Gallery

Sabtu, 29 September 2012

Pembibitan Dosen

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam via Direktorat Pendidikan Tinggi Islam menyelenggarakan program pembibitan alumni. Program ini dimaksudkan untuk menjaring bibit unggul calon dosen muda yang nantinya akan dikirim ke luar negeri. Calon dosen muda ini akan "dikarantina" selama beberapa bulan belajar bahasa asing dan metodologi. Bahkan juga akan diberikan materi tentang komunikasi antar budaya. Materi yang terakhir inijuga sangat penting untuk memuluskan proses belajar cados di manca negara. Dalam ujian dan wawancara ada cerita-cerita unik yang ditemukan Tim Penguji. Ada peserta yang menjawab bahwa motivasi dia mau belajar keluar negeri adalah untuk ziarah dan dekat dengan maqam Rasulullah shalla Allah 'alaih wa sallama. Ada juga yang tidak tahu mau mengembangkan bidang keilmuan tertentu. Karena latar belakang pendidikan strata satunya tidak menekankan pentingnya spesifikasi bidang keahlian. Ada juga yang sudah memiliki kemampuan bahasa asing yang memadai. Untuk yang terakhir inilah yang menjadi target panitia agar yang bersangkutan dapat segera dikirim ke luar negeri. Ada calon peserta yang sedang mengambil pendidikan Strata dua dalam negeri. Yang ini masih berharap lulus ujian dan bercita cita melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Ternyata semangat untuk menimbah ilmu ke luar negeri masih tinggi. Pertanyannya kemudian adalah apakah kualitas pendidikan tinggi di negara masih rendah sehingga belum menjadi kebangaan bagi anak bangsa. Ataukah di luar negeri setidaknya akan memperlancar bahsa asing, belajar budaya progresif, dan juga mengarungi pertarungan hidup. Tentu ada banyak kisah suka duka menuntut ilmu di luar negeri. Ada kawan yang mengaqmbil program filsafat di Inggris. Semula ia hampir frustasi ketika menyodorkan paper kepada professornya. Sebab, sang professor sangat mengharapkan keotentikan suatu tulisan. Berulang kali papernya dicoret dan diminta untuk diperbaiki. Pengalaman seperti ini tentu sangat berbeda dengan tradisi kepenulisan di dalam negeri. Semoga

Senin, 24 September 2012

Harta-harta

Prof Amin al-Khuli salah seorang mufassir bercorak sastra Mesir. Amin al-Khuli telah melahirkan banyak murid yang belakangan mengisi belantika tafsir al-Qur'an modern. Muhammad Khalafallah dan Prof A'isyah Abdurrahman Binti al-Syathi'i adalah murid Amin al-Khuli. Binti al-Syathi'i juga adalah murid sekaligus isteri beliau yang ketiga. Amin al-Khuli menulis buku kecil dengan judul: Min Hady al-Qur'an "fi Amwalihim; Petunjuk al-Qur'an tentang Harta. Demikian terjemahan bebasnya. Buku ini memuat pembahasan tentang pentingnya umat Islam memiliki harta tentu dengan cara yang halal. Memang sejatinya peradaban itu dapat "tegak" jika suatu kaum menguasai kepemilikan harta. Sebagai contoh kecil, suatu kaum hanya dapat menciptakan peradaban, seni yang tinggi jika kaum itu memiliki penguasaan harta yang melimpah. Pencipta dan penikmat seni umpamanya, hanyalah bagi orang-orang yang memiliki harta yang memadai. Orang yang miskin, tentu sulit menciptakan seni yang tinggi. Dalam kaitan ini tentu ada yang tidak setuju. Sebab, ada juga pandangan lain bahwa seni yang tinggi bukan satu-satunya ditentukan oleh penguasaan materi. Peradaban tinggi bukan hanya dapat dilihat pada tingginya piramid di Mesir, canggihnya pembuatan Candi Borobudur. Tapi seni yang tinggi juga ditentukan oleh seni susastra. Seni yang tinggi justeru ditentukan oleh imajinasi yang tinggi. Seingat saya, demikian pandangan Prof. Naquib al-Attas--pemikir Melayu yang sedang berdomisili di Malaysia, meskipun beliau adalah kelahiran Bogor, Jawa Barat. Tidak kurang 86 ayat dalam al-Qur'an yang memuat kata mal (harta) dengan berbagai derivasinya. Ada terma mal, malan, maliyatan, al-amwal, amwalan, amwalakum, amwaluna, amwalihim. Bahkan Abu Ubaid al-Qasim ibn Sallam menulis kitab khusus dengan judul: al-Amwal. Di dalam kitab ini, Abu Ubaid menjelaskan banyak hal tentang kewajiban pemerintah terhadap kesejahteraan rakyatnya, kedudukan harta, pembagian harta rampasan perang. Ada juga bab yang menjelaskan keutamaan bersedekah. Sudah barang tentu, orang yang memiliki harta yang memadailah yang dapat bersedekah. Ada juga bab khusus yang menjelaskan penguasaan atau kepemilikan sumur bagi sahabat tertentu termasuk Usman ibn 'Affan dan Ali ibn Abu Thalib. Sebab kala itu, siap pemilik sumur berarti yang bersangkutan memiliki kedudukan dalam masyarakat. Hal mana gurun pasir sangat membutuhkan air sebagai sumber penghidupan. Pada sumur dan lembahlah kehidupan itu bermula. Demikian. Semoga bermanfaat.

Sabtu, 22 September 2012

Berenang

Allimu awladakum al.sibahah wa al.rimayah. Ajarilah anak-anakmu berenang dan memanah.Demikian sabda Nabi Muhammad shalla Allah 'alaih wa alih wa sallama. Berenang bukan sekedar berenang. Berenang adalah olah raga yang juga berfungsi untuk terapi. Konkn, dengan berenang agresifitas seorang anak akan dapat teratasi. Bahkan, di pelosok pedesaan cara mengobati seseorang yang depresi dengan cara mencemplungkan yang bersangkutan ke laut. Hal ini diyakini dapat mengurangi depresinya. Sedang olah raga memanah juga berfungsi agar seseorang dapat fokus mencapai sesuatu. Saya teringat peristiwa naas yang menimpa beberapa anggota dewan yang sedang kungker di Manado. Selesai dari Bunaken, mereka merapat ke pelabuhan. cuaca lagi memburuk. dan kapal yang ditumpanginya menabrak dermaga. Kapal pecah.

Baharuddin Lopa

Prof Baharuddin Lopa dikenal sebagai sosok penegak dan pendekar hukum di Indonesia. Beliau dikenal sebagai seorang yang tegas, konsisten, berani, jujur dan sangat independen. Bahkan menurut koleganya, pada setiap tempat tugas barunya, Pak Lopa selalj berbeda dan bertabrakan dengan pejabat teras di daerah tersebut. Di Aceh, Kalimantan Barat umpamanya. Pak Lopa biasanya juga tidak lama menjabat di suatu tempat. Kalau ditanyakan kepada beliau, apakah suasana seperti itu menunjukkan ketidaksenangan pak Harto kepadanya, pak Lopa menjawab bahwa justeru itulah bukti pemerintah sayang kepadanya. Jadi, Pak Lopa ini orang sangat husnuz zan, berbaik sangka kepada pimpinan. Suatu waktu, Husni Jamaluddin --presiden penyair--yang juga koleganya bertanya: mengapa Pak Lopa demikian lurus dalam menegakkan hukum. Beliau menjawab dalam bahasa Mandar: masiri' tau, apa Mandar'i tau. Kita malu berbuat tidak jujur sebagai orang Mandar. Di harian Republika, beliau pernah menulis artikel dengan judul: Hal kecil berdampak besar. Pak Lola bercerita tentang suasana pembahasan kitab kuning yang dipimpin oleh pamannya di Pambusuang, Polewali Mandar. Telaah dan pembacaan kitab tidak berjalan lancar sebagaimana biasanya. Masalah sulit terpecahkan. Sampai Kyai Muhammad bertanya kepada keluarganya yang menyuguhkan minuman. Darimana sumber hidangan yang dihidanhkan kala itu? Setelah diusut, ternyata kayu yang dipakai menanak air panas bersumber dari daun kelapa kering sang tetangga. Daun kelapa sang tetangga tersebut diambilnya tanpa sepengetahuan tetangganya yang kebetulan sedang berada di seberang. Kyai Muhammad memerintahkan keluarganya agar mencari orang tersebut dan meminta halal daun kelapanya. Demikianlah, setelah semuanya selesai, lancar pulalah pengajian kitab tadi. Suasana keluarga santri yang seperti itulah yang menerpa pak Lopa. Sangat ketat dan hati-hati dalam memelihara kebersihan makanan yang dikonsumsinya. Pada suatu waktu, saya membaca testimoni Dr Hamid Awaluddin di harian Kompas. Pak Hamid ketika sedang menulis disertasi dan sedang berada di Indonesia untuk kepentingan riset. Pak Hamid menemui pak Lopa di Kantornya, Lapas Salemba, karena beliau sebagai Dirjen Lapas. Setelah wawancara selesai, dan tibalah waktu makan siang. Pak Lopa memiliki nasi kotak. Nasi kotaknya itu dibagi dua, separoh untuk beliau dan selebihnya untuk pak Hamid, demikian pula dengan lauknya. Ayam goreng juga dibagi dua. Setelah selesai makan, pak Lopa memberi ongkos angkot sebanyak sekitar rp.7.500 kepada pak Hamid, sambil menunjukkan arah ke Blok M menuju Ciputat lengkap dengan keterangan metromininya. Pak Lopa dengan dialek Mandarnya berucap: kalau Anda tiba di panyingkul--perapatan--naik oto merah--naik mobil merah. Demikian kejujuran, kesederhanaan hidup pak Lopa. Sewaktu saya masih di pesantren Salafiyah, Bonde, Campalagian, guru saya Kyai Muhammad Zein kedatangan tamu dari Jakarta. Seorang ibu berkulit putih yang ditemani oleh puterinya. Mereka naik mobil Datsun. Belakangan saya tahu bahwa beliau adalah ibu Hajnah Indrawulan, isteri pak Lopa, sang pendekar hukum itu. Waktu sekitar tahun 1984 atau 1985. Si ibu itu bercerita bahwa kakak kandungnya ada masalah pembagian harta warisan. Kalau perkaranya sampai ke pengadilan, maka pak Lopa tidak akan membantunya. Sang isteri akan diperlakukan layaknya orang biasa yang sedang mencari keadilan. Tidak ada perlKuan istimewa. Kyai saya menasehati sang ibu untuk mendukung suaminya yang demikian tegasnya dalam menegakkan keadilan. Sang Ibu, lalu memperkenalkan puterinya yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Indonesia, Jakarta. Pada saat terjadi UMI "berdarah", pak Lopa turun lapangan untuk mengecek langsung peristiwa tersebut. Husain Abdullah, wartawan RCTI menawarkan tumpangan kepada pak Lopa, tapi beliau menolak dengan halus, dan memilih untuk naik angkot. Kata pak Lopa, ia sudah mendapatkan SPPD. Jadi kalau menerima tawaran pak Husain Abdullah, berarti beliau sudah menyeleweng. Pada malam harinya, saya membuat janji dengan kawan saya Dr Wajidi agar saya bisa silaturahim dengan pak Lopa. Saya tiba di rumah kediaman beliau ba'da maghrib. Saya sesungguhnya tidak memiliki agenda penting. Saya hanya ingin bertemu dengan sang pendekar hukum yang sudah lama menjadi buah bibir itu. Setelah kami masuk di ruang tamu, seorang perempuan paroh baya turun dari lantai dua dan bertanya apa maksud kedatangan kami. Saya jawab sekenanya: mau silaturahim. Pak Lopa rupanya mendengar percakapan singkat kami. Dan beliau setengah berteriam bertanya: innai dio. Siapa yang datang. Si perempuan paroh baya menjawab: temannya wajidi--yang kebetulan masih keponakan pak Lopa. Pak lopa bertanya lagi: apa akkattana. Apa maksud tujuannya. Tidak lama kemudian, beliau menemui kami di lantai satu. Beliau langsung mempersilKan kami untuk makan malam. Sambil makan, saya mengajukan perrtanyaan sekitar huru hRa makassar. Sambil makan, saya juga melihat lihat perpustakaan pribadi pak Lopa yang ternyatabuku karya Sayyid Quthub, tafsir fi zilal al.Quran menjadi koleksi utama beliau. Tidak lama kemudian, datanglah seorang ibu Cina yang sambil menangis ia juga mengadukan masalahnya yang terkait dengan tanah. Pak Lopa dengan sangat bedsemangat akan membantu sang ibu itu. Demikianlah secuil perkenalan saya dengan sang pendekar hukum itu.

Kamis, 20 September 2012

Pembuang Waktu

Peter F. Drucker menegaskan hal-hal yang dapat menjadi pembuang waktu dalam organisasi. Di antaranya kelebihan staf, mengandalkan tim ahli dan kebanyakan rapat. Kelebihan staf dalam sebuah organisasi sesungguhnya membuat suatu organisasi bekerja dengan lambat. Sumber daya manusia yang berlebihan justeru akan membebani organisasi tersebut. Drucker benar. Mungkin inilah yang terjadi pada birokrasi kita selama ini yang terlalu 'gemuk'. Sehingga ada yang berpendapat bahwa birokrasi kita hanya mampu berjalan 5 meter. Setelah itu, jatuh tersungkur. Gejala lain adalah memanfaatkan jasa konsultan atau outsourching. Kalau ada prestasi yang gemilang, seorang direktur justeru memuji dan mengeluk elukkan sang expert atau si konsultan. Sementara pejabat yang menangani tupoksi tersebut sepertinya seperti kambk.g congek, tidak mendapat apresiasi apa-apa. Padahal, sesungguhnya kalau ada persoalan di belakang hari, justeru dia yang harus bertanggung jawab penuh. Peter Drucker juga mengkritik sebuah perusahaan atau organisasi yang terlalu banyak mengadakan rapat. Rapat adalah pembuang waktu. Kebanyakan rapat berarti pejabat sedang tidak bekerja. Tapi ada pameo yang mengatakan bahwa pejabat itu justeru bekerja kalau sedang rapat. Terlalu banyak rapat selalu merupakan pertanda bahwa struktur pekerjaan yang buruk dan pasti ada komponen organisasi yang salah. Terlalu banyak rapat sebagai pertanda bahwa tugas-tugas dan tanggung jawab terbelah. Demikian tegas Drucker dalam The Effective Executive, 2006.

Falsafah Hidup Buya Hamka

Buya Hamka adalah seorang ulama-cendekia. Ia dikenal sebagai seorang ahli tafsir, sastrawan, dan menulis banyak hal. Beliau menulis tafsir al-Azhar yang ditulisnya ketika beliau mendekam dalam penjara di era Bung Karno. Beliau juga menulis sejarah Islam, Tenggelamnya kapal Vanderweijk, Ayahku, di bawah lindunga Ka'bah, dll. Ia seorang muballigh yang handal dan juga penulis yang piawai. Ia dekat dengan hati umat. Teguh pendirian. Salah satu prinsip hidup beliau adalah istiqamah dan sangat menjaga kehormatan diri. Sesuai dengan falsafah hidupnya sebagai berikut: "Dalam kerendahan diri, ada ketinggian budi, "Dalam kemiskinan harta, ada kekayaan jiwa, "Dalam kesempitan hidup, ada keluasan ilmu, "Hidup ini indah jika segalanya kerana Allah S.WT.

Peduli

Daniel Goleman penulis buku: Social Intellegence menegaskan ilmu baru tentang hubungan antar manusia. Rupanya hand phne dan alat-alat komunikasi lainnya telah mengisilasi kita. Padahal, alat komunikasi tersebut berfungsi untuk "menghubungkan" kita dengan orang lain. Bahkan ada statemen yang mengatakan bahwa salah satu fungsi hand phone adalah mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat. Coba kita perhatikan, sekelompok orang yang sedang menunggu pesawat di air port, stasiun kereta api, terminal ataupun di kantor. Sering kita melihat mereka asyik berkomunikasi dengan orang yang jauh dari sisinya. Sementara ada banyak orang yang ada di sekitarnya, tapi tidak juga disapanya. Di sinilah pentingnya meningkatkan kepedulian antar sesama. Ada kisah calon pastor, 40 orang belajar khutbah. Dan yang diajarkan adalah kebaikan orang-orang Samaria. Latihan khutbahnya pada dua gedung yang bersebelahan. Di antara dua gedung tersebut ada orang ang sakit dengan penuh penderitaan. Tapi calon pastor tadi melewatinya begitu saja. Hanya sedikit di antara mereka yang peduli. Di sini terlihat, kepedulian sosial calon pastor tersebut sangat sedikit. Mungkin juga kita sebagai masyarakat kota sering menyaksikan hal yang sama, tapi kita tidak peduli. Benarkah kepedulian sosial masyarakat kota menurun? Dari pengalaman Daniel Goleman sendiri. suatu waktu, pada kereta api bawah tanah. Di tangga ditemukan seorang gembel yang terkapar. Orang lalu-lalang, dan hanya melangkahinya. Goleman peduli, dan mencoba cari tahu, mengapa orang tersebut tergeletak. Yang lainnyapun sibuk mencari makan dan minum. Dan orang tersebut digotong pakai troli. Beberapa saat kemudian, ia siuman. Ternyata orang tersebut adalah berkebangsaan Spanyol, sedang jalan-jalan, dan kehabisan uang. Semoga kita dapat peduli antar sesama. Wa Allah a'lam.

Rabu, 19 September 2012

Inovator Ilmu

Pada tanggal 12. s.d 14 september 2012 yang lalu, Direktorat Pendidikan Tinggi Islam menyelenggarakan kegiatan menarik yaitu inovasi keilmuan. Kegiatan tersebut melibatkan pemikir-pemikir muda perguruan tinggi agama yang selama ini menekuni dan merawat pengembangan ilmu. Nara sumber yang diundang pada acara tersebut, antara lain: Prof. Imam Suprayogo, Prof Amin Abdullah masing-masing membahas integrasi dan interkoneksi ilmu. Prof Mulyadi Kartanegara juga mendapat kesempatan tampil untuk membahas: Membangun Tradisi Ilmiyah Islam. Ada lagi Dr Mukhlis Hanafi, tokoh muda yang mengkaji geliat intelektual Islam untuk pengalaman Mesir dan negara timur tengah lainnya. K.H. Jalaluddin Rakhmat cukup memukau yang secara khusus membahas tradisi al-Jarh wa al-Ta'dil. Para peserta disamping mendapatkan refleksi dari para nara sumber, mereka juga mendapat kesempatan untuk sharing idea mengenai temuan-temuan baru bagi bidang keahlian yang mereka tekuni selama ini. Sesi ini cukup hangat. Bahkan ada peserta yang sampai "mengebrak" meja, tapi tetap bisa mengendalikan diri. Beberapa hal penting yang dihasilkan workshop inovator keilmuan ini, antara lain: 1. Kita harus mempunyai mimpi besar (the big dream) untuk membangun peradaban Islam. Yaitu dimulai dengan membangun tradisi ilmiyah dan "mencintai" serta "merawat" turath. Sebab, turath itu sesungguhnya merupakan riwayat kesehatan umat. Tentu saja, kita tetap harus membaca turath secara kreatif. Khazanah intelektual muslim demikian melimpahnya dan sangat kaya, baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Tradisi ilmiyah, tradisi kritik sesungguhnya sudah sangat berkembang pada abad tengah. Para khalifah sangat menghargai dan menghormati ilmuan. Perhatian kepada pengembangan ilmu juga sangat tinggi. 2. Kita merindukan lahirnya tokoh-tokoh besar (the giants) seperti Imam Ibnu Jarir al-Thabary, Imam al-Ghazali, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, al-Suyuthy, Imam al-Jahiz, Abu Hanifah, Abu Yusuf, Imam al-Syafi'i, Omar Khayyam, al-Biruny, Ibnu Taimiyah, dll. 3. Tradisi kritik. Ibnu Hibban dalam kitab al-Majruhin mengkritik sekitar 500 tokoh hadis.Imam al-Bukhary telah menghapal 300.000 riwayat, dan setelah menyeleksinya tinggal sekitar 7.000 dalam kitab shahih-nya. Kalau redaksi hadis tidak dihitung yang berulang lafaznya, maka hanya 3.000-an yang shahih. Luar biasa kritik yang dilakukan Imam al-Bukhary ini. Dalam filsafat Islam juga demikian. Imam al-Ghazali tidak setuju dengan para filosof sebelumnya, maka beliau melancarkan kritik ;ewat karya monumnetalnya: Tahafut al-Falasifah. Belakangan muncul Ibnu Rusyd yang juga mengkritik Imam al-Ghazali lewat kitabnya: Tahafut al-Tahafut. Bahkan, konon Imam al-Ghazali muda telah sering melancarkn kritik kepada gurunya Imam al-Juwainy masih hidup. Begitu kerasnya kritik Imam al-Ghazali sampai-samlai gurunya berujar: "apakah Anda tidak sabaran lagi, mau melihat saya lebih cepat mati lalu menggantikan saya"! 4. Tradis menulis. Imam al-Ghzali pernah berkata: "sepudar-pudarnya ilmu yang ditulis, jauh lebih baik daripada pikiran cemerlang tapi tidak ditulis. Untunglah Plato menulis. Meskipun ia tidak sependapat dengan Socrates gurunya yang masih berpendapat bahwa hikmah, wisdom bukan di kertas, tapi tertanam di hati manusia. Ternyata tulisan itu "abadi". 5. Untuk mengapresiasi kekinian dan "bersahabat" dengan globalisasi, kita harus segera melalukan "FRESH IJTIHAD". Kita harus kaya dengan perspektif. Kita perlu warna-warni. Kita juga perlu mengapresiasi temuan-temuan sains modern. Kita juga harus melihat dan mengapresiasi pengalaman otentik "rekonstruksi sosial" masyarakat muslim di beberapa wilayah di nusantara, seperti Poso, NTB, Banten, Aceh, Daya, Madura, dll. Pola ijtihad kita tentu tetap mengapresiasi turath abad klasik dan abad tengah, dan pada saat yang sama harus memiliki kecanggihan metodologis untuk "bersahabat" dengan globalisasi serta temuan-temuan sains modern. Sekali lagi, perlu melakukan Fresh-Ijtihad. Wa Allah a'lam.

Selasa, 18 September 2012

Serba-serbi Munas Ulama NU

Saya menghadiri Munas Ulama NU di Kempek Cirebon, Jawa Barat. Munas Ulama ini satu tingkat di bawah MUktamar NU. Munas Ulama ini berlangsung dari tanggal 14 s.d 17 September 2012. Munas Ulama dibku oleh K.H. Sahal Mahfudz—ulama kharismatik—dan akan ditutup oleh Presiden RI, pak SBY. Saya menyaksikan betapa ramainya Munas Ulama tersebut. Ada Bazar yang menjajakan aneka kuliner khas Cirebon dan kuliner nusantara. Di samping itu, di arena Bazar juga ada stand Balitbang Kemenag yang menggratiskan buku-buku terbitannya. Ada lagi sejumlah stand lainnya yang juga menjual buku produknya. Yang menarik ada sebuah stand yang khusus menjual Karya Tafsir al-Jailany, Manaqib dan lainnya. Saya tertarik untuk mengoleksi karya Wali al-Quthub Syekh Abdul Qadir al-Jailany. Karya Syekh Abdul Qadir al-Jailany ini menarik karena kebetulan ditahqiq Dr Syekh Fadhil al-Jailany—yang masih memiliki garis keturunan Syekh Abdul Qadir al-Jailany. Bahkan dikabarkan oleh orang dekat Abah Anom, Suryalaya bahwa suatu waktu Abah Anom meminta kepada murid-muridnya yang sedang menunaikan ibadah haji agar mencari karya Tafsir Syekh Abdul Qadir Jailany di Mekkah. Tapi mereka sudah maksimal mencarinya, tapi tidak mendapatkannya. Lama kemudian, datangnya Dr Syekh Fadhil ke Jakarta, dan diupayakan pertemuan dengan Abah Anom, yang waktu sudah sangat sepuh di Suryalaya. Menurut penuturan orang dekat Abah Anom, begitu bertemu antara Abah Anom dengan Syekh Fadhil mereka berangkulan sangat erat, dan seakan-akan mereka berdua sudah lama akrab. Sesungguhnya Abah Anom sudah lama tahu bahwa Wali Quthub Syekh Abdul Qadir al-Jailany memiliki kitab tafsir. Kembali kepada Munas Ulama yang ramai tadi. Ada banyak poster dari pengurus dan badan otonom PBNU seperti LAZISNU, PCNU dari berbagai wilayah di Indonesia, iklan-iklan lainnya. Ada lagi komisi Qanuniyah, komisi maudhu’iyah waqi’iyah, media center, tempat khusus untuk bedah buku, pameran dan koleksi para pendiri serta tokoh NU, komisi rekomendasi. Yang menarik ialah komisis waqi’iyah yang sedang membahas hot-issues—isu-isu hangat seperti moratorium pembayaran pajak karena maraknya korupsi, risywah siyasiyah—haramnya money politic dalam PILKADA dan pemilihan calon legislative. Ada juga pembahasan mengenai pemilihan gubernur dan Bupati sebaiknya dengan perwakilan dan bukan pemilihan langsung sebagaimana halnya sekarang ini. Disamping memakan biaya yang tidak sedikit juga merusak tatanan berdemokrasi. Pendeknya, PILKADA dengan money-politicnya tidak mendidik rakyat menjadi lebih baik. Jadi, lebih banyak mudharatnya daripada mashlahatnya. Wa Allah a’lam.

Selasa, 11 September 2012

Sahabat Sejati

Di era sekarang sahabat sejati sudah luntur. Rasanya, sudah sulit mendapatkan kawan sejati. Konon, orang Jepang dalam membangun kerajaan bisnisnya hanya memilih teman-teman SMA-nya sebagai mitra bisnisnya. Orang Jepang tidak mudah membangun trust dengan teman-teman kuliahnya. Mungkin mereka berpendapat bahwa teman-teman SMA itu adalah teman sejati. Sebab, ketika belajar di SMA semuanya masih asli. Anak usia remaja belum bisa "berpolitik". Anak SMA dalam bergaul masih lugu. Mereka masih asli. Fenomena ini tentu berbeda ketika mereka sudah duduk di bangku kuliah. Konon, pada masa revolusi kemerdekaan antara Natsir, Bung Karno dan Sutan Sjahrir sering berbeda dan berdebat sangat hangat dalam forum-forum nasional. Tentu hal ini dipicu oleh perbedaan pandangan dan haluan pemikiran di antara mereka. Tetapi, mereka tetap bisa membangun kesetiakawan. Dalam forum mereka berdebat sangat hangat, di luar forum mereka masih bisa tertawa bersama dan saling traktir makan. Menarik kan? Fenomena sekarang tentu lain lagi. Ada kawan yang berseloroh, sekarang ini pilihannya ada dua. Apakah memakai teori panjat kelapa atau panjat pinang. Teori panjat kelapa adalah membiarkan kawan kita berkarya, berkarier dengan baik. Biarkan ia menjalani hidupnya secara alami. Seseorang yang kebetulan menjabat, biarkanlah ia menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Nanti pada saatnya, ia juga akan selesai. Tidak perlu ada skenario untuk "menjatuhkan" kawan sendiri. Ibarat kelapa kalau sudah tua akan jatuh sendiri. Teori kedua adalah panjat pinang sebagaimana selalu dipertontonkan pada saat menjelang peringatan hari proklamasi. Setiap ada kawan yang ingin menggapai puncak, maka ramai-ramailah kita menariknya turun. Kalau perlu, batang pinangnya dikasih pelicin agar siapapun yang mau mencapai puncak akan tergelincir dan terjatuh. Demikian seterusnya. Sehingga sulitlah kita mendapatkan kader yang mumpuni untuk menaklukkan licinnya batang pinang itu. Semoga saja atraksi panjat pinang setiap menjelang peringatan proklamasi itu hanyalah seremoni belaka. Dan tidak menggambarkan fakta yang sesungguhnya yang terjadi di masyarakat. Pertanyaannya kemudian, di manakah sahabat sejati itu?

Senin, 10 September 2012

Toleransi

Yohanan Friedmann menulis buku dengan judul: Tolerance and coercion in Islam interfaith relations in the muslim tradition, 2003. Buku ini memuat catatan praktik toleransi umat Islam, dan juga perilaku intoleransi dalam sejarah Islam. Kajian ini juga didasarkan pada al.Quran, hadis dan catatan sejarah Islam. Friedmann menulis: the purpose of the present study is to survey and analyze a substantial body of Sunni Muslim tradition relevant to the notions of religious tolerance and coercion, religious diversity, hiecrachy of religions, the boundaries of the muslim community and the ramifications of all these on several topics in classical islamic thought and law. I have made wide us of the hadith collections and of exegesis on the relevant Qur'anic verses.

Killing Giants

Membunuh raksasa. Itulah kata yang tepat untuk buku karya Stephen Denny, 2011. Ada 10 strategi ampuh untuk melejitkan produksi bagi perusahaan yang tidak tergolong besar. Salah satu strateginya ialah speed. Kecepatan. Sebab, dengan kecepatan itulah si kecil dapat menaklukkan raksasa. Denny menulis: Giants have a culture of process. You have a culture of speed. They enter a first- phase evaluation. You launch a product. They form a steering committee. You launch a second-generation product. They form a "tiger team" to study your first -generation product while you ship your third-generation product. They can't hit what they can't catch. Win on speed. Raksasa, perusahaan besar memiliki kultur serba proses dan mementingkan prosedural. Sedangkan perusahaan kecil mengandalkan budaya cepat. Si raksasa sibuk melakukan evaluasi. Sedang si kecil sibuk melaunching produknya. Si raksasa sedang membentuk stering committee. Sedang si kecil melaunching produk generasi kedua. Si raksasa sibuk membentuk tim macan untuk melakukan studi terhadap produk generasi pertama si kecil, pada saat itu pula si kecil sudah mempersiapkan produk generasi ketiga. Ternyata, yang menang adalah siapa yang paling cepat.

Kyai Ali

Kyai Ali yang dimaksud dalam tulisan ini ialah Prof K. H. Ali Yafie. Kyai Ali adalah sosok ulama kharismatik yang sangat disegani karena ketinggian ilmunya dan kewara'annya. Dalam perjalanan kariernya, Kyai Ali adalah sosok santri yang otodidak. Beliau bisa menguasai beberapa bahasa asing selain arab, seperti bahasa Belanda. Kyai Ali sebermula masik ke kota metropolitan sebagai anggota dewan. Setelah itu, beliau menjadi rektor Institut Ilmu al.Qur'an. Selanjutnya, beliau sebagai Ketua PBNU, ketua MUI. Ada banyak hal yang menarik dalam perjalanan hidup Kyai Ali. Sewaktu, beliau diundang ke istana dengan sembilan orang tokoh nasional lainnya, pak Harto meminta saran mengenai reformasi. Dari sembilan Tokoh tersebut hanya Kyai Ali yang berani menyampaikan kepada presiden Soeharto bahwa yang dimaksud reformasi oleh mahasiswa, Bapak harus turun dari jabatan presiden. Pernyataan Kyai Ali itu menjadi perhatian pak Harto untuk selanjutnya Dalam suatu kesempatan silaturahim wqrga Sulawesi Selatan, Kyai Ali menegaskan beberapa hal yang harus diperhatikan supaya kita selamat dunia akhirat, antara lain: 1. Karakter santri. Kyai Ali kembali menegaskan dirinya sebagai santri yang senantiasa cinta ilmu, mau belajar dari mana pun datangnya ilmu itu. Dan bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kita harus belajar darinya. 2. Dalam Lontara' Latoa dijelaskan tentang ciri cerdik cendekia, yakni: narekko mappammulai ada, na sibati' ( kalau bicara, kata-katanya pantas dan sesuai yang diharapkan audensinya. Narekko duppai ada, pasau' (kalau berdebat, ia pasti menang). Sebetulnya masih ada dua lagi, tapi saya lupa. 3. Beliau juga menjelaskan kegiatan kesehariannya pada usia senjanya. Beliau sudah cukup sepuh pada umur 88 tahun dengan perhitungan tahun hijriyah. Setiap minggu beliau berupaya untuk datang ke Ancol, jalan-jalan pagi, menikmati sinar matahari pagi, dan menghirup udara laut. Berjalan-jalan pagi, beliau masih sanggup berjalan tanpa alas kaki sepanjang 3 km. Matahari pagi sangat dibutuhkan tubuh manusia terutama pada jam 7 sampai 9 pagi. Hampir semua makhluk membutuhkan sinar matahari. Setelah itu, beliau menghirup udara laut. Udara laut yang bersih sangat kita butuhkan. Bahkan secara spiritual, laut dapat "mengurangi" rasa kibr (sombong) seseorang. Apa yang bisa banggakan dngan melihat lautan yang sangat luas itu. Dalam hitungan detik, Tsunami Aceh dapat memporak-poranda Aceh. Demikian seterusnya. 4. hal yang menarik, pada usia yang cukup sepuh Kyai Ali Yafie masih sangat fasih dalam berbicara, cerdas, dan teratur serta sistematis. Kata-katanya hampir tidak ada yang berulang. Pikirannya masih bernas. Mungkin inilah salah satu pertolongan Tuhan terhadap beliau yang menjalani hidupnya dengan sederhana dan bersih. Sepanjang perjalanan hidup Kyai Ali, beliau menjalaninya dengan lurus-lurus saja. Tidak pernah kita mendengar ada sesuatu yang mengurangi marwah dan mmuru'ah beliau sebagai cendekiawan, dan sebagai ulama sekaligus. 5. Kita masih ingat perdebatan SDSB yang ketika itu beliau berseberangan dengan Kyai Abdurrahman Wahid ( Gus Dur). Kyai Ali lebih memilih untuk keluar dari PBNU daripada menerima sumbangan SDSB. Kala itu heboh. Dan pendirian Kyai Ali tetap. Tidak goyah sedikitpun. Ini sosok yang harus kita teladani terutama era sekarang yang cenderung carut marut.

Rabu, 05 September 2012

Eric Maskin

Eric Maskin adalah penerima hadiah nobel ekonomi tahun 2007. Maskin lahir 12 Desember 1950 di New York, AS. BA bidang matematika tahun 1972 di Harvard University. MA bidang Applied Mathematics, tahun 1974 di Harvard University. dan Ph.D bidang yang sama pada tahun 1976 juga di Harvard University. Penerima hadiah nobel ekonomi ini kepada Harian Kompas menjelaskan pandangannya bahwa mengukur pembangunan hanya dari produk domestic bruto dan pertumbuhan ekonomi menghilangkan kenyataan ada ketimpangan di masyarakat dalam menikmati hasil pembnagunan. Sebab produk domestik bruto hanya melihat pendapatan secara rata-rata dan pertumbuhan ekonomi tidak melihat manfaat pembangunan pada manusia. Demikian laporan harian Kompas, 5 september 2012, h.1 Lanjut Maskin, ada banyak cara untuk mengukur apakah pertumbuhan ekonomi berdampak pada kesejahteraan masyarakat, seperti umur harapan hidup, angka kematian bayi, dan angka partisipasi sekolah. Kaushik Basu menambahkan cara lain, yakni melihat kebebasan dan rasa berdaya. Seperti kebebasan dalam menentukan pilihan politik, kebebasan dalam memasuki lapangan kerja karena memiliki keterampilan yang memadai, dan kebebasan dalam pasar bebas. Kedua pakar ini berpendapat bahwa globalisasi merupakan salah satu penyebab ketimpangan kesejahteraan masyarakat terutama pada Negara-negara berkembang. Globalisasi hanya menguntungkan bagi pekerja terlatih dan terdidik. Sehingga bagi mereka yang tidak mendapatkan kesempatan mengecap pendidikan akan tergusur dan cenderung memiliki pendapatan menurun. Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakatnya untuk sekolah dan mendapatkan pelatihan kerja yang cukup. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Februari 2012, Indonesia memiliki angkatan kerja 120,4 juta orang. Sebanyak 42,1 juta orang bekerja di sector formal, 70,7 juta orang bekerja di sector informal, dan pengangguran terbuka 6,3 persen. Saat ini, sebanyak 54,2 juta orang dari 109, 7 juta angkatan kerja masih lulusan SD atau tidak lulus SD. Dan diperkirakan sampai tahun 2025 nanti ada sekitar 48 juta pekerja berpendidikan SD. Proses demokrasi yang berjalan sangat cepat juga turut berperan memperlebar kesenjangan. Sebab hanya pemilik modal yang dapat memanfaatkan peluang berdemokrasi dan menduduki posisi penting dalam intitusi demokrasi. Singkatnya, angkatan kerja harus terdidik. Dan ini salah satu tugas utama pemerintah untuk mendidik dan memberi peluang seluas-luasnya kepada angkatan kerja. Eric Maskin menegaskan lagi bahwa perlu mekanisme desain untuk ini, yaitu serangkaian mekanisme untuk memberi insentif kepada perusahaan untuk melatih para pekerjanya. Teori inilah yang mengantarkan Maskin untuk meraih hadiah nobel ekonomi. Globalisasi menguntungkan mereka yang memiliki keterampilan karena bisa mengakses peluang di mana saja. Pekerja yang tidak terampil akan semakin tertinggal dan terpaksa bekerja dengan upah rendah, tegas Kaushik Basu. (dikutip dari laporan harian Kompas, 5 september 2012, h. 1 dan 20)

Selasa, 04 September 2012

Mencari Jabatan

Konon sekarang ini disebut juga sebagai zaman edan. Suatu zaman di mana sulit dibedakan antara kesadaran dengan kegilaan. Dalam hal menduduki jabatan, fenomena sekarang sangat memprihatinkan. Parnj Hadi pernah menulis resonansi bahwa hanya orang gilalah sekarang ini yang mau menjadi pejabat. Halmana, jabatan yang melekat pada diri seseorang tidak serta merta akan menggambarkan ketinggian marwahnya. Bahkan terkadang yang terjadi. Justeru sebaliknya. Karena jabatan, seseorang dihina dan diperlakukan tidak sewajarnya sebagai seorang pejabat. Tentu terlepas dari kompetensi dan kualitas serta kecakapan yang dimilikinya. Abu Bakar ash.Shiddiq ketika dibaiat menjadi seorang khalifah pertama sepeninggal Nabi shalla Allah 'alaih wa alih wa sallama langsung berucap: inna li Allah wa inna ilaihi raji'un. Sesungguhnya kita ini dari Allah, dan semuanya akan kembali kehadhirat.Nya. Meskipun ada riwayat Imam Ahmad yang mengatakan bahwa Abu Bakar juga sempat berujar: ana radhi biha, aku ridha dengan jabatan ini. Fenomena ini sangat berbeda dengan sekarang. Hari ini seseorang dilantik sebagai pejabat, hari ini pula langsung diadakan syukuran, tasyakuran atau apapun namanya sebagai tanda syukur atau luapan kegembiraan. Bahkan tasyakuran yang digelar biasanya sudah mirip dengan pesta mewah. Pertanyaannya, dari mana pejabat baru itu mendapatkan uang untuk mengongkosi pesta tersebut. Atau siapa tahu, yang bersangkutan sudah memiliki teman pengusaha yang kelak di kemudian hari sebagai rekanan bagi proyek di kantornya. Inilah awal musibahnya. Style pejabat yang seperti akan dengan mudah menggarong uang negara. Jabatan baginya bukan lagi sebagai amanah yang sewaktu waktu akan diambil oleh yang punya jabatan. Allah swt berfirman:qul Allahumma malika al.mulki, tu'ti al.mulka li man tasya' wa tanzi'u al.mulka li man tasya'. Wa tu'izzu man tasya' wa tuzhillu man tasya'. Bi yadika al.khair. Innaka 'ala kulli syai'in qadir.

Jiwaku adalah Wanita

Jiwaku adalah wanita. My Soul is a Woman, The Feminine in Islam.Itulah judul buku karya Annemarie Schimmel hasil terjemahan Rahmani Astuti (Mizan, 1998). Annemarie Schimmel adalah pakar bidang tasawuf atau mistik Islam. Beliau telah banyak melahirkan karya-karya mistik Islam yang bernilai tinggi dan mendapatkan pengakuan internasional. Di antara karya-karyanya adalah: 1. As Through A Veil : Mystical Poetry in Islam, New York : Columbia University Press, (1982) 2. And Muhammad Is His Messenger: The Veneration of the Prophet in Islamic Piety,The University of North Carolina Press, (1985). 3. Nightingles Under the Snow, (Poetry), London-New York : Khaniqahi Nimatullahi Publications, (1994), 4. Anvari's Divan: A Pocket Book for Akbar,Metropolitan Museum of Art (January 1994) 5. A Dance of Sparks: Imagery of Fire in Ghalib's Poetry. 6. A Two-Colored Brocade: The Imagery of Persian Poetry, University of North Carolina Press (November, (1992); 7. Deciphering the Signs of God: A Phenomenological Approach to Islam (1991-1992), Gifford Lectures; 8. Gabriel's Wing: Study into the Religious Ideas of Sir Muhammad Iqbal. 9. Mystical Dimensions of Islam. German edition: . English translation: North Carolina Univ. Press,1975, (1986),dan buku ini telah diterjmeahkan ke dalam bahasa Spanyol dengan judul: Las dimensiones místicas del Islam, trad. de A. López Tobajas y M. Tabuyo Ortega, Madrid, Trotta, (2002), 10. Rumi's World : The Life and Works of the Greatest Sufi Poet 11. Im Reich der Grossmoguls: Geschichte, Kunst, Kultur, (2000), Verlag C. H. Beck. English translation: The Empire of the Great Mughals: History, Art and Culture, 2004) dan (2006). 12. The Triumphal Sun: A Study of the Works of Jalaloddinn Rumi, London: East-West Pub., (1980). 13. Islamic literatures of India, Wiesbaden : O. Harrassowitz, (1973) 14. Mohammad Iqbal, poet and philosopher: a collection of translations, essays and other articles; Karachi : Pakistan-German Forum, (1960). 15. Classical Urdu literature from the beginning to Iqbal, Wiesbaden : O. Harrassowitz, (1975); (A history of Indian literature ; V. 8: modern Indo-Aryan literatures. 16. Islam: An Introduction, Albany: State University of New York Press, (1992) 17. We believe in one god: the experience of God in Christianity and Islam, edited by Annemarie Schimmel and Abdoldjavad Falaturi ; preface by Kenneth Cragg ; translated by Gerald Blaczszak and Annemarie Schimmel; London : Burns & Oates, (1979) 18. Islamic Calligraphy. Calligraphy and Islamic Culture, New York University Press, (1990). 19. Islamic Names: An Introduction (Islamic Surveys),Edinburgh University Press, England, 1990), 20. Meine Seele ist eine Frau", copyright 1995, Kösel Verlaf GMBH, Munich. English edition: My Soul is a Woman, The Feminine in Islam, (1997), 21. Make A Shield From Wisdom : Selected Verses from Nasir-i Khusraw's Divan, translated and introduced by Annemarie Schimmel; London : I. B. Tauris in association with the International Institute of Ismaili Studies, (2001). 22. Ernst Trumpp;: A brief account of his life and work 23. Das Mysterium der Zhal, ed. Eugen Diederichs Verlag, Munich, (1983). English edition by Oxford University Press (1993), titled The Mistery of Numbers, The Mystery of Numbers. 24. Islam and the Wonders of Creation: The Animal Kingdom (2003). Dalam buku: My Soul is a Woman di atas, Annemarie Schimmel banyak membahas posisi wanita sepanjang sejarahnya, baik yang bersumber dari pewartaan al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad shalla Allah 'alaih wa alih wa sallama, sya'ir-sya'ir para sufi, karya-karya para sufi maupun pada kitab suci dan tradisi keagamaan lain, seperti Katolik, dll. Pada pengantar buku ini, Annemarie Schimmel juga berkisah secara utuh tentang perjalanan hidupnya yang penuh lika-liku itu. Ia pernah menjadi buruh pabrik roti. Bahkan di sela-sela menulis disertasinya, tangan beliau luka karena bekerja keras di pabrik roti tersebut. Beliau juga pernah disekap dalam penjara bawah tanah karena dicurigai sebagai orang asing yang berbahaya di Amerika Serikat. Demikian seterusnya. Tapi bagi beliau, setiap pengalaman harus dimasukkan ke dalam kehidupan untuk memperkaya kehidupan itu. Karena tiada kata akhir untuk belajar seperti juga tiada kata akhir untuk kehidupan. Schimmel terkenal sebagai seorang pakar yang mumpuni pada bidangnya. Ibarat seorang pendekar kungfu shaolin, beliau sudah mencapai tingkat paripurna. Sebermula beliau suka menyalin buku-buku para pakar dunia, seperti: R.A. Nicholson, puisi-puisi Tabriz, dan karya Louis Massignon. Ternyata, untuk menjadi orang besar harus mendekati dan menjadikan orang-orang besar sebagai mentor kita. Wa Allah a'lam.

Senin, 03 September 2012

Mencari Tuhan

John Gerard menulis buku dengan judul: Knowledge of God in Classical Sufism: foundation of Islamic Mystical Theology, 2004. Buku ini memuat konsep makrifatullah beberapa ulama sufi. Antara lain, Abu Nashr al. Sarraj dengan kitab al.Luma'nya, Abu Bakar al.Kalabazy dengan kitab al. Ta'arrufnya, Abj Thalib al.Makki dengan kitab al.'ilm terutama bagian Qut al.Qulub, santapan hati, Abu al.Qasim al.Qusyairi dengan kitab al.Risalahnya, Ali ibn Utsman al.Hujwiry, Kasyf al.Mahjub, penyingkapan realktas yang tertabir, abdullah al.Anshari dengan kitab Shad Maidan, Ratusan Ladang, Abu Hamid al.Ghazali, dengan kitab Ihya' ulumuddin terutama bab syarh 'aja'ib al.qalb, dan Abu Hafsh Umar al.Suhrawardi dengan kitab 'awarif al.Ma'arif (manfaat makrifat).

Fokus pada Pekerjaan

Nanda Widya dikenal sebagai pekerja yang diam. Dia hanya berfokus pada pekerjaan. Nanda adalah CEO Metropolitan Land. Sebermula ia terhentak oleh pernyataan pak Ciputra, raksasa entrepreneur Indonesia. Pak Ciputra suatu ketika berpesan, kalau anda sebagai kontraktor, maka anda akan sangat tergantung pada order dan kepada orang lain. Tetapi jika anda sebagai pengembang, maka anda akan mengkreasi proyek, membuat sesuatu yang tidak ada menjadi ada, dan tidak bergantung pada orang lain. Inilah prinsip yang diperpegangi Nanda hingga sukses yang diraih sekarang sebagaimana penuturannya di harian Kompas, senin, 3 september 2012. Kiat sukses dalam perusahaan adalah menyampaikan pesan kepada seluruh karyawan dengan bahasa sederhana, mudah dilahami. Semua karyawan atau staf dapat melihat fokus company dengan kacamata terang. Kalau ada masalah yang rumit. staf saya ajak bicara dengan bahasa sederhana. Saya berupaya untuk menyederhanakan masalah yang pelik. Menyederhanakan masalah bukan berarti menggampangkan. Seiring dengan waktu, lambat laun mereka bisa memahqmi dengan baik fokus perusahaan. Disamping itu, karyawan juga harus memahami dengan baik skala prioritas perusahaan. Sewaktu kita duduk di bangku sekolah, kalau sedang ujian maka soal yang paling gampang yang dikerjakan duluan. Baru menyusul soal yang termasuk soal yang sulit.

Mencari Pemimpin

Prof Satryo Rodjonegoro, mantan dirjen Dikti, Diknas menulis artikel di harian Kompas seputar gonjang ganjing pemilihan pimpinan rektor. Ada kegamangan antara rektor versi pemerintah dengan yang diinginkan warga kampus. Rektor yang ideal menurut pemerintah adalah yang bisa memahami dan mengimplementasikan kebijakan pemerintah. Sedang rektor yang baik menurut sivitas akademika adalah mereka yang populis dan dapat menyeterahkan warga kampus. Menurut pak Satryo, untuk mencari pemimpin kampus yang ideal tidak perlu calon rektor mengajukan lamaran untuk dipilih. Sebab, calon rektor yang baik bukan yang dipilih, tapi mestinya dicari. Jadi mestinya ada panitia pencarian calon rektor dengan mempertimbangkan track record dan kapasitas calon rektor. Bukan seperti sekarang ini, calon rektor mengajukan diri untuk dipilih, sehingga membuat suasana kampus gaduh layaknya pilkada. Calon rektor yang ideal adalah yang berkarya, bukan yang berkarier. Mereka yang berkarya tentu akan konsern pada pengembangan kampus dan memikirkan kesejahteraan warga kampus. Sedang calon rektor yang karier tentu selalu memikirkan jenjang karier dan kepentingan dirinya serta mencari atau menciptakan peluang untuk mendekat bahkan merangkul sang penguasa. Agar kelak di kemudian hari, dengan jabatan rektornya, karier yang bersanhkutan bisa lebih cepat melejit. Gagasan pak Satryo kalau kita terima tentu akan berimplikasi pada perubahan statuta perguruan tinggi terutama pada bab pemilihan rektor dan kriteria calon rektor. Dan alur berpikir ini akan menurunkan tensi sivitas akademika yang beberapa tahun terakhir mirip mirip sivitas politika.

Alih Status ke IAIN

Ada lebih sepuluh STAIN yang sedang mengajukan alih status menjadi IAIN. Ada banyak hal yang menjadi fokus persyaratan alih status tersbut. Antara lain ketersediaan dosen, rasio mahasiswa, jumlah prodi yang dimiliki, sarana dan prasarana termasuk luas lahan, tanah yang ada. Kualifikasi akademik dosen menjadi sangat penting untuk memastikan aktifitas dan budaya akademik pada STAIN tersebut. Hal yang menarik adalah basis dan orientasi keilmuan yang ditawarkan juga sangat beragam. Ada yang mengusung integrasi ilmu, adat bersandikan syara', dan syara' bersandikan kitabullah. Ada yang menawarkan Islam entrepreneurship karena kebetulan suasana masyarakatnya adalah wirausaha batik. Sehingga ada pameo untuk menakuti nakuti anak perempuan, awas nanti kamu dinikahkan dengan PNS. Ada lagi yang meneguhkan Islam inklusif sebagai brandingnya. Ada yang mengusung studi Islam khazanah klasik. Ada yang mengandalkan integrasi ilmu dan agama. Ada lagi keunggulan ilmu dan budaya sebagai ciri khas keilmuan yang ditawarkan.

Minggu, 02 September 2012

Wafat

Ada banyak buku yang ditulis untuk menjelaskan kehidupan pada hari kemudian. Prof. Komaruddin Hidayat menulis buku: Psikologi Kematian dan Berdamai dengan Kematian. K.H. Jalaluddin Rakhmat juga menulis buku: Memaknai Kematian. Kematian adalah sesuatu yang sangat mengerikan, sehingga semua orang berupaya untuk menghindarinya. Orang yang sudah berumur biasanya menghindari kematian dengan cara tampil seperti anak muda. Tentu dengan semir rambut yang beruban menjadi hitam, memakai jeans, atau selalu bergaul dengan anak muda. Bahkan ada orang yang sudah berumur menikah dengan dara muda agar awet muda. Ada banyak resep herbal untuk menunda ketuaan. Atau bahkan ada obat perkasa yang diminum agar orang yang sudah berumur tetap dianggap sebagai berkekuatan muda. Kematian memang sesuatu yang dihindari. Para sastrawan juga sering menggubah puisi untuk hidup yang lebih lama lagi. Pujangga Khairil Anwar menulis: "aku ingin hidup seribu tahun lagi". Dalam al-Qur'an juga kita biasa menemukan ayat yang menggambarkan sehari akhirat berbanding seribu hari dunia. dst. Padahal, di kalangan sufi, kematian justeru sesuatu yang sangat dirindukan. Karena dengan kematian berarti terbukalah pintu bagi seorang hamba untuk bertemu dengan sang Khaliq. Dengan kematian berarti seseorang akan mendapatkan ganjaran pahala kebaikannya secara sempurna dari Allah swt. Itulah sebabnya, kematian biasa juga disebut sebagai "wafat", sempurna. Dengan wafat, maka amalan kebajikan selama hidup di dunia akan dibalas secara sempurn oleh Allah swt. Di dunia ini, balasan pahala tidaklah masksimal. Jadi, dalam literatur sufi, wafat bukanlah sesuatu yang menakutkan, tapi justeru sesuatu yang dirindukan. K. H. Jalaluddin Rakhmat pada tanggal 29 agustus 2012 yang lalu melaunching soft copy bukunya yang berjudul: Life After Death, kehidupan setelah kematian. Dalam acara tersebut, saya kebetulan menghadirinya, dan menyaksikan Kang Jalal membacakan beberapa paragraf pendahuluan bukunya itu. Menarik, dan mnantang. Ada perdebatan filosofis tentang kematian. hampir smeua aliran pemikiran tercakup dalam buku baru Kang Jalal ini. Semoga kita dapat mengambil manfaat dari buku yang mencerahkan ini. Wa Allah a'lam

Tuhan

Sebermula adanya manusia, sejak itu pula lencarian, perdebatan tentang Tuhan sudah dimulai. Ada banyak buku yang membahas perdebatan filosofis tentang Tuhan. Herman Wouk menulis This is my god, 1959. Buku ini mendeskrilsikan Tuhan dalam agama Yahudi. Agama Yahudi dalam berbagai aspeknya, tentang makanan, seks, nikah, kematian, talmud, hukum agama yahudi, dan tanah israel. Rabbi David A Cooper, God is a verb kabbalah and the practice of mystical judaism, 1997. Di dalamnya dibahas konsep mistik agama yahudi. Coper adalah. Seorang pakar di bidang mistik yahudi. Ia melakukan studi mistik yahudi di jerussalem selama 8 tahun. Ia membahas reinkarnasi, kematian, langit, neraka. Grald L. Schroeder, the hidden face of god, science reveals the ultimate truth, 2001. Don Cupitt menulis buku after god the future of religion, 1997. Hal hal yang dibahas antara lain, the coming of the gods, the departure of the gods, religion after the gods, the legacy of the old religions, the end of morality and the return of ethics, innocent religion? World religion. Etienne Gilson, god and philosophy, tuhan di mata para filosof, terjemahan. Andre comte-sponville, spiritualitas tanpa Tuhan, terj. 2006. Tuhan menurut logika tidak sellau dibutuhkan. Meskipun demikian, kita tetap.bisa memiliki cinta, perilaku etis, dan bahkan pengalaman abadi. Ada cerita yang menarik dari Prof Komaruddin Hidayat