Gallery

Rabu, 28 November 2012

COADY INSTITUTE

Kami ingin berbagi tentang sedikit pengalaman berkunjung ke COADY International Institute, Antigonish, Halifax,Canada. Acara dimulai dengan perkenalan singkat dengan beberapa pejabat dan staf COADY. Kami disambut oleh Direktur COADY International Institute, John Geventa, Ph.D yang sekaligus sebagai wakil rektor. Saya sangat senang dengan kedatangan dan kesungguhan kawan-kawan Indonesia ke sini. Ada beberapa orang Indonesia yang sedang belajar di sini, dan telah memberikan kontribusi yang banyak dalam diskusi kelas, sapanya singkat. Ada pak Iftitah Jafar, Nurdiana Syarifuddin, Pak Fahmi, dll. Kemarin mereka sudah ke Montreal untuk mengikuti seminar. Pak John, baru menjabat setahun ini di sini. Sebelumnya beliau berkiprah di salah satu university, Inggris. Ia pernah juga berkunjung ke Indonesia, Aceh dan Jakarta. Lebih lanjut pak John menjelaskan bahwa dirinya sudah berpengalaman di Inggeris dan Amrik menangani hal yang sama, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan cepat. COADY didirikan berfungsi sebagai “jembatan” untuk menghubungkan antara perguruan tinggi dengan kebutuhan masyarakat. Dulu, tempat ini dikenal sebagai wilayah yang agak miskin dibanding dengan tempat-tempat lainnya di Canada. Universitas ini didirikan oleh masyarakat. Ada dua misi utamanya, yakni Community development dan untuk mewujudkan keadilan dalam kehidupan dalam masyarakat (social justice). Misi universitas ini dikenal secara luas 80 tahun yang lalu, ketika terjadi resesi ekonomi. Moose Coady mendorong kemajuan ekonomi masyarakat. Tadi, kita melihat banyak foto yang terpampang di dinding bangunan, ada gambar yang menunjukkan pak Coady sedang berdiskusi dengan masyarakat. Semua ini sebagai potret bahwa M. Coady melibatkan banyak sekali komponen untuk mengatasi masalah secara bersama-sama. Lalu gerakan itulah yang menjadi sangat terkenal sebagai gerakan Antighonish yang fokusnya di antaranya untuk mengembangkan koperasi, pendidikan secara bersama-sama dengan dukungan dari universitas. Economic development. Dan program ini sangat berhasil dalam berbagai hal. Kemudian menjadi contoh yang dikembangkan di Canada. Kalau kita melihat billboard, baliho, ada juga “perpustakaan masyarakat” ( Pictou Community Library), semua itu dari COADY International Institute. Setelah nama ini terkenal, banyak sekali orang yang datang dari berbagai negara untuk mempelajari bagaimana pendidikan orang-orang dewasa di sini. Sebelum Moose COADY meninggal, lembaga ini belum ada. Pada tahun 1959 baru dibentuk. Sejak itu, setiap tahun, lembaga ini menyelenggarakan program diploma, dan program sertifikat unuk memajukan masyarakat di bidang nursing, dan social kemasyarakatan lainnya. Sudah ada 130 negara termasuk Indonesia yang sudah datang dan belajar ke sini. Dari pejalanan pak John di Mesir dan Nepal, banyak sekali pemimpin di negara-negara tersebut yang pernah belajar di sini (COADY Institute). Mereka bukan hanya datang belajar di sini, tapi bisa saling berdiskusi. Universitas ini sangat unik karena mahasiswa-mahasiswa yang belajar di sini, bisa terlibat dengan masyarakat di luar sana. Dan mereka tahu persis bagaimana menciptakan tatanan masyarakat dunia yang adil. Hal-hal yang penting yang muncul dalam diskusi, antara lain: 1. Di COADY Institute, ada president of academic, ada dekan of art and science, dekan bisnis, dekan ekonomi, dan dekan science. Hanya ada under graduate program. Jumlah mereka kecil, tapi sangat loyal kepada university. Untuk s.2 hanya pengecualian. Juga ada program untuk pelayanan kepada masyarakat seperti service learning and community engaged research. Mahasiswa sangat menguasai service learning. Service Learning memiliki bobot sks (kredit point). 2. Service learning melibatkan masyarakat dalam penelitian mahasiswa. 3. COADY university termasuk unik, karena tidak ada lembaga pendidikan tinggi yang sama, baik dari segi jangkauannya maupun keterlibatan masyarakat dalam program-program pendidikannya. Penjelasan David salah seorang pejabat COADY Institute meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Filsafat program diploma institute ini adalah datang dari latar belakang sejarah masyarakat di Antigonish. Intinya bagaimana masyarakat sendiri yang akan berusaha memecahkan masalahnya sendiri. Bagaimana masyarakat bisa menentukan nasibnya sendiri. Masyarakatlah yang akan menjadi tuan bagi dirinya sendiri. Program yang dilakukan selain pengembangan individu juga pengembangan masyarakat secara bersama-sama. Bagaimana mengembangkan kehiduan bersama dengan baik. Menjadi sebuah tantangan bagi COADY Institute. Kadang-kadang mahasiswa yang datang belajar berharap mendapatkan sesuatu dari pengajar atau dosen. Padahal, mestinya mereka belajar bersama, dan memecahkan masalah secara bersama-sama pula. Yang kita lakukan, bukan mendoktrin mahasiswa. Justeru bagaimana mereka menganalisis masalah mereka, dan memecahkan masalahnya sendiri. Ini inti pendidikan transformatif yang diajarkan di sini. 2. Ada teman/ tim yang bertanya: bagaiamana memecahkan masalah yang masyarakat sedang hadapi? Jawab David: melakukan pengabdian kepada masyarakat. Tidak dimulai dengan persoalan, tapi ABCD. Kekuatan pada masyarakat, apa? Asset based community development. 3. Yang sering dilakukan dalam kelas adalah bagaimana merubah cara pandang mereka bahwa perubahan itu dari diri mereka sendiri. Sangat menarik karena menggabungkan (kolaborasi) dengan berbgai latar belakang pserta didik yang berbeda pula, dari negara dan bangsa yang berbeda dan ini digabungkan menjadi sesuatu yang baru. Dan paling baik untuk menjelaskan hal ini adalah kawan-kawan dari Indonesia. Combination. Sangat menarik karena perbedaan pengalaman, dan didukung oleh staf di sini yang sangat kaya dengan hal seperti ini. 4. Pertanyaan Prof. Sattu Alang. Canada maju karena universitas berkolaborasi dengan pengabdian masyarakat. Bagaimana dengan imigran China? Di Montreal, ada penanganan masyarakat miskin, perumahan, dan masyarakat Indian yang masih merasa terpinggirkan. Jawab: this is the big discussion di Canada. Tapi di lembaga ini sudah dilaksanakan secara khusus, untuk orang Indian ini agar mereka bisa kuat. Mereka didorong untuk hidup dengan cara mereka sendiri. Masalah mereka memang sangat komplit. COADY berusaha untuk mengembangkan upaya pengembangan masyarakat melalui kekuatan tradisi mereka. Tidak mengajarkan hal dari luar tradisi mereka. Bersambung.....

Pak Polisi

Ada hal yang menarik ketika saya berkunjung ke beberapa negara di luar negeri. Yakni polisi. Pengalaman berkunjung di Mesir, para polisinya aktif di sudut-sudut jalan dan memegang pulpen. Setiap mobil yang diparkir pada tempat yang tidak selayaknya akan dicatat oleh pak polisi. Jam berapa kejadian tersebut, di jalan mana, dan jenis pelanggarannya apa?. Biasanya, tempat-tempat yang dilarang untuk parkir tertulis: mamnu' al-wukuf (dilarang untuk parkir). Demikian pula halnya kalau ada kecelakaan lalu lintas. Pak polisi kurang antusias turun tangan kecuali kalau ada permintaan dari yang bersangkutan. Tentu pemandangan ini berbeda dengan yang terjadi di negara kita. Kalau ada kesalahan atau pelanggaran parkir, biasanya "atur damai" dengan si pelanggar. Selesai di tempat. Berbeda dengan polisi di Mesir yang bertugas untuk mencatat semua pelanggaran, dan pembayaran akan ditagih pada saat membayar pajak pada akhir bulannya. Jelas "korupsinya" agak sulit terjadi di jalanan. Pak polisi kita di Indonesia sering pegang sempritan, dan jarang mencatat peristiwa yang terjadi. Lain lagi dengan pak Polisi di Toronto, Canada. Para polisinya jarang sekali tampak di sepanjang jalan raya. Karena sistem lalu lintas Canada, dan negara-negara maju lainnya sudah sangat mapan. Kalau sedang di jalan tol, kecepatan mobil sudah ada aturannya. Dan siapa pun yang melanggar pasti akan terekam dengan CC kamera dan akan menanggung pembayaran atas pelanngarannya tersebut pada saat bayar pajak. Pengalaman seperti ini juga terlihat di eropah, seperti Belanda, Prancis, Belgia dan jerman. Sehingga, kalau kebetulan kita memakai jasa taksi, karena alasan ingin cepat-cepat ke bandara, seorang sopir taksi pasti tidak akan memenuhi permintaan sang penumpang. Dia tidak boleh "balapan" di jalan tol melebihi kecepatan normal yang sudah distandarisasi. Tentu berbeda dengan kita, seseorang bisa melaju dengan kecepatan tinggi di jalan tol, layaknya sedang balapan di Sentul, Bogor. Bagaimana dengan kita? Semoga kita bisa lebih civilized. Amin. Wa Allah a'lam.

Selasa, 27 November 2012

Vancouver

Setelah acara exposure visit kedua selesai di Coady International Institute, Antigonish, Halifax, kami menuju Toronto lagi dengan Air Canada. Dari Toronto ke Vancouver, tidak langsung ke Hong Kong. Saya juga berpikir mengapa pesawat tidak langsung ke Hong Kong, tapi singgah dulu selama empat jam di Vancouver. Suatu perjalanan yang cukup melelahkan karena jarak tempuh Vancouver ke Hong Kong sekitar 14 jam. Saya kira ini menjadi menarik, sekaligus untuk mengetes kekuatan fisik. Sepanjang perjalanan terutama ketika menunggu penerbangan lanjutan dari Vancouver ke Hong Kong, kami bertemu dengan beberapa penumpang lainnya. Salah satu penumpang yang kami sempat berbincang adalah Ibu Shinta Nola dengan suaminya yang mantan dosen ITB (sudah pensiun). Sang suami memperkenalkan diri sebagai dosen ITB yang membidangi elektro-arus pendek. Bu Shinta bercerita tentang suka-duka sebagai warga negara Canada yang terkenal berpajak tinggi, disiplin tinggi, negara menjamin hidup bagi warganya yang kurang beruntung dari segi ekonomi, dst. Orang Canada hanya mau mengakui dokter lulusan mereka. Kalau perawat sangat wel come dengan dunia luar. Siapa saja boleh melamar sebagai perawat berdasarkan dengan kompetensi yang dimilikinya. Orang Canada terkenal dengan hidup bersih. Sampai-sampai kalau kebetulan masuk hotel berbintang, tempat sampahnya sampai berjejer tiga. Ada tempat sampah untuk sampah basah, ada juga untuk sampah kering. Dan yang satunya lagi untuk sampah dari kertas. Orang-orang Canada juga terkenal dengan pelayanannya yang cukup tinggi. Sebab, kurikulum sejak dini sudah mengajarkan pentingnya memberi pelayanan kepada siapa saja. Sehingga mereka sampai pada tingkat perguruan tinggi pun sangat menjunjung tinggi prinsip pelayanan. Hal ini berkesesuian dengan temuan kami selama kunungan di Guelph University, dan COADY International Institute mengenai research shop dan Service Learning. Bahwa pada kedua perguruan tinggi memang sejak mahasiswa baru menginjakkan kaki di bangku kuliah mereka sudah diajarkan pentingnya pelayanan kepada masyarakat umum. Masa depan profesi mereka dan karier mereka hanya tergantung kepada tingkat pelayanan yang mereka berikan kepada masyarakat. Hal yang menarik lainnya juga bahwa mahasiswa terjun langsung kepada masyarakat untuk menyelesaikan problem-problem sosial kemasyarakatan seperti kemiskinan, broken-home, semuanya sebagai volunteer. Gratis. Sungguh menarik kan, di tengah kehidupan modern dan sangat individualistik itu masih ada ruang untuk "berbagi" dengan sesama secara tulus. Lalu, bagaimana dengan mahasiswa dan kurikulum kita> Wa Allah a'lam.

Sabtu, 24 November 2012

Muslim Amerika

Di Toronto, saya sempat mengunjungi dua toko buku utama. Ada beberapa buku yang saya beli sebagian harga normal dan ada juga yang harga miring alias obral.Salah satu buku yang menarik perhatian adalah karya Dr. M. Zuhdi Jasser dengan judul: A Battle for the Soul of Islam an American Muslim Patriot's Fight to save His Faith, 2012. Buku ini menggambarkan perjuangan muslim Amerika terutama setelah peristiwa 11 september. Ketika Islam dikait kaitkan dengan terorisme. Pada bagian akhir buku ini, Dr Jasser menulis satu chapter khusus pandangan beliau yang sesungguhnya nasehat buat puteranya. Seperti pandangan beliau tentang siapa tokoh Osama ibn Laden. Dengan tegas dikatakannya bahwa seorang teroris bukanlah seorang muslim. Osama ibn Laden, he's not a muslim. But that is between him and God. What I do know and have explained to you is that he was very bad that he sent men to kill our fellow americans on september 11, 2001. Mengenai Osama Ibn Laden ada pandangan lain yang pernah dikemukakan oleh Ust Nursyamsi Ali, Imam Masjid Islamic Center Amrik. Ia membangun pandangan yang berbeda. Dan mencoba meyakinkan orang Amrik yang selama ini terkenal kritis dan nalar. Bahwa bagaimana ceritanya orang Amrik langsung percaya bahwa pengeboman WTC dan Pentagon adalah Osama Ibn Laden. Apakah sudah ada fakta fakta yang cukup meyakinkan akan hal ini? Mestinya kita menunggu investigasi faktanya, pilotnya siapa, dst. Terlepas dari itu semua, buku Jasser ini sangat menarik untuk dikaji. Sebab, selama ini kalau kita bicara Islam selalu kiblatnya Timur Tengah. Atau ada orang membanggakan Muslim Brunei yang sangat sedikit itu dengan ciri khas praktek keagamaan yang cenderung tidak plural, kehidupan yang datar datar saja. Kehidupan keberagamaan yang dipimpin oleh seorang raja. Konon, di Brunei pahama keagamaan Islam juga hanya ahlussunnah wal jama'ah. Paham keislaman lainnya tidak bisa tumbuh, bahkan dilarang oleh pemerintah. Sudah bisa ditebak, gairah dan pertumbuhan intelektualisme Islam di Brunei Darussalam tidak bisa diharapkan. Apalagi kebangkitan Islam pasti lebih jauh lagi. Padahal, di benua Amrik sana ada ribuan mesjid dan ada sekian juta umat Islam yang sedang bergelut dengan keimanan dan kemoderenan di sana. Suatu upaya dan pencarian serta peneguhan identitas yang tidak sederhana. Bagaimana cara menerima keamerikaan dan tetap mempertahankan prinsip prinsip dasar keimanan keislaman mereka. Suatu tanjakan dan ujian keimanan yang complicated.

Jumat, 23 November 2012

Rindu Azan

Kota Canada adalah surga bagi para pelancong. Kota Canada bersih, penduduknya plural dan ramah-ramah. Tapi ada hal yang kurang terutama masyarakat muslim. Sebab, pada jam-jam tertentu kita mendengarkan azan di masjid-masjid besar atau kecil. Di Canada, hampir kita tidak mendapatkannya kecuali tempat-tempat tertentu. Meskipun di tengah keramaian kota dan hiruk-pikuknya, kita masih biasa melihat salah seorang pengunjung yang memakai jilbab. Alhamdulillah masih ada yang muslim, kata seorang kawan. Ketika kami di COADY Institute, di lantai empat, sebelah ruang rapat kami dengan pihak COADY ada ruang "sembahyang". Ruang ini berukuran sekitar 3x6 meter. Paa dindingnya ada lukisan panjang yang menggambarkan simbol-simbol agama-agama. Ada Islam, Kristen, Katolik, Tao, Budhdha, Hindu, dll. Pokoknya ruang tersebut bisa ditempati bermeditasi, sembahyang, atau apapun namanya untuk "menyembah" Tuhan yang Maha Kuasa.Di jendela sebelah kanan ada sederet kitab suci agama-agama besar dunia, The Holy Qur'an terjemahan Abdullah Yusuf Ali, ada Bibble, Puisi Jalaluddin Rumi, ada buku tentang tata cara bermeditasi ala Tao, dll. Saya tidak habis pikir bagaimana hebatnya saudara-saudara kita sesama muslim yang hidup di Amerika dan Canada serta sejumlah negara eropah lainnya. Mereka berbaur dengan masyarakat yang sama sekali berbeda dengan budaya masyarakat tempat lahirnya Islam.Bagaimana mereka menjadi muslim yang baik dan menjadi warga negara Amerika yang baik. Keislaman dan ke-Amerikaan menyatu? Sebab, ecara umum, budaya barat terutama yang bersentuhan langsung dengan kehidupan keseharian ada yang sangat kontras dengan tradisi keagamaan yang selama ini kita praktekkan. Budaya barat sangat akrab dengan dansa, minum bir, pakaian yang tipis, dan ciuman. Berdansa dapat memperakrab persahabatan. Sedang kita menganggap berdansa itu adalah sesuatu yang haram. Karena selama ini kita hanya disodori dengan "marawis". Minum bir apalagi, pasti haram karena mengandung khamar. Ayatnya jelas. Pakaian tipis apalagi. Ciuman dengan bukan mahram sangatlah haram. Seang di barat ini ciuman pipi hanyalah ibarat jabat tangan bagi kita. Kita perlu fiqih al-mu'ashirah yang lebih fleksibel dengan budaya barat. Atau kita harus kontras dan berusaha "memaksakan" budaya kita berbenturan dengan budaya barat. Kesulitan yang sama ketika ajaran Islam bersentuhan dengan komunitas baru seperti suku Dani Papua. Ada dosen STAIN Al-Fatah Jayapura yang meneliti komunitas muslim Dani. Bahwa suku Dani itu dekat dengan sekali dengan--mohon ma'af--babi. Identitas suku Dani adalah babi. lalu, bagaimana caranya untuk meyakinkian suku dani yang sudah bergama Islam bahwa babi itu haram menurut ajaran Islam. Ini sedang proses dialog dan persuasif dengan mereka. Pelan-pelan ada upaya untuk meyakinkan mereka bahwa suasana cuaca suku Dani yang dingin itu lebih cocok dengan domba. Proses penggantian dari babi ke domba tentu membutuhkan waktu dan stategi tertentu. Identitas kesukuan dan ajaran Islam harus terjadi intersesi, bukan "benturan". Benturan antara ajaran Islam yang sakral dan identitas kesukuan Dani yang profan mestinya dihindari. Benturan antara keduanya hanya akan menyisakan "luka-budaya". Dan pasti kontra-produktif. Wa Allah a'lam.

Sisi Lain Canada-1

Kota Toronto, Canada sebagaimana dikenal lewat film-film Hollywoodnya memang indah. Dan yang sangat menarik tentu selain warganya yang ramah, dan gadis-gadisnya yang jelita adalah negeri ini sangat bersih. Bayangkan saja pada hampir setiap hotel terkenal yang kita masuki, pasti kita akan melihat tempat sampah ada tiga berjejeran. Ada tempat sampah untuk sampah basah, sampah kering, dan kertas. Semuanya dibedakan. Tentu sangat berbeda dengan pengalaman kita di negara-negara berkembang. Disamping sampah menjadi persoalan keseharian yang tidak kunjung selesai, juga pemandangan pinggir-pinggir jalan yang berseliweran dengan sampah-sampahnya. Masyarakat Canada sangat sadar dan peduli akan pentingnya kebersihan. Kalau kita mengikuti acara atau meeting di kampus, lalu acara istirahat--ISHOMA--maka komunitas terbatas ini akan mengantarkan gelas-gelas dan piring bekasnya tadi untuk membersihkan sendiri sisa-sia makanan, kemudian meletakkannya di tempat cucian. Meja- dan kursi tertata rapi. Meja rapat yang juga bekas tempat rapat, meskipun di tempati makan, semua peserta rapat akan senantiasa menjaga kebersihan meja rapat tersebut. Sungai-sungai kecil yang mengalir di tengah kota mengalirkan air bersih, jernih. Ini tentu pemandangan yang sangat kontras dengan ibu kota Jakarta yang sedang "bersih-bersih" di bawah nakhoda pak Jokowi. Saya sangat terkesan dengan kesadaran masyarakat akan kebersihan yang luar biasa ini. Toilet di bandara, di hotel, di perpustakaan yang ddidirikan oleh masyarakat juga semuanya pada bersih. Di perpustakaan masyarakat yang sempat kami datangi di Antogonish, Halifax,juga sangat tertata rapi. Para pengunjung perpustakaan "berbisik-bisik", kalaupun terpaksa mereka bercakap-cakap. Ini juga sangat kontras dengan pemandangan di negeri kita yang perpustakaan mirip-mirip saja pasar. Kita dengan leluasa dapat berbincang-bincangan "ngalor-ngidul" dengan teman kuliah. Walaupun kita tahu bahwa ada orang di sekitar kita sedang serius membaca dan menelaah sejumlah buku, atau mereka sedang mengakses sejumlah informasi yang mereka butuhkan via internet. Di Perpustakaan Masyarakat di Antogonish yang kami lihat itu juga menyiapkan buku-buku novel dalam jumlah yang sangat banyak. Saya tanya Elizabeth salah seorang staf perpus yang memandu kami. Jawabnya, ini adalah juga permintaan masyarakat. Rupanya msyarakat harus dekat dan familiar dengan novel-novel. Ada sekitar 15 ribu koleksi buku yang dimiliki perpustakaan masyarakat ini yang masih ada hubungannya dengan COADY International Institute, Antigonish. Novel dapat meningkatkan daya baca masyarakat. Novel juga akan mengajak pembacanya untuk mengerti seluk-beluk kehidupan. Novel juga akan mengajarkan kepada kita berbagai karakter yang sedang terjadi di dalam masyarakat. Ada buku novel untuk anak-anak, untuk remaja, dan dewasa. Saya lihat, hampir semua novel yang beredar di masyarakat dunia ada di sini. Juga pada semua level, dan pada semua bidang. Mulai kita masuk di ruang depan, sampai ruang belakang, rak-rak buku yang tertata rapi itu "disesaki" dengan buku novel. Hal yang menarik lainnya adalah fasilitas internet. Hampir di semua tempat, dan hotel yang kami tempati meniapkan fasilitas internet yang gratis kepada penghuni hotel. Demikian pula halnya kalau kita berkunjung ke perpustakaan, kita akan segera dan waktu cepat dapat memanfaatkan fasilitas internet perpustakaan tersebut. Ini artinya, masyarakat Canada dan pemerintahnya sudah sangat melek intenret, dan mereka sangat sadar akan kebutuhan informasi masyarakatnya. Ini juga sangat kontras dengan kampus-kampus di negeri kita. Halmana internet masih merupakan sesuatu yang "lux", mewah. Dan hanya orang-rang tertentu yang dapat mengaksesnya. Kita masih ingat peristiwa beberapa tahun lalu, Ketua Komisi VIII dan rombongan ketika mereka kunker (kunjungan kerja) ke Australia. Ketika mendapatkan pertanyaan dari salah seorang mahasiswa Indonesia mengenai website DPR RI komisi VIII, maka sang ketua komisi menjawab seingatnya dan sekenanya. Ketika mahasiswa mengakses website yang baru saja disebutkannya ternyata mereka tidak bisa menggunakan situs tersbut. Kontan saja mahasiswa protes. Dan ternyata website yang disebutkan itu tidak benar. Jawabnya juga seingat dan sekenanya. Memalukan kan? Ornag-orang terhormat kita tidak familiar dengan dunia internet. bagaimana mungkin kita mengharapkan akan lahir regulasi yang cerdas dan futuris kalau demikian halnya. Semoga kita segera dapat keluar dari masyarakat yang kurang informasi menjadi masyarakat yang sadar dan melek akan informasi. Semoga pemimpin dan walikota kita akan terus berbenah diri untuk menciptakan kota-kota bersih dalam arti sesungguhnya. Memang sih, selalu ada piala adipura, tapi kota kita belum bersih dan sebersih kota Canada. Semoga. Wa Allah a'lam.

Rabu, 21 November 2012

Sisi Lain Canada

Beberapa hal yang menarik dalam kehidupan sosial kemasyarakatan di canada, antara lain: 1. Sangat memuliakan harkat dan martabat perempuan, 2. Memosisikan anak pada posisi yang sangat tinggi,sehingga orang tua harus menahan diri kalau mau memukul anaknya, 3. Memanjakan binatang peliharaan, sehingga terkadang biaya anjingnya lebih mahal daripada ongkos keseharian anaknya, 4. Pajak yang tinggi. Hati-hati kalau belanja barang karena pasti lebih mahal daripada yangtertulis pada labelnya, 5. Sangat menghormati pejalan kaki, bahkan terkadang terkesan memanjakan mereka. Orang Canada lebih senang berjalan kaki, dan cepat, 6. Kita tidak pernah melihat pemandangan anak jalanan dan peminta minta di sudut jalan atau di perempatan lampu merah. Konon, pengangguran hanya sedikit, 7. Posisi perguruan tinggi sangat strategis dalam berkolaborasi dengan pemerintah, dan 7. Masyarakatnya ramah dan santun. Cara bicaranya tertata, kalimat-kalimatnya teratur, tertawanya juga terkontrol. Dan ada kawan yang nyeletuk, gadis-gadis Canada juga relatif cantik-cantik. Posisi perempuan tadi sangat tinggi sehingga seorang suami yang mau menceraikan isterinya harus berpikir seribu kali. Sebab, perceraian akan membuat sang suami bangkrut. Demikian pula halnya dengan hak hak asasi anak sangat dijunjung tinggi. Seorang kawan bercerita tentang pengalaman pribadinya ketika hendak melepaskan pikulan sabuk kepada puterinya. Maklum si kecil masih mau main dengan kawan kawannya sementara sudah malam. Melihat pemandangan demikian, teman puteri kecilnya itu berteriak: "ini Canada"!. Maksudnya perbuatan demikian itu tidak layak bagi orang Canada. Demikian pula halnya, kalau terjadi perbedaan pendapat antara orang tua dengan putra putrinya. Ketika orang tua hendak memaksakan kehendaknya, maka pada puncak perdebatan tersebut seorang ank akan berkata: ini Canada, Mam!. Demikian seterusnya. Saya membayangkan bagimana posisi hukum keluarga dalam Islam? Yang masih membolehkan memukul anak sepanjang tidak sampai melukai dan dalam rangka mendidik dan mendisiplinkan mereka. Pada posisi ini kita harus berpikir mendalam. Sebab, saya ada kesan, sepanjang pembicaraan saya dengan kawan tersebut bahwa tradisi atau agama sekalipun yang membolehkan pemukulan terhadap anak sesungguhnya perlu reinterpretasi.Tentu ada sesuatu yang hilang. Pandangan seperti ini tentu ada dasar pijakannya. Sebab, Nabi shalla Allah 'alaih wa salama sangat menyayangi anak anak, dan memuliakan cucu cucunya. Hasan Husein terkadang menaiki punggung Nabi ketika beliau sedang shalat. Dan Nabi membiarkannya dan terkadang berlama lama bersujud untuk memberi kesempatan cucunya tersebut menikmati tunggangan punggung Nabi. Ini luar biasa dan sangat kontras dengan seorang petugas masjid yang biasa mengusir anak anak keluar masjid lantaran mereka berlarian di ruang masjid terutama pada saat bulan ramadhan untuk shalat tarawih. Tentu perlu permenungan yang mendalam tentang hak orang tua dan batas batasnya dalam pendisiplinan anak. Akhir akhir ini, Prof. Amy Chua, dosen Harvard univerity menuliasbu buku tentang cara beliau sangat keras dalam mendisiplinkan dua puterinya. Dan ternyata sangat sukses. Saya melihat kisah nyata Amy Chua ini merupakan antitesa terhadap cqra mendidik orang tua Amerika yang sangat memanjakan anak. Ia lebih memilih untuk tetap menerapkan nilai-nilai China dan asianya. Bahwa seorang anak harus menghormati orang tuanya setinggi langit. Lalu pilihan Anda? Apakah mendidik anak dengan gaya Amrik atau cara China? Pilihan harus tepat. Wa Allah a'lam

Minggu, 18 November 2012

Imam Bonjol

Pada tanggal 11 Nopember 2012, saya berkesempatan untuk berziarah ke makam Imam Bonjol di desa Lota, Pineleng, Minahasa. Saya tidak pernah membayangkan bagaimana Imam Bonjol yang namanya dikenang sebagai salah seorang pahlawan nasional itu diasingkan Belanda di sebuah desa terpencil. Saya berpikir betapa sulitnya Imam Bonjol menjalani kehidupan kesehariannya di pengasingan tersebut. Saya tanya masyarakat setempat, berapa umat Islam di desa ini? Sekitar 37 orang, jawabnya Bu Ainun dan Pak Nurdin, penjaga makam Imam Bonjol. Bu Ainun mengaku sebagai keturunan keempat penjaga makam Imam Bonjol. saya tidak pernah habis pikir, mengapa penjajah Belanda "membuang" Imam Bonjol ke Minahasa. Daerah terpencil, juga di tengah komunitas yang bukan muslim. Ada yang mencoba berpendapat bahwa hal itu dimaksudkan untuk menjauhkan Imam Bonjol dari komunitasnya di Sumatera Barat. Ada juga yang berargumen bahwa agar Imam Bonjol dapat tertarik kepada perempuan Minahasa yang terkenal "cantik-cantik". agar beliau dapat bergeser dari keyakinan dan tekadnya selama ini yang memusuhi Belanda. Wa Allah a'lam

Toronto

Kami dari Diktis Kemenag RI mendampingi Tim Exposure Visit II ke Guelph Toronto, Canada. LAPORAN EXPOSURE VISIT II DARI GUELPH TORONTO Persiapan ke Toronto Sehari sebelum keberangkatan ke Toronto, kami sempat menginap di Hotel Sofyan ( Cut Meutia). Semua peserta hadir mendengarkan penjelasan beberapa nara sumber, di antara Dr Tim, Ibu Mary (dari Tim CIDA yang bekerja pada SILE), Prof. Hamdan Juhannis, dan Dr Ahmad Muzakki. Hal-hal yang menjadi concern pada pre-departure itu, antara lain: (a) substansi keberangkatan para peserta ini adalah untuk merambah kerja sama untuk Community Outreach dengan Guelph University dan dua universitas lainnya; (b) mempelajari service learning dari Guelph University; (c) hal-hal teknis yang harus dipersiapkan oleh peserta, mulai dari kostum yang harus dipakai pada acara pertemuan resmi dengan petinggi universitas, pakaian untuk menaklukkan cuaca dingin Canada, “makanan ringan” (kue-kue) untuk persiapan penyesuaian kuliner Canada; (d) diselingi dengan diskusi singkat antara para peserta dengan nara sumber; (e) karena acara selesai pada pukul 17.00, sehingga masih ada waktu untuk mencari perlengkapan keberangkatan seperti kaos tangan untuk menghadapi cuaca dingin Toronto, “colokan” untuk charger lap top atau keperluan lainnya. Pagi harinya, sabtu, 17 nopember 2012, para peserta berangkat ke bandara Cengkareng jam 5.00 shubuh, dan sekitar 25 mnit sudah tiba di Cengkareng. Mas Rizki (staf Subdit Kelembagaan, Diktis) sudah menunggu di sana. Kami langsung menuju tempat check-in di Cathay Pasific. Setlah semuanya ready, kami keluar sebentar untuk sarapan pagi dengan semua rombongan ditemani Mas Riski dan Mbak Efin. Kami menikmati sarapan pagi tersebut, kemudian berangkat ke terminal D-2. Tidak lama kemudian kami berangkat menuju ke Hong Kong. Tiba di Toronto Tanggal 17 Nopember 2012, kami dengan pesawat Cathay Pacific tiba di Bandara Internasional Pearson Toronto. Dari Bandara Cengkareng pesawat Cathay Pacific yang membawa kami transit di Bandara Hong Kong sekitar dua jam. Sambil menunggu keberangkatan ke Toronto, kami mencari ruang shalat di Bandara Hong Kong. Rupanya di Bandara Hong Kong ada juga Prayer Room—semacam mushalla. Ada tempat wudhunya di bagian sudut. Kami ( Prof. Sattu Alang, Dr Muhammad Zain, dan Dr Nasir Siola) melakasanakan shalat berjama’ah. Sebelumnya K.H. Zainuddin MZ dan Dr Rasyidin telah melaksanakan shalat duluan. Dr Norman Said yang menginfokan kami bahwa ada mushalla persis gate 43 tempat kami transit. Di Bandara Hong Kong yang luas itu, terdapat banyak sekali stand dan etalase yang menjual pruduk-produk terkemuka seperti pakaian, alat elektronik, cosmetic, café, book store serta fasilitas telekomunikasi seperti internet. Pak Norman Said bahkan sempat mengecek tugas-tugas mahasiswanya dengan menggunakan fasilitas internet menggunakan computer yang tersedia di Bandara. Kemegahan Bandara Hongkong didukung oleh pajangan berbagai produk komersial yang menggoda naluri belanja. Hanya kami tidak bisa berbelanja karena belum menukarkan uang kami dengan mata uang Hong Kong. Termasuk tidak bisa membeli air minum, untungnya di Bandara ada tersedia air minum yang free untuk siapa yang meminumnya. Kalau air kemasan yang dijual mereknya macam-macam diantaranya ada merek Evian yang juga banyak ditemukan Bandara Cengkareng Jakarta. Tidak lama kemudian, kami bertolak ke Toronto dengan Cathay Pacific dengan seri pesawat yang lebih besar. Bayangan kami tentu harus dengan pesawat berbadan besar karena perjalanan dari Hong Kong ke Toronto, Canada ditempuh dengan jarak sekitar 12.500 km dengan perjalanan sekitar 14 sampai 15 jam. Kami dengan teratur naik pesawat.Di atas pesawat, kami dalam di ruang yang sama, hanya terpisah, tidak sederet sebagaimana perjalanan dari Cengkareng ke Hong Kong. Sepanjang perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan itu, kami tidak banyak saling menyapa karena terpisah tempat duduk antara satu dengan lainnya. Kondisi itu dimanfaatkan dengan memberanikan diri bersosialisasi dengan penumpang lain dengan menggunakan bahasa Inggris pas-pasan sambil diselingi bahasa “Tarzan” jika sulit mengungkapkannya dalam bahasa Inggris. Kesempatan menyapa kawan-kawan partisipan exposure visit dilakukan saat menunggu antri menggunakan toilet. Begitu menginjakkan kaki di Toronto, kami disambut cuaca dingin yang menusuk sampai ke tulang. Memang cuaca di Toronto sangat jauh berbeda dari cuaca di Indonesia yang panas seperti di Jakarta, Makassar dan Surabaya. Cuaca di Toronto, pada siang harinya 7 C derajat dan pada malam harinya -2 C. Hanya saja karena angin relatif normal, maka cuaca dingin masih teratasi. Dari Bandara Pearson Toronto, kami sudah ditunggu perusahaan pengangkutan Red Car Service yang mengantar kami ke Delta Guelph Hotel yang berjarak sekitar 100 km dari Bandara Pearson. Kondisi Hotel sangat nyaman, apalagi setiap orang mendapat satu kamar biar lebih leluasa. Meski sudah lelah dalam perjalanan, kami tidak langsung tidur karena harus mengisi “kampong tengah” alias perut. Maka jalan keluarnya adalah memanfaatkan mie yang sudah dibawa dari Indonesia. Perbedaan waktu 11 jam dengan di Indonesia membuat kami tidak mengantuk karena sesungguhnya di Indonesia masih pagi. Jelasnya kami mengalami jetlag alias susah tidur karena perbedaan waktu. Tapi kami beruntung karena dalam tim ada Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Dr. Rasyidin, yang sudah mempersiapkan pil yang ternyata berhasil mengatasi persoalan susah tidur. Lebih beruntung lagi karena dalam tim ada Prof. Sattu Alang sebagai “Kepala Bagian” logistik --yang mempersiapkan segala sesuatunya perbekalan dan makan malam. Sebab, ternyata pihak hotel belum menyiapkan makan malam pertama. Lebih bersyukur lagi hampir semua peserta membawa “perbekalan” masing-masing berupa kue-kue, abon-abon, ikan teri kering, pop mie, dll. Hari Ahad 18 Nopember, kami punya waktu free untuk jalan-jalan sambil mencari keperluan sehari-hari seperti calling-card sekaligus melihat-lihat suasana Toronto. Syukur Alhamdulillah, semua peserta exsposure visit II segar setelah menempuh perjalanan panjang, dan kini siap untuk menjalani hari-hari berikutnya dengan berbagai kegiatan yang sudah diagendakan oleh SILE Project dan WUSC. Salam dari Toronto.

Kabar dari Toronto

Tanggal 17 Nopember 2012, kami mendampingi sejumlah pejabat dan dosen UIN Alauddin Makassar dan IAIN Sunan Ampel Surabaya ke Torornto, Canada dalam rangka program Expusure Visit II, kerjama Kemenag RI (Subdit Kelembagaan Diktis) dengan SILE. Ada Dr Nurman Said, Prof. Sattu Alang, Dr. Muliaty, Dr. Zainuddin MZ, Prof. Abdul Haris, Dr Nasir Siola, dan Dr Rasyidin. Perjalanan sungguh asyik dan menarik. Ada predeparture di hotel Sofyan Betawi dengan nara sumber Dr Tim, Dr Mary (perwakilan SILE), Prof. Hamdan Juhannis, Dr. Zaky, dan Dr. Mastuki. Ada banyak hal yang diungkap, antara lain: substansi program SILE, kemungkinan memperbincangkan MoU antar universitas untuk pengembangan model pengabdian masyrakat yang melibatkan mahasiswa dan masyarakat, kiat "menaklukkan" cuaca dingin Toronto, dan hal-hal lain yang mungkin terjadi. Asyik karena banyak hal-hal lucu yang ditemukan dan terjadi sepanjang perjalanan. Seperti ketika mau shalat dzuhur dan ashar di bandara Hong Kong yang ternyata ada prayer room yang dilengkapi dengan tempat wudhu. Saya tidak pernah terbayang bahwa di Hong Kong ada juga mushalla. Ada juga peserta yang "terheran-heran" dengan perlakuan pihak migrasi sejak di bandara Cengkareng sampai Hong Kong yang "mempreteli" semua jaket, dompet, sepatu, dan sabuk yang sedang dipakai. Di atas pesawat, ada peserta yang berkomunikasi dengan bahasa isyarat karena "keterbatasan" kosa kata dalam berkomunikasi bahasa Inggeris dengan teman duduknya di pesawat. Tapi komunikasi berjalan lancar. Menarik karena rata-rata peserta belum memiliki pengalaman di Toronto, kecuali pak Nurman Said yang memang magisternya di McGill Canada. Setiba di Toronto, kami masuk lagi di pemeriksaan migrasi Toronto. Kami melewati petugas satu per satu. Mulus. Hanya ada pertanyaan singkat dan standar dari petugas. Seperti: dari mana asalnya? ada keperluan apa selama di Toronto? dst. Dari perjalanan yang cukup melelahkan itu sekitar 18 jam ( 4 jam dari cengkareng ke Hong Kong, dan 14 jam dari Hong Kong ke Toronto) kami langsung ke Delta Hotel Guelph sesuai dengan arahan pak Dr Tim ketika kami di Jakarta. Tidak ada kendala yang berarti yang kami hadapi. Pak Nurman Said mengontak pihak Guelph dan ketika sudah konfirmasi, kami naik red Car Rental. Perjalanan berjalan lancar, dan kami tiba di Delta Hotel, lengkap dengan seorang resepsionis menyerahkan kamar kami satu per satu. Alhamdulillah, kami tiba dengan selamat dan dalam keadaan sehat wal'afiyat. Kami membuka perbekalan setiba di kamar hotel. Salam dari Toronto. Semoga program ini sukses dan dapat memberi manfaat bagi pengembangan model pengbadian pada masyarakat yang sudah barang tentu berbeda dengan kuliah kerja nyata yang selama ini kita praktekkan di tanah air. Wa Allah a'lam.

Rabu, 14 November 2012

Rhoma Irama

Rhoma Irama kembali menjadi perhatian publik. Secara mengejutkan si raja dangdut ini mendeklarasikan diri sebagai salah satu calon presiden alternatif. Beliau beragumen bahwa untuk maju menjadi calon presiden bukanlah dilatari oleh ambisi pribadinya tapi lebih kepada panghilan hati nurani dan tekad untuk mengubah pemerintahan yng dinilainya sidah jauh dari nilai-nilai luhur Pancasila. Bang Rhoma menyadari bahwa tugas presiden adalah tugas mulia tqpi berat. Tentu pencalonan Bang Haji Rhoma ini mendapat komentar dari banyak kalangan. Sebagian yang pksitif, tapi tidak sedikit yang negatif bahkan bernada miring. Ruhut Sitompul, politisi demokrat berkomentar sinis, bahwa untuk jadi calon presiden, bang Rhoma mestinya mengukur kompetensi dan kemampuan dirinya. Rido Rhoma putera Bang Haji berkomentar, kasihan sama ayah kalau mengemban tugas sebagai presiden. Sebab menjadi seorang presiden memang berat. Saya hanya teringat ketika Amerika mengalami krisis kepemimpinan. Ronald Reagen si bintang film mencalonkan diri, dqn ikut bursa pemilihan presiden.Dan ternyata beliau menang. Saya tidak bisa membayangkan kalau Bang haji betul-betul mencalonkan diri. Akankah Indonesia bernyanyi? Indonesia berjoget? Indoneska berdangdut ria? Wa allah a'lam

Dr S.H. Sarundajang

Doktor Sinyo Harry Sarundajang adalah gubernur Sulawesi Utara. Sebelumnya beliau adalah menjabat sebagai Inspektur Jenderal Departemen Dalam Negeri. Beliau juga pernah menjqbqt sebagai gubernur Maluku dan Maluku Utara. Beliau dipandang sebagai gubernur yang sangat sukses menyelesaikan konflik Ambon. Beliau disegani karena sukses menerapkan kepemimpinan yang majemuk. Sekarang beliau memimpin Sulawesi Utara. kampung halamannya. Terlihat kota Manado yang asri dan damai. Masyarakatnya yang majemuk hidup tenteram. Manado sering dan bahkan setiap harinya mendapatkan kunjungan turis manca negara. Manado juga terlihat asri dan tertata baik. Ini cerminan pemerintahan yang baik, berwibawa dan mengayomi. Tanggal 11 s.d 12 nopember 2012 para rektor Uin, Iain dan Ketua Stain mendapatkan kesempatan untuk silaturahim dan berkunjung ke kediaman pak Sarundayang di Minahasa. Jalan ke sana cukup berkelok dengan jarak tempuh sekitar 2 jam dari pusat kota Manado. setiba di kediaman beliau, rombongan langsung disambut dengan rumah kediaman yang berhalaman sangat luas. Ada patung kuda di halaman yang luas itu. Kami dan rombongan langsung disuguhi buah-buahan. Ada buah manggis, lengkeng, durian, dan rambutan. Aya menyelinap masuk keruang belakang yang dari ruang tamu sudah tampak sebuah perpustakan pribadi yang memiliki 15.000 judul buku, dan sekitar 24.000 buku. Pemandangan buku yang melimpah itu menarik perhatian kami. Para tamu lainnya kemudian masuk perpustakaan. Perpustakaan Dr Sarundayang tersebut memiliki koleksi dari berbagai cabang ilmu. Ada biohrafi tokoh-tokoh besar dunia seperti Barack Obama. Bill Clinton. Hillary Clinton, Nelson Mandela, Albert Einstein, J. Nehru, George Bush, bintang film, sastrawan, musisi, tokoh-tokoh heroik, dll. Ada juga buku-buku politik, admknkstrasi pemerintahan, hukum, al.Quran, Hadis, atlas. ada juga sejumlah bukj te.tang agama kristen dan katolik, agama Budhdha. Ada juga sederet buku karya Dr Sarundayang sendiri. Ada juga foto dan sejumlah penghargaan beliau dipajang di sekitar belajar beliau. pokoknya perpustakaan ini relatif memiliki koleksi buku yang memadai. Kebanyakan buku berbahasa Inggris. Saya sangat salut kepada pak Gubernur yang satu ini.

Ahok

Beberapa hari ini media melansir "kata-kata Ahok yang menohok". Ahok wakil Gubernur DKI Jakarta dalam beberapa rapat koordinasi yang digelarnya dengan Dinas Pekerjaan Umum dan dinas-dinas lainnya. Ahok menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan harapannya. seperti seorang notulen yang menulis tangan dengan secarik kertas hasil rapat, padahal di depannya ada lap top yang nganggur. Ada lagi persoalan proyek yang harus dipangkas 25%. ada juga sekolah yang telah mendapatkan bantuan yang cukup signifikan tapi tetap saja pembayaran murid dan siswanya melambung. Ini tidak logis kata Ahok. Ahok pun menegur langsung bawahannya itu. Bahkan biasa mengeluarkan kata-kata yang kurang pantas diucapkan oleh seorang pimpinan. Seperti akan memecat bawahannya tidak mau ikut gaya kepemimpinan dan kebijakannya. Hal ini sesungguhnya kurang laik bagi seorang pejabat publik. Mestinya Ahok segera mengubah gaya komunikasinya. Style dan gaya komunikasi Ahok keluar dari pakem seorang pejabat publik. mungkin saja Ahok tidak sensitif akan pentingnya psikologi sosial. Atau bisa juga sebaliknya bahwa sudah sangat bobrok birokrasi DKI Jakarta sehingga membituhkan pemimpin yang kuat dan kalau perlu gaya buldozer. Dari dulu, DKI Jakarta sangat birokratis sehingga penanganan masalah-masalah krusial. tidak cepat terselesaikan. Kemacetan, sungai Ciliwung, semberawutnya penataan kota, sampah, banjir, dan lain-lain. Gaya kepemimpinan yang sangat birokratis tentu sangat menghambat untuk mengurai persoalan krusial DKI Jakarta. Kita berharap kepemimpinan yang kuat sekaligus santun. Ada kesan dalam video Ahok melabrak tanpa tedeng aling-aling. Tentu saja gaya seperti ini tidak disenangi banyak orang. Tapi tentu maksudnya baik agar perubahan sgera terjadi. saya melihat Ahok itu tipe pekerja keras dan mau segera melihat perubahan. Sementara dunia birokrasi sangat lambat dan memiliki habit prosedural. Semoga saja terjadi mutual understanding, dan dapat saling memahami antara satu dengan yang lainnya. wassalam.

Jumat, 09 November 2012

Fenomena Dahlan Iskan

Pada acara International Conference on Islamic Studies ke-12 yang diselenggarakan di IAIN Sunan Ampel Surabaya menampilkan tokoh-tokoh nasional seperti Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr. M. Amin Abdullah, dll. Dahlan Iskan juga diundang baik sebagai jebolan IAIN Sunan Ampel Surabaya cabang Samarinda maupun kapasitas beliau sebagai seorang entrepreneur sukses. Sekitar pukul 17.05, saya mendapatkan tugas untuk menjemput pak dahlan di bandara Juanda Surabaya. Meskipun sudah terkenal bahwa pak Dahlan tidak suka dijemput, apalagi dengan ruang VVIP. Saya selalu mencari tahu bagaimana caranya bisa bertemu pak Dahlan untuk memastikan bahwa beliau betul-betul akan hadir pada acara AICIS. Alhamdulillah, akhirnya kami bisa bertemu dengan beliau dengan Mas Budi. Begitu keluar pesawat garuda, saya lihat ada wakil gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, pak Dahlan berjalan paling depan sambil ngobrol. Saya memperkenalkan diri, bahwa saya ini dari Kementerian agama. Dengan nada tinggi, pak Dahlan berucap: kok dijemput, untuk apa dijemput, siapa yang nyuruh untuk dijemput. Saya tidak kehabisan akal, saya bilang: “Saya hanya ingin mengucapkan: wel come kepada pak Dahlan sambil merangkul beliau. Lha, Surabaya ini kan kampungku. Tidak usah repot-repot untuk menjemput saya. Sambil beliau pamit untuk singgah di rumahnya dulu. Kemudian, menuju hotel Empire tempat acara. Saya masih mengajukan pertanyaan sekali lagi, Tapi Bapak tahu kan tempat acara. Tahu, tahu, jawabnya singkat. Kami mengantar beliau ke mobil Alvard, warna putih. Sambil membuka jendela mobil, pak Dahlan melambaikan tangan sambil berucap, terima kasih ya!!! Pak Dahlan, demikian beliau disapa adalah tokoh yang sangat katchy sekarang ini. Hampir semua media nasional dan lokal meliput sepak terjang pak Dahlan terutama yang terkait dengan “pemerasan” BUMN oleh beberapa oknum DPR. Pada acara AICIS pak Dahlan berkisah tentang pahit getirnya perjalanan hidup beliau. Sebermula beliau hidup di pesantren, tapi pesantrennya hancur oleh kebiadaban Partai Komunis Indonesia (PKI). Setelah itu, beliau merantau ke Samarinda. Merantaulah menjadi titik balik dalam kehidupan Pak Dahlan. Sebab, dengan merantau seseorang terlepas dari beban keluarga, beban social, dan termasuk beban pacar. Kalau saya tidak merantau pastilah saya menikah dengan anak petani juga. Merantau menjadi pesan yang sangat utama dari pak Dahlan. Hampir semua sukses karena berani merantau. Pada orasinya, pak Dahlan menyampaikan pentingnya memetakan komposisi masyarakat Indonesia. Mungkin karena kita terlanjur terlalu banyak mencetak sarjana ilmu-ilmu social sehingga kita terlambat maju. Ke depan, sudah saatnya dipertimbangkan mencetak sarjana teknik. Pak Dahlan juga beberapa kali menyinggung keunggulan Universitas Islam Negeri sebagaimana kesan beliau yang baru saja seminggu berkunjung ke UIN Syarifhidayatullah Jakarta. Pada sesi pertanyaan, semua calon penanya dipersilahkan naik kepanggung, dan dipersilakan menyampaikan pertanyaan satu per satu. Kemudian pak Dahlan menjawabnya, terkadang dengan jawaban yang panjang. Ada juga pertanyaan yang singkat saja. Ada yang bertanya tentang kesediaan pak Dahlan untuk menjadi pendiri salah satu universitas di Magetan tempat lahir beliau. Tapi pak Dahlan, dengan halus menolak. Alasannya, bahwa untukmengurus pendidikan harus dengan kesabaran dan nilai juang uang tinggi. Sudah terlanjur, hati saya pada wira usaha yang tentu tidak sama dengan habit pendidik. Kalau pengusaha selalu berpikir untuk mencari untung. Sementara pendidik tidak demikian. Ada juga seorang ibu (Rumah Tangga?) yang mengajukan pertanyaan bagaimana pak Dahlan berdisiplin untuk menjaga kesehatannya. Sebab, suaminya masih belum terllau tua sudah kena asam urat. Pak Dahlan menjawab dengan berkisah tentang penyakit yang diidapnya. Seperti ynag kit abaca lewat Koran dan buku yang ditulis beliau tentang tragedi penggantian hati beliau di Cina. Saya berkesempatan menjadi penanya kedua atau ketiga. Saya mengajukan pertanyaan bahwa untuk mmepercepat Indonesia maju, dan merawat generasi muda yang berpikir cerdas dan visioner, maka sesuai dengan pandangan pak Dahlan agar Universitas Islam Negeri menndapat perhatian khusus. Sebagai orang dekat Pak Presiden SBY, tolong pak Dahlan membisik beliau agar memberikan affirmative action terhadap IAIN-IAIN yang sedang proses mengajukan alih-status ke UIN. Di antaranya, IAIN Sunan Ampel Surabaya, IAIN Walisongo Semarang, IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, IAIN Medan dan IAIN Palembang. Pak Dahlan dengan semangat menjawabL “setuju”!!! Ada banyak yang dikemukakan pak Dahlan dalam orasinya mengenai membangun semangat entrepreneurship. Beliau yakin bahwa Indonesia sekitar 15 tahun ke depan pasti akan maju atau terpaksa maju. Sebab, ada sekitar 136 juta penduduk Indonesia yang berpikiran maju. Mereka ini adalah generasi maju yang tanpa sentuhan atau intervensi Negara mereka pasti akan maju. Negara yang penting tidak mengganggu mereka, pasti mereka akan survive. Mereka ini bercirikan: (a) tidak taat kepada pemerintah. Karena biasanya orang pintar dan sejahtera sudah sangat tidak tergantung kepada intruksi pemerintah. (b) maunya serba cepat. Sekarang lihatlah transportasi pesawat semakin diminati. Lihatlah Pelni yang terkadang hanya diisi oleh 500-an orang, itupun mereka adalah kelompok pedagang yang sedang membawa barang dagangan yang banyak. (c) ngomongnya vocal dan ceplos. Orang kalau sudah sejahtera, dan sudah independent pasti vocal karena tidak terikat kepada pemerintah. Mereka inilah yang akan memaksa pemerintah menjadi Negara dan bangsa maju. Setelah pak Dahlan selesai berorasi, langsung turun panggung dan menuju lift. Prof A’la (Rektor IAIN Surabaya) dan Prof Dede Rosyada ( Direktur Diktis) menyusul beliau. Tapi pak Dahlan mencegahnya, sambil berucap: tak usah diantar. Tapi kedua beliau ini tetap saja mengikuti pak Dahlan sebagai tanda penghormatan. Dalam lift, saya menggunakan kesempatan agar pak Dahlan mau membubuhkan tanda tangan pada buku yang ditulis Krhisna Pabichara dengan judul: Sepatu Dahlan (2012). Pada sampul dalam buku itu pak Dahlan menulis: Bang M. Zain, Seang bertemu Anda mala mini di Surabaya. Kemudian beliau menulis tanggal, dan membubuhkan tanda tangan di bawahnya. Pak Dahlan, memang pribadi energik, unik, dan nyentrik. Langkah dan sepak terjangnya sering tidak terduga. Jawaban-jawabannya juga demikian, sering mengejutkan. Selamat dan sukses pak Dahlan. Maju terus. Wa Allah a’lam.

Sahabat Karib

Sahabat adalah bahasa arab yang berarti kawan atau teman. karib juga bahasa Arab yang bermakna orang yang sudah berteman sangat dekat dengan seseorang. Sabahat ring satu. Konon, orang Jepang hanya bisa menjalin sahabat karib dengan teman-teman SMA mereka. Tentu fenomena ini berbeda dengan bangsa Indonesia yang gampang berkawan. Sesungguhnya ini adalah modal sosial bagi anak bangsa kita yang dengan mudah dapat berkawan dengan siapa saja. Saya tidak tahu mengapa orang Jepang sangat sulit meberi kepercayaan penuh kepada temannya selain kawan akrab semasa sekolah di tingkat menengah. Anak-muda Jepang sulit memberi kepercayaan penuh kepada teman yang mereka kenal semasa kuliah. Fenomena ini juga termasuk dalam persoalan bisnis dan urusan profesional mereka. Bersahabat karib memang bukanlah perkara gampang. Memberi kepercayaan penuh kepada seseorang juga tidak mudah. Apalagi dalam masyarakat yang low traust society, masyarakat yang rendah trust yang ditandai dengan gampangnya penipuan terjadi atau kongkalikong. Pemalsuan surat-surat penting seperti ijazah, KTP, SIM, surat akta tanah, surat nikah, dll. Ada hal yang sangat menarik, ada yang berpendapat bahwa salah satu ciri masyarakat yang rendah trustnya biasanya tanda tangan mereka sangat sulit untuk ditiru. Tanda tangan dibuat sangat rumit agar sulit dipalsukan. Sementara pada masyarakat yang sudah memiliki trust yang tinggi biasanya tanda tangan mereka adalah nama mereka sendiri. jadi mudah mengetahui pemiliki tanda tangan. Sementara kita sendiri, biasanya membubuhkan tanda tangan hanya "oret_oretan" yang terkadang pemilik tanda tangan sendiri terkadang sulit mengenali tanda tangannya. Pertanyaannya kemudian, bagaimana cara membangun trust dan memberi kepercayaan penuh di tengah masyarakat yang low trust itu? Saya teringat kepada dua bait syair Arab yang pernah didendangkan oleh Basysyar ibn Burd sebagai berikut: iza kunta fi kull al-umur mu'atiban.....shadiqaka lam talqa al-lazy la tu'atibahu....fa-'isy wahidan aw shil akhaka fa-innahu....muqarifu zanb-in marratan wa mujanibahu...Jika engkau mencela orang lain dalam segala hal, pasti engkau tidak akan menemukan orang yang tidak engkau cela....Karena itu, pilihannya (hanya dua) engkau hidup sendirian atau tetap bergaul dengan orang yang lain yang terkadang berbuat kesalahan atau menghindarinya. (Prof Machasin, "Bulan Sabit di Negeri Beruang Merah Sebuah Pengantar" untuk Buku Wan Jamaluddin, Islam dan Orientalisme Rusia, 2011).

Kamis, 08 November 2012

Sisi Lain AICIS 12

AICIS ke 12 (International Conference on Islamic Studies yang tahun ini dilaksanakan di IAIN Sunan Ampel Surabaya telah selesai. Pelaksanaannya cukup meriah meskipun gebyarnya di mass media masih kurang. Bahkan ada yang melihat AICIS kali ini kurang gregetnya. Tapi menurut hemat saya AICIS Surabaya cukup kental nuansa akademiknya. Paper-paper yang dibahas dan didiskusikan baik pada plenary session maupun pada parallel session menampilkan wajah baru kajian Islam Indonesia. Para presenternya juga kebanyakan dari kalangan muda. Bahkan kelihatannya tahun ini, AICIS dimeriahkan oleh kaum hawa, peneliti perempuan. Hal ini mengindikasikan bahwa masa depan kajian Islam Indonesia ada di tangan kaum muda dan kelompok perempuan. Itu berarti bahwa tugas-tugas keilmuan masa depan bertumpu pada mereka-mereka ini. Sisi lain penyelenggaraan AICIS adalah dihadirkannya tokoh-tokoh nasional yang selama ini memberi warna di tengah belantika kajian Islam nusantara. Seperti Prof. Azyumardi Azra (pakar Sejarah Islam), Prof. M. Amin Abdullah (Pakar Filsafat Islam), Prof. Nur Fadhil Lubis ( Pakar Hukum Islam), Prof. Atho' Muzdhar ( Pakar sosiologi Hukum), Arskal Salim, Ph.D ( Tokoh muda peneliti hukum), Prof. Ali Aziz, M.A ( Pakar Komunikasi Islam). Nara sumber luar negeri juga diundang untuk memberi nuansa dan pengayaan sebagai media untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman masing-masing. Prof. Mariam eit Ahmed ( Pakar dialog antar agama dan peradaban, dari Maroko), Prof. Efim Revzan (direktur Museum Rusia), Prof. Karim Crow (Malaysia), dll. Media massa menyebut AICIS tahun ini sedang menampilkan wajah baru Islam; mengusung terobosan besar dalam studi Islam Indonesia; mengurai resolusi konflik, dll. Semoga AiCIS tahun depan semakin menampilkan sisi akademik yang lebih kental dan menjadi rumah bersama dalam mendialogkan tradisi keilmuan Islam Indonesia, sekaligus mengapresiasi current issues kajian Islam. Semoga. Wa Allah a'lam.

Senin, 05 November 2012

AICIS ke 12

Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Ditjen Pendidikan Islam Kementerian agama RI sedang menggelar Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke 12 bekerjasama dengan IAIN Sunan Ampel Surabaya. AICIS ke 12 ini berlangsung dari tanggal 5 s.d 8 nopember 2012 bertempat di Empire Palace Hotel. Berikut kami kutip laporan panitia penyelenggara yang disampaikan oleh direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si: AICIS adalah Konferensi Tahunan Kajian Islam. Dari tahun ke tahun, AICIS membahas tema utama sesuai dengan kecenderungan kajian Islam Indonesia pada krun waktu tertentu, sehingga tema-tema AICIS cukup variatif. Untuk AICIS ke -12 tahun ini mengambil tema: “Meninjau Kembali Studi Islam: dari Teori ke Praksis”. Tema ini dimaksudkan untuk me-review sejumlah kecenderungan kajian keislaman di Indonesia pada khususnya. Terdapat Sembilan sub tema yang digagas pada sesi-sesi parallel. Yakni: (a) Pendidikan Islam di persimpangan jalan; (b) Hukum Islam dan politik konstitusionalisme; (c) Quo Vadis Komunikasi Islam (Dakwah); (d) Sastra Islam diantara berkembangnya budaya popular; (e) Teologi islam, perdamaian dan konflik; (f) Prospek Ekonomi Islam; (g) Integrasi ilmu pengetahuan antara ilmu-ilmu agama dan sains; (h) Pendidikan tinggi Islam: menuju pembangunan manusia Indonesia seutuhnya; dan (j) Isu-isu kontemporer. Sub tema tersebut akan dielaborasi dari berbagai pendekatan dan perspektif yang sesuai dengan nafas dan spirit tema utama. Ekpektasi dan respon masyarakat akademik terhadap kajian keislaman terus meningkat. Hal ini dapat dilihat pada jumlah paper yang masuk seleksi panitia dan para penulis serta penelitinya kebanyakan new comer (pendatang baru). Menurut catatan panitia terdapat 527 paper ( dibandingkan tahun 2011 yang lalu 377 paper/ makalah yang mendaftar). Dari 527 paper tersebut ada 133 paper yang lulus seleksi oleh tim penilai paper, dan diundang untuk presentasi pada acara AICIS tahun ini. Paper-paper yang lainnya tetap akan dimasukkan dalam e-book dan akan dicetak dalam proceeding AICIS. Selanjutnya, dari 133 paper tersebut, sebagiannya akan dipromosikan untuk dapat diterbitkan dalam jurnal internasional tentunya setelah selesai presentasi dan telah mendapat kritik dan catatan perbaikan dalam tim preview. Ada sesi khusus yang membahas integrasi ilmu. Perbincangan integrasi ilmu menjadi isu yang sangat penting terutama setelah diundangkannya Undang-Undang Pendidikan Tinggi nomor: 12, tahun 2012. Halmana ilmu agama sudah diakui sebagai salah satu rumpun ilmu sejajar dengan ilmu-ilmu social, ilmu alam, dan humaniora. Hal ini merupakan kemajuan luar biasa bagi pengembangan ilmu dan sains ke depan. Bahwa setiap ilmu dan sains yang hendak dikembangkan di republik ini harus dijiwai dan dinafasi oleh ilmu agama. Itu berarti, semua ilmu dan sains harus berujung pada peningkatan iman dan taqwa. Kami perlu laporkan juga bahwa terdapat beberapa acara pendukung AICIS tahun ini, yakni: (a) terdapat 100 peneliti muda yang diundang untuk supporting AICIS sekaligus untuk meningkatkan insight research mereka, (b) Para Pimpinan PTAI (Rektor UIN, IAIN dan Ketua STAIN) se-Indonesia ikut mengambil bagian pada sesi-sesi AICIS untuk membicarakan dan meneropong perubahan terkini serta kemajuan-kemajuan yang telah dicapai lima tahun terakhir di PTAI, (c) Para Direktur Sekolah Pascasarjana, baik pada UIN, IAIN, STAIN maupun Direktur Pascasarajana pada PTAI yang diselenggarakan masyarakat yang dibawah binaan Kementerian Agama RI juga menggelar acara tersendiri untuk melihat geliat intelektual dan tata kelola pascasarjana selama ini, (d) Para Pembantu Rektor Bidang Kerjasama juga menginisiasi pertemuan tersendiri untuk memeriahkan AICIS sekaligus berupaya membangun sinergitas antar perguruan tinggi dalam dan luar negeri terutama sekali pada AICIS ada sejumlah nara sumber luar yang dapat menjadi mediator untuk membangun kerjasama antar lembaga, dan (e) ada pameran karya-karya akademik dosen dan produk-produk PTAI untuk melihat current issues dan telah tumbuhnya budaya akademik di Perguruan Tinggi. Hasil-hasil plenary session dan parallel session AICIS tahun ini, diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan keilmuan keislaman untuk kemajuan bangsa yang mengedepankan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa. Akhir-akhir ini, redisain kurikulum menjadi isu hangat bagi pengembangan pendidikan anak-anak bangsa agar mereka dapat menjadi bangsa yang maju, berdaya saing tinggi dan bermartabat. Semoga saja AICIS lebih ke depannya. Sukses penyelenggaraannya, administrasi dan pelaporan keuangannya. Tentu juga sukses nuansa akademiknya. Sebab, AICIS ada ajang dan media komunuikasi antar pengkaji dan peneliti Islam. Di sanalah ruang ekspresi yang sangat representatif untuk melihat kemajuan dan geliat intelektual di kalangan pemerhati kajian Islam. Selamat dan sukses AICIS. Wa Allah a'lam.