tersohor itu sangat kontras dengan kondisi akhir hidupnya. Hidup sendiri di kala usia senja. Wa Allah a'lam.

Hasan al-Banna

Hasan al-Banna adalah tokoh, pendiri, mursyid, serta murabbi ikhwan al-muslimin. al-Banna memiliki seorang adik yang juga sangat terkenal yakni Dr Jamal al-Banna. Hasan al-Banna adalah tokoh yang sangat inspiratif yang banyak menginspirasi aktifis muda Islam di seluruh dunia. Halaqah-halaqah di kampus, perguruan tinggi Islam dan umum banyak mendiskusikan teladan dan Tausiyah serta wirid al-Banna. Kitab wirid al-Ma'thurat, salah satu contohnya. al-Ma'thurat banyak dibaca, dikaji dan dijadikan wirid para kelompok halaqah-halaqah itu. al-Banna juga merupakan tokoh utama yang menginspirasi sepak terjang dan perjuangan Sayyid Quthub. Sayyid Quthub dan al-Banna adalah dua tokoh Ikhwan al-Muslimin. Karya kedua beliau ini banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia termasuk bahasa Indonesia. Tafsir Fi Zilal al-Qur'an telah lama diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Ma'alim fi al-Thariq karya Quthub lainnya juga banyak dibaca dan menginspirasi aktifis muslim dunia. Hasan al-Banna tokoh yang sangat kharismatik. Pada masa mudanya sudah memperlihatkan kegigihan bidang dakwah Islamiyah. Sewaktu beliau mau memutuskan untuk kuliah pada Darul 'Ulum sempat mengalami pergolakan batin. Apakah beliau meneruskan kuliah di sana atau tidak? Apakah studi di Darul 'Ulum akan memberikan selembar ijazah? Lalu ijazah itu untuk apa? Apakah dengan selembar ijazah itu kemudian akan menempatkannya untuk menduduki jabatan tertentu? Atau karena ijazah itu dia akan mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Ijazah baginya hanyalah fitnah. Ibadah dan wirid al-Banna adalah mandawamkan ibadah sunnah yang biasa. Shalat sunnah tahajjud, puasa senin-kamis, dll dilakoninya secara konsisten. Hasan al-Banna hanya berumur 43 tahun. Beliau meninggal karena tembakan misterius. Oleh banyak saksi mata, sesungguhnya pendarahan akibat luka tembak yang menimpa beliau masih bisa ditangani secara medis. Hanya saja waktu itu, ditengarai ada "konspirasi" oleh pihak penguasa, sehingga tidak ada rumah sakit yang mau menampung dan merawat beliau. Seakan-akan terjadi "pembiaran", sehingga beliau kehabisan darah. Demikian keterangan buku Mudzakirat al-Dakwah wa al-Da'iyah, 1979--telah diindonesiakan oleh Salafuddin Abu Sayyid dengan judul: Memoar Hasan al-Banna, Era Intermedia, (1999) Hasan al-Banna sangat konsern dan istiqamah dalam menyiarkan dakwah. Konon, suatu waktu beliau sedang menemani puteranya yang sedang sakit keras di rumah sakit, dan pada saat yang sama beliau juga memiliki jadwal dakwah yang harus dipenuhi. Dalam keadaan demikian itu, al-Banna meninggalkan puteranya yang sedang sakit keras dan memilih untuk menyampaikan dakwah seraya berdo'a kepada Allah Swt atas kesembuah puteranya. Pribadi dan pengabdian al-Banna luar biasa bagi syi'ar Islam. Tentu terlepas dari setuju atau tidak mengenai ideologi yang diusung oleh beliau. Mendengar Ikhwan al-Muslimin, pasti ingatan kita tertuju kepada Hasan al-Banna. Jamal al-Banna, adiknya memiliki pemahaman atau ideologi keagamaan yang sangat kontras dengan kakaknya, Hasan al-Banna. Jamal al-Banna adalah salah seorang Ketua asosiasi buruh muslim se-dunia. Jamal al-Banna memiliki banyak karya akademik dalam bentuk buku seperti Nahwa Fiqh-in Jadid yang sangat liberal. Dua bersaudara, dua kepala, dua pemikiran yang sangat berbeda. Lalu siapa yang di antaranya yang memiliki pengikut yang lebih banyak. Rupanya Hasan al-Banna masih sangat unggul sampai sekarang. Ikhwan al-Muslimin masih sangat kuat dan berdiri tegak di Mesir, dan beberapa belahan dunia muslim. Presiden Mesir, Dr Mursi adalah salah seorang tokoh Ikhwan al-Muslimin yang sangat boleh jadi terinspirasi oleh ketokohan dan keteladanan al-Banna. Indonesia di antaranya juga banyak kalangan yang mengidolakan Hasan al-Banna. Bahkan ada partai Islam yang memang menjadikan al-Banna sebagai tokoh panutan. Hasan al-Banna, Sayyid Quthub, Ayatullah Khomeini, Ali Syari'ati, Murtadha Muthahhari, Abdul Aziz ibn Baz (Saudi Arabiyah) adalah tokoh-tokoh yang inspiratif terlepas dari pemahaman keagamaan yang diusungnya. Wa Allah a'lam.

Sabtu, 09 Februari 2013

Buku

Dr Mohammad Hatta, Bapak Proklamator Indonesia pernah bwrkata:Saya rela masuk penjara asalkan saya bersama dengan buku. Karena dengan buku saya bebas. Dalam sejarah penjara Digoel, memang Bung Hatta adalah salah seorang yang pernah masuk penjara digoel yang sangat mengerikan itu. Rata rata orang yang dibuang di sana hidup sangat menderita. Sebagian meninggal karena tidak tahan menahan penyiksaan dan penderitaan digoel. Sebagian yang lain stress dan meninggal karena tidak kuat dengan kehidupan penjara digoel. Ada juga yang kabur melarikan diri, dan mati dimakan buaya atau di tengah hutan bertwmu dengan kelompok manusia kanibal. Ada lagi yang meninggal sakit demam malaria. Konon, Bung Hatta bisa bertahan karena kekuatan membaca buku. di pagi hari, beliau membaca buku sambil menikmati matahari pagi. Demikian juga pada saat saat senja. Bung Hatta membawa serta buku-bukunya ke Digoel. Ada yang mencatat, sekitar 17 peti kayu yang semuanya berisi buku.Mungkin inilah penyebabnya, sehingga patung Bung Hatta selalu disimbolkan dengan seorang tokoh nasional yang selalu dekat dengan buku. Konon, Bung Hatta ketika menikah juga menyerahkan mahar buku karyanya yang berjudul:sejarah pemikiran dan filsafat Yunani. Buku memang sangat penting bagi pengembangan ilmu dan peradaban dunia. Buku dapat melipat waktu, sehingga temuan ratusan dan bahkan ribuan tahun yang lalu bisa dibaca dan dikaji sekarang.

Presentasi

Steve Jobs dikenal berkemampuan luar biasa dalam hal presentasi. Memukau, singkat, dan inspiratif. Biasanya dimulai dengan kisah singkat dan inspiratif. dipadukan dengan penguasaan IT yang sangat bagus. Contoh-contoh sederhana. Abraham Lincoln, presiden Amerika Serikat yang ke-16 juga dikenal dengan pidato-pidatonya yang inspiratif. Beliau pernah berkata: saya menghabiskan waktu dua pertiga untuk merenungkan apa yang ingin orang dengarkan. Dan hanya sepertiga waktu untuk memikirkan apa yang ingin saya katakan kepada mereka. Nabi Shalla Allah Alaih wa sallama bersabda: khatibu al.nas bi qadri uqulihim. Sampaikanlah sesuatu kepada suatu kaum sesuai dengan kemampuan akal mereka.

Jumat, 01 Februari 2013

Perenungan

Dalam hidup ini sebaiknya kita menyempatkan waktu untuk melakukan permenungan. Sebab, merenung sejenak dapat berdampak sangat luar biasa dalam menapaki hidup ini lebih baik dan lebih terang. Bahrul Hayat, Ph.D ( sekretaris Jenderal Kemenag RI) biasa melontarkan kalimat-kalimat hikmah yang sesungguhnya merupakan hasil permenungan beliau. Kata-kata berikut adalah sesebagai contohnya: 1. Kalau mau menjadi orang besar, maka injakkanlah kaki Anda di tempat-tempat lahir orang-orang besar. 2. Saya tidak membutuhkan orang-orang luar biasa dalam bekerja, tapi cukup orang-orang biasa yang dapat bekerja luar biasa. 3. Pemimpin sejati tidak terlihat pada saat masih berkuasa. tapi pemimpin itu terlihat dengan ketika beliau duduk untuk mendengarkan. 4. Ketulusan dalam bekerja dapat menimbulkan hikmah yang menuntun kita dalam menjalani hidup ini. Firman Allah dalam al.Quran: wa man yu'ta al.hikmata fa qad utiya khairan kathiran.,barang siapa yang dikaruniai hikmah, perenungan yang mendalam, maka dia telah diberikan kebaikan yang melimpah. khairan kathiran juga bisa bermakna harta yang melimpah. Mungkin itulah yang. orang yang berpikir mendalam biasa mendapatkan royalti atas hak patennya. Bahkan yang sampai mendapatkan hadiah nobel dalam berbagai bidang keilmuan yang ada. Wa Allah a'lam.

Open House

Biasanya pada perayaan hari-hari besar Islam, para pejabat mulai presiden, menteri, dan tokoh-tokoh masyarakat melakukan open house. Open house ini dimaksudkan untuk memberikan akses kepada masyarakat bisa untuk silaturahim dengan pejabat publik tersebut. saya lagi berpikir, memang open house itu sangat penting karena selama ini rumah para pejabat itu tertutup rapa-rapat. Dan sangat boleh jadi juga dijaga oleh para satpam yang berwajah kurang ramah. Syukur-syukur kalau tidak disertai dengan tulisan di pintu rumah sang pejabat: Awas anjing galak!. Saya tidak habis pikir bagaimana ceritanya seorang pejabat publik yang ternyata jauh dari rakyatnya.

Ternate

Prof. Toeti Heraty menulis buku tentang kerajaan Ternate dengan judul: Rainha Boki Raja Ratu Ternate Abad Keenambelas (Sixteenth Century Queen of Ternate), 2010. Buku ini menggambarkan tragedi demi tragedi yang dialami Ratu Ternate ini. Mulai dari perebutan sampai pada kudeta kekuasaan dalam istananya, penculikan puteranya yang berakhir dengan pembunuhan sampai sang Ratu sendiri menjadi korban dalam perebutan kekuasaan tersebut. Ada hal yang unik dalam sejarah kelam kerajaan Ternate, yakni racun. Kalau seorang raja atau ratu sulit untuk digulingkan, maka senjata ampuhnya adalah dengan cara meracuninya. Tragis. Dalam buku Prof Toeti Heraty tersebut dengan sangat detail mendeskripsikan liku-liku suksesi kepemimpinan di Kerajaan Ternate yang terkadang berakhir dengan sangat mengenaskan. Kita tidak menemukan dalam buku tersebut proses suksesi yang elegan dan tanpa ceceran darah. Saya tidak habis pikir mengapa proses suksesi di Ternate berakhir dengan tragedi. Tragis!